tirto.id - Kasus Covid-19 kembali mengalami peningkatan di sejumlah negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Pada pekan 25-31 Mei, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mendeteksi adanya tujuh (7) kasus Covid-19 baru di dalam negeri.
"Tren kasus Covid-19 di Indonesia pada minggu ke-21 meningkat dari minggu sebelumnya, dari nol persen menjadi lima persen," jawab Juru Bicara Kemenkes, Widyawati, saat dihubungi tirto.id pada Selasa (3/6/2025).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) sendiri menyatakan sejak pertengahan Februari terjadi peningkatan kasus Covid-19 di daerah Mediterania, Asia Tenggara termasuk Singapura dan Thailand, serta area Barat Pasifik dengan tes positif mencapai rata-rata 11 persen.
Kementerian Kesehatan Singapura menilai peningkatan kasus Covid-19 di negaranya akibat menurunnya imunitas masyarakat terhadap varian LF.7 dan NB.18, varian yang banyak menyebar saat ini.
Kementerian Kesehatan Singapura pun menyerukan agar warganya menjalankan upaya pencegahan dengan penggunaan masker, pengurangan interaksi sosial dan perjalanan jika sedang tidak sehat, kebersihan personal, dan penggunaan masker jika ada gejala.
Sementara di Thailand penyebaran Covid-19 sudah mencapai 65.880 kasus dalam rentang waktu 25-31 Mei 2025. Menteri Kesehatan Thailand, Somsak Thepsuthin, mengimbau masyarakat agar mengenakan masker dan rutin mencuci tangan karena tingginya angka infeksi mingguan seperti dikutip dari NationThailand.
Pemerintah Indonesia segera mengeluarkan surat edaran dengan nomor SR.03.01/C/1422/2025 terkait kewaspadaan peningkatan kasus Covid-19. Dinas kesehatan kota dan provinsi diminta mengawal perkembangan kasus global dan meningkatkan pemantauan serta verifikasi kasus.
Mengapa Covid-19 Kembali Merebak?

Pakar Global Health Security dari Griffith University, Dicky Budiman, menyebut bahwa surat edaran pemerintah sudah tepat. Namun, penyebaran Covid-19 kali ini berbeda dengan masa awal pandemi Covid-19 muncul pada 2020.
Menurut Dicky, Covid-19 kini sudah menjadi penyakit endemik sehingga memiliki pola musiman yang dipengaruhi oleh mobilitas dan kepadatan suatu wilayah. Namun, tingkat keparahan dan kematian akibat Covid-19 saat ini sudah berada di angka 0,4 sampai 0,3 persen.
Covid-19 memiliki kesamaan dengan pola penyakit influenza yang dapat menyebabkan Pneumonia. Penyakit tersebut akan selalu mengalami evolusi dan kebaruan jika dilihat dari kemunculan varian baru yang terus bermunculan. Sudah ada sejumlah subvarian virus Sars-Cov-2 yang kini beredar tergantung regionalnya masing-masing.
Dicky menyebut bahwa varian MB 1.1 yang berasal dari India dapat sangat mendominasi di Indonesia karena karakteristiknya yang sangat mudah menginfeksi manusia. Masing-masing varian dapat menyebabkan outbreak atau kejadian luar biasa (KLB) lokal.
Apa yang Perlu Diwaspadai?
Dicky menggarisbawahi potensi bahaya Covid berkepanjangan atau long covid. Menurut dia berbagai riset telah menunjukkan bahwa perhatian serius bukan pada fase akut, melainkan pada fase kronis long covid.
Ketika seorang terkena Sars-Cov-2 berulang kali, ada potensi terjadi kerusakan di ginjal, otak, atau saluran cerna. Bahkan satu hipotesis menampilkan bahwa long covid bisa berujung pada kanker.
Riset dari Diabetes & Metabolic Syndrome: Clinical Research & Review menampilkan bahwa penderita long covid dapat menyebabkan rasa lelah, batuk, sesak dada, kehabisan nafas, Palpitasi, dan Myalgia. Gejala tersebut berkaitan dengan kerusakan organ, sindrom pasca-virus, sindrom perawatan pasca-intensif dan penyebab lainnya.
Kendati memiliki angka yang rendah, semua pihak tidak boleh menganggap remeh fenomena ini. Terutama karena masih ada kelompok rentan di masyarakat yang rawan seperti lansia dan penderita penyakit bawaan atau komorbid.

“Lansia kalo sudah diatas 70-an, apalagi punya penyakit yang mendasari atau komorbid (seperti) diabetes, hipertensi, kanker, lebih rentan” ucap dia kepada Tirto pada Senin (02/06/25).
Melihat peningkatan kasus infeksi Covid-19, Kementerian Kesehatan kembali mengimbau kepada masyarakat agar menerapkan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS). Mulai dari menutup mulut ketika batuk dan bersin demi menghindari penularan kepada orang lain, cuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun (CTPS) atau hand sanitizer, serta menggunakan masker saat berada di kerumunan atau sedang sakit kembali digencarkan.
Pemerintah juga meminta masyarakat agar segera ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala infeksi saluran pernafasan dan ada riwayat kontak dengan faktor risiko. Dicky melihat bahwa meskipun tidak ada vaksin baru khusus subvarian yang bermunculan saat ini, namun pemberian vaksin dapat mencegah keparahan.
“Saat ini vaksin tidak terlalu update mayoritas subvarian terbaru, tapi vaksin itu masih efektif mencegah keparahan,” ucap Dicky.
Sementara bagi pelaku perjalanan, Kemenkes meminta agar menyampaikan kepada awak atau personel transportasi maupun petugas kesehatan di pelabuhan/bandar udara/ PLBN setempat jika sedang dalam kondisi sakit.
"Masyarakat tidak perlu panik, kewaspadaan tetap penting. Kami pastikan langkah deteksi dini, pelaporan, dan kesiapsiagaan terus kami jalankan untuk menjaga situasi nasional tetap aman," pungkas Widyawati merespons kondisi saat ini.
Penulis: Faisal Bachri
Editor: Rina Nurjanah
Masuk tirto.id


































