tirto.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan mayoritas provinsi di Indonesia memiliki risiko penularan polio, campak, dan difteri yang tinggi. Hal itu akibat capaian imunisasi di Tanah Air masih rendah.
Kemenkes mencatat sebanyak 21 provinsi dan 296 kabupaten/kota merupakan wilayah dengan risiko tinggi transmisi polio. Kemudian, sebanyak 10 provinsi dan 194 kabupaten/kota di Indonesia masuk dalam wilayah dengan risiko transmisi campak yang tinggi dan sangat tinggi.
Bahkan, pada 2022 sampai 2023 terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) polio tipe 2 di Indonesia. Pada 2022 di Pidie, Aceh Utara, dan Bireuen, Provinsi Aceh, terjadi KLB polio. Lalu pada 2023 cakupan imunisasi polio di Purwakarta, Jawa Barat, sangat rendah.
“Dalam upaya mengejar cakupan imunisasi, Kemenkes menjalankan program pemberian imunisasi tambahan polio, difteri, dan campak," kata Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril di Jakarta, dikutip pada Kamis (25/5/2023).
Syahril menuturkan imunisasi tambahan polio dilakukan di Jawa Barat, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Riau. Sementara imunisasi tambahan difteri dilaksanakan di kabupaten Garut serta imunisasi tambahan campak di Papua Tengah.
Sementara itu, Kemenkes melaporkan melaporkan capaian Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) di 11 provinsi Indonesia masih di bawah target nasional sebesar 90 persen. Kemenkes juga melaporkan Imunisasi Baduta Lengkap (IBL) di 17 provinsi di Indonesia masih di bawah target nasiona.
Kemudian, cakupan imunisasi lanjutan lengkap usia sekolah dasar pada 2022 menunjukkan delapan provinsi belum mencapai target 70 persen. Bahkan capaian di Aceh masih di bawah 30 persen.
Pada 2023, Kemenkes menargetkan secara nasional 100 persen bayi usia 0-11 bulan mendapatkan imunisasi lengkap. Target capaian pada trimester pertama sebesar 33,3 persen, tetapi hingga April 2023 belum ada provinsi yang mampu mencapai target tersebut.
Kemenkes bahkan mencatat lima provinsi yang capaiannya masih di bawah 1 persen, yaitu Maluku, Sumatera Utara, Papua, DI Yogyakarta, dan Aceh.
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Gilang Ramadhan