Menuju konten utama

Daftar Buah dan Sayur yang Berpotensi Mengandung Zat Beracun

Sejumlah buah dan sayuran berpotensi mengandung racun, karena paparan pestisida kimia ataupun proses alami.

Daftar Buah dan Sayur yang Berpotensi Mengandung Zat Beracun
Ilustrasi kentang. FOTO/Istocphoto

tirto.id - Konsumsi sayuran sebanyak dua hingga tiga kali sehari diyakini dapat membantu penurunan berat badan. Namun, tahukah Anda bahwa sayuran mentah dan buah berpotensi membawa kontaminan dan bakteri yang berbahaya bagi tubuh?

Mengutip ulasan di laman Heatlhfully, meskipun bakteri pada sayuran mentah dan buah tidak akan mengakibatkan kerusakan yang permanen bagi tubuh, tetapi berpotensi memicu penyakit.

Berdasarkan keterangan lembaga pengawas obat dan makanan AS (FDA), sayuran dapat tercemar oleh bakteri karena banyak sebab. Salah satunya adalah kondisi tanah dan air yang terkontaminasi oleh bakteri berbahaya. Selain itu, proses penyimpanan dan pengiriman yang tidak higienis.

Kontaminasi bakteri bisa pula terjadi pada saat sayuran dan buah telah sampai di restoran maupun rumah. Kejadian serupa dapat pula terjadi ketika sayuran dan buah dipotong di atas talenan yang tidak bersih. Memotong sayur dan buah dengan pisau yang sama untuk daging juga memperbesar risiko kontaminasi bakteri.

Sayuran dan buah-buahan dapat pula terpapar kontaminan beracun. Penyebab kontaminasi itu pun beragam, termasuk penggunaan pestisida dan herbisida berlebihan dalam proses budidaya.

Sebagaimana dilansir laman Life Hack, setidaknya ada 17 jenis buah dan sayuran yang berpotensi terpapar kontaminan beracun dari herbisida dan pestisida kimia. Berikut ini detail daftarnya.

1. Apel

Penggunaan pestisida bisa membuat kulit apel terpapar zat beracun untuk pembasmi hama. Selain itu, paparan pestisida itu juga berpotensi terserap ke dalam daging apel. Solusi untuk menghindari efek buruk kontaminasi itu, sebaiknya cuci apel pakai air sampai bersih, serta kupas kulit buah ini sebelum dimakan.

2. Seledri

Pamakaian pestisida dan herbisida di pertanian membikin sebagian besar seledri bisa terpapar 64 jenis bahan kimia yang sulit dibersihkan. Hal ini karena seledri merupakan tanaman yang mudah menyerap cairan, termasuk zat beracun.

3. Paprika Manis

Oleh karena rasanya yang manis, jenis paprika ini disukai serangga. Ini membuat pestisida kerap digunakan dalam proses budidanya. Selain yang dibudidayakan secara organik, paprika manis bisa mengandung kontaminan dari pestisida berbahaya.

4. Persik

Apabila hendak membeli buah persik, sebaiknya pilih dalam bentuk kalengan. Buah ini memiliki tingkat risiko terkontaminasi zat beracun sebagaimana seledri.

5. Singkong

Dikutip dari laman Citizen Digital, singkong dapat menjadi racun jika tidak diproses dengan benar. Menurut Peter Spencer, profesor bidang neurologi dan ilmu kesehatan kerja di Oregon Health and Science University, secara alami singkong mengandung hidrogen sianida.

Proses menghilangkan racun dalam singkong, bisa dilakukan dengan cara fermentasi, pengupasan, pengeringan dan pemasakan.

6. Nektarin

Muah ini mudah terpapar racun pestisida karena kulitnya tipis. Oleh karena kulitnya tipis, nektarin memiliki potensi untuk menyerap bahan kimia lebih mudah.

7. Anggur

Terdapat studi yang mengatakan bahwa, anggur bisa mengandung 15 bahan kimia yang berbeda jika tidak dibudidayakan secara organik.

8. Bayam

Oleh karena bayam mudah diserang serangga, para petani konvensional kerap memakai pestisida dalam budidayanya. Penggunaan pestisida memang menyelamatkan bayam dari serangga, tetapi berpotensi membuat sayuran ini terpapar zat beracun.

9. Selada

Selada memiliki kandungan bahan kimia yang lumayan banyak. Oleh karena itu, lebih disarankan untuk membeli selada yang dibudidayakan secara organik.

10. Buah pir

Hampir sama dengan apel, budidaya buah pir memerlukan banyak pestisida. Cara tersebut sebagai upaya mencegah serangan hama tungau, kutu daun, telur ngengat, dan lainnya.

11. Kentang

Kentang sudah terkontaminasi bahan kimia sejak masa pertumbuhan. Benih kentang biasa disiram dengan pestisida untuk mencegah serangga yang memakan kecambahnya. Pestisida tersebut akan terserap hingga ke umbi kentang. Oleh sebab itu, sebaiknya beli kentang yang ditanam organik.

12. Cokelat

Cokelat bisa memiliki kandungan theobromine atau terpapar zat kimia beracun. Seseorang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, berpotensi terserang penyakit setelah mengonsumsi zat itu.

13. Jamur

Sejumlah jenis Jamur liar ada yang beracun dan bahkan berpotensi memicu kematian. Jenis-jenis jamur yang berbahaya, misalnya adalah Amanita phalloides dan Amanita bisporigera.

14. Belimbing

Penderita penyakit ginjal, tak dianjurkan untuk mengonsumsi belimbing. Menurut National Kidney Foundation yang dikutip CNN Health, belimbing mengandung racun yang berpotensi menyebabkan gangguan neurologis.

Pada seseorang dengan kondisi ginjal yang sehat, racun itu akan diproses dan dibuang. Sementara pada penderita gangguan ginjal dapat mengakibatkan bahaya serius, bahkan kematian.

15. Kacang

Umumnya kacang mengandung za kimia yang disebut phytohaemagglutinin. Untuk menghindari kontaminasi zat kimia itu, sebaiknya rebus kacang hingga benar-benar matang sekitar 15 menit.

16. Leci

Menurut Dr. Padmini Srikantiah dari kantor Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di India, yang memimpin penelitian di Muzaffarpur, leci secara alami mengandung racun yang bisa memicu gangguan ensefalopati, penyakit yang bisa menganggu fungsi dan struktur otak. Bagi orang yang mengalami gangguan metabolisme glukosa, konsumsi leci dapat berdampak lebih buruk.

17. Tebu

Apabila tanaman tebu dibiarkan terlalu lama maka kadar gula di dalamnya akan menurun. Apabila disimpan beberapa bulan sehingga berjamur, tebu bisa memicu penyakit saraf, bahkan kematian.

Racun dari jamur pada tebu tersebut berbahaya bagi orang dari semua golongan umur. Jamur yang dikenal bernama artbrinium itu mengandung racun yang bisa memicu muntah hingga koma. Hal ini sudah diperingatkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Baca juga artikel terkait BUAH atau tulisan lainnya dari Ega Krisnawati

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Ega Krisnawati
Penulis: Ega Krisnawati
Editor: Addi M Idhom