tirto.id - Seorang penyandang disabilitas tidak dapat melakukan fungsi tertentu karena keterbatasan fisik, indera, ataupun mental. Meskipun demikian, kondisi disabilitas tidak berarti menutup kemungkinan seseorang yang mengalaminya bisa hidup mandiri selayaknya orang pada umumnya.
Banyak orang penyandang disabilitas mempunyai kemampuan penuh, dan bahkan dalam level ahli, di bidang-bidang lain yang mungkin mereka kuasai. Maka itu, sebagian pihak lebih memilih untuk menyebut kondisi disabilitas dengan difabel, atau different ability: memiliki kemampuan berbeda.
Fisikawan teoritis dan salah satu tokoh ilmuwan paling berpengaruh di dunia kontemporer, Stephen Hawking merupakan contoh difabel yang sulit diabaikan. Hawking menjadi difabel karena memiliki penyakit amyotrophic lateral sclerosis atau ALS, kondisi terserangnya sistem saraf yang mematikan sel-sel di otak dan sumsum tulang secara perlahan hingga berujung pada kelumpuhan total.
Oleh karena itu, para orang tua yang memiliki anak dengan kondisi disabilitas sangat penting agar tidak putus asa dan tetap mendorong buah hatinya bisa menguasai beragam keterampilan.
Di sisi lain, perlu dicatat, kondisi disabilitas adalah hal yang umum terjadi. Tercatat, satu dari 50 anak di dunia dilaporkan memiliki kondisi disabilitas.
Perlu diketahui pula, terdapat banyak jenis disabilitas, antara lain disabilitas pada anak sejak lahir, disabilitas yang berkembang setelah lahir, dan disabilitas yang diakibatkan oleh cedera.
Anak-anak penyandang disabilitas mungkin memiliki kebutuhan khusus dan memerlukan intervensi dini, serta dukungan sebanyak mungkin dari orang tua dan orang-orang lain di sekitarnya.
Disabilitas yang terjadi sejak masa kanak-kanak dapat berdampak seumur hidup pada kesehatan fisik, mental dan emosional seseorang, serta situasi sosialnya. Oleh karena itu, anak-anak dengan kondisi disabilitas perlu perhatian khusus dalam hal kesehatan, pendidikan, dan pengembangan keterampilannya.
Anak-anak penyandang disabilitas memiliki kebutuhan khusus, termasuk untuk mengatasi hambatan mereka di lingkungan sosial dan kehidupan sehari-hari, demikian mengutip laman Pergnancy Birth & Baby.
Maka dari itu, orang tua wajib untuk mengetahui cara yang tepat untuk mengajarkan keterampilan pada anak penyandang disabilitas. Berikut tips membimbing anak penyandang disabilitas dengan berbagai metode pengajaran keterampilan, seperti dilansir laman Verywell Family.
Analisis Tugas
Analisis tugas ialah proses memecah tugas yang diberikan menjadi bagian-bagian komponennya.
Misalnya, saat mengajarkan cara menyikat gigi kepada anak penyandang disabilitas, perlu diperinci tahap-tahap menyikat gigi.
Tahapan itu mulai dari mengambil sikat gigi, pasta gigi, hingga air kumur. Lalu, mengoleskan pasta gigi pada sikat, menyikat gigi bawah, menyikat gigi atas, membilas, membersihkan sikat, dan merapikan kembali semua peralatan dengan benar.
Membuat Panduan Visual
Banyak orang tua membuat panduan visual untuk membantu anak-anak mereka yang merupakan penyandang disabilitas memahami, mengingat, dan merasa nyaman dengan langkah-langkah yang harus mereka lakukan di kehidupan sehari-hari. Panduan visual dapat menyertakan foto atau gambar bergaya clip-art dari setiap langkah dalam proses.
Membantu dan Perlahan Mengajarkan Mandiri
Pada awalnya, seorang anak penyandang disabilitas mungkin membutuhkan banyak bantuan dalam mengingat dan menyelesaikan setiap langkah dalam tugas dengan benar. Saat mereka mulai belajar, orang tua perlu membiarkan anak untuk melakukan tugasnya dengan mandiri.
Saat sudah belajar menjalankan tugas sehari-hari, mereka mungkin tidak memerlukan bantuan fisik secara langsung, dan sebaliknya hanya membutuhkan perintah verbal seperti "jangan lupa untuk membilas sikat gigi." Kemudian, mereka akan mulai paham dan tidak memerlukan bantuan fisik ataupun verbal.
Instrumen tambahan
Meski tergantung pada bagaimana anak disabilitas belajar menguasai keterampilan tertentu, ada beberapa instrumen tambahan yang mungkin berguna.
Sejumlah instrumen tersebut bisa berguna untuk mengembangkan keterampilan yang lebih maju pada anak-anak disabilitas sehingga mereka lebih mandiri dan berperan di lingkungan sosial yang lebih luas. Sejumlah instrumen tersebut adalah sebagai berikut.
1. Menyusun rantai perintah
Setiap tugas melibatkan serangkaian langkah yang berfungsi seperti tautan dalam sebuah rantai. Misalnya, anak tidak bisa menyikat gigi sampai dia mengoleskan pasta gigi ke sikat. Beberapa orang tua perlu mengingatkan anak mereka untuk melakukan setiap langkah dalam rantai tugas, dan kemudian mulai meniadakannya secara bertahap, saat si kecil sudah belajar. Akhirnya, anak mungkin dapat menyelesaikan tugas hanya dengan pengingat sederhana.
2. Memberikan perintah lewat cerita
Ini adalah tahap lebih maju dari panduan visual yang sudah dijelaskan di atas. Ketimbang sekadar mendaftar langkah-langkah yang perlu dilakukan anak, orang tua bisa menggunakan cerita dalam bentuk kata-kata atau gambar untuk menunjukkan "perilaku yang diharapkan."
Susunan cerita tentu perlu disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak. Misalnya: "Setiap pagi setelah sarapan, Johnny menggosok gigi. Pertama, Johnny mengetuk pintu kamar mandi. Jika tidak ada orang di dalam, Johnny boleh masuk," dan lain sebagainya.
Orang tua dapat membacakan cerita tersebut sesering mungkin sampai anaknya hafal dan mampu mengerjakan tugas sehari-sehari secara mandiri, tanpa harus diberi perintah.
3. Menggunakan konten video
Banyak anak penyandang disabilitas adalah pembelajar visual, dan kebanyakan belajar dengan baik melalui video. Konten video yang bisa menuntun mereka menguasai keterampilan dalam kehidupan sehari-hari yang bisa dibeli, diunduh dari Internet, atau dibuat sendiri.
Video itu bisa memuat tayangan yang memberikan contoh cara mengerjakan tugas sehari-hari, atau bahkan menampilkan kegiatan anak saat menjalankannya. Jenis konten yang terakhir juga bisa membantu anak mampu mengidentifikasi kesalahan yang mereka buat.
4. Menggunakan aplikasi
Anak-anak yang lebih besar, atau anak-anak dengan disabilitas ringan, dapat memanfaatkan aplikasi seluler yang dirancang untuk memandu mereka menjalankan aktivitas atau menguasai keterampilan tertentu. Mereka juga dapat memanfaatkan kalender dasar dan aplikasi penjadwalan yang membantu mereka mengatur waktu.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Addi M Idhom