tirto.id - Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat (Menko PM), Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, mencatat ada sebanyak 422.616 anak dari keluarga miskin ekstrem yang berada di desil 1 tidak bersekolah atau putus sekolah. Angka ini merupakan bagian dari 5,36 juta anak usia sekolah di kelompok termiskin yang seharusnya mengenyam pendidikan.
“Dari 5.360.654 anak usia sekolah di desil 1, sebanyak 422.616 tidak bersekolah atau putus sekolah. Sisanya, 4.938.030 anak masih bersekolah. Ini harus jadi perhatian serius,” kata Cak Imin usai rapat kerja terkait Inpres 8/2025 dan Sekolah Rakyat, di Jakarta, Selasa (8/7/2025).
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, pun memperkuat fakta tersebut. Ia menyebut, secara nasional, terdapat 4,1 juta anak usia sekolah 7-18 tahun (7 persen) yang tidak mengakses pendidikan.
“Dari total keseluruhan jumlah usia sekolah di Indonesia 7-18 tahun, yang belum sekolah, tidak sekolah atau putus sekolah itu jumlahnya ada sekitar 4,1 juta orang,” ujarnya.
Ia juga mengaitkan rendahnya pendidikan dengan kemiskinan ekstrem. “Rumah tangga miskin ekstrem biasanya dikepalai oleh orang yang pendidikannya hanya SD atau bahkan tidak lulus SD,” jelasnya.
Untuk itu, pemerintah menargetkan peluncuran Program Sekolah Rakyat pada 14 Juli 2025 sebagai respons atas masalah ini. Dari 100 sekolah rakyat yang ditargetkan beroperasi di tahun ini, sebanyak 63 akan diresmikan pada pertengahan Juli ini dan sisanya di awal Agustus.
Program ini akan menyasar 100 lokasi di tahap pertama, dengan 9.755 siswa yang telah terdaftar. Peserta dipilih berdasarkan data DTSN dan verifikasi lapangan oleh dinas sosial setempat.
“Sasarannya jelas: anak-anak dari keluarga miskin ekstrem,” tegas Menteri Sosial Saifullah Yusuf.
Penulis: Nanda Aria
Editor: Dwi Aditya Putra
Masuk tirto.id







































