Menuju konten utama

Bukan Sketsa, Balenciaga Justru Lebih Senang Bereksperimen Kain

Dipuja Dior, diagung-agungkan Channel-Balenciaga bukan sekadar perancang busana, ia ahli memotong bahan, merakit, dan menjahit dengan tangannya sendiri.

Bukan Sketsa, Balenciaga Justru Lebih Senang Bereksperimen Kain
Header Diajeng Balenciaga. tirto.id/Quita, Foto: AP

tirto.id - Apa yang ada di benakmu ketika mendengar nama rumah mode Balenciaga?

Mungkin salah satunya terkait dengan ekspresi gaya mereka yang tidak konvensional dan menimbulkan kontroversi.

Tengok saja kehebohan pada akhir 2022 silam, ketika mereka mengiklankan seorang anak kecil yang menggenggam boneka beruang berkostum BDSM.

Atau, kasus lainnya, ketika hasil pemotretan tas mereka menampilkan dokumen pengadilan terkait pornografi anak.

Kamu mungkin juga ingat ajang peragaan busana mereka di atas panggung bertabur lumpur pada Paris Fashion Week beberapa waktu lalu—tema yang diklaim sebagai metafora tentang menggali kebenaran dan karakter down to earth.

Di balik warna-warni beritanya belakangan ini, apa kamu sudah cukup familiar dengan seluk-beluk perjalanan karier sang pendiri, Cristobal Balenciaga Eizaguirre (1895-1972)?

Berkat peninggalan dan terobosan modenya yang eksis sampai sekarang, Cristobal dijuluki “The King of Fashion”, “The Master”, “The father of contemporary fashion”. Sampai detik ini, perusahaannya tetap diakui sebagai salah satu yang paling berpengaruh di dunia.

Desainer Christian Dior (1905–1957) turut mengaguminya, “Adibusana ibarat orkestra dan Balenciaga adalah konduktornya. Kami, para couturier, adalah musisi yang mengikuti arahannya.”

Header Diajeng Balenciaga

Header Diajeng Balenciaga. foto/SItockphto

Sekilas

Cristobal membangun rumah mode Balenciaga pada 1937. Meskipun sempat ditutup setelah berdiri selama tiga dekade, produk-produknya berhasil dipasarkan kembali oleh korporat keluarga Prancis Jacques Bogart yang membeli hak atas label Balenciaga pada 1986.

Sejumlah desainer pernah memimpin Balenciaga. Josephus Thimister menggantikan Bogart pada 1992 dan berhasil memulihkan status elit Balenciaga. Perjuangan Thimister diteruskan oleh Nicolas Ghesquiere pada 1997-2012, Alexander Wang hingga 2015, dan Demna Gvasalia sampai hari ini.

Meninggalnya Cristobal setengah abad silam ditangisi dunia fesyen sebagai akhir dari sebuah era, namun warisan desain ikoniknya hidup hingga sekarang berkat usaha Gvasalia menilik referensi dari arsip-arsip lawas House of Balenciaga.

“Penting untuk mengetahui masa lalu dan memanfaatkannya untuk membangun masa depan,” kata Gvasalia dikutip dari laman Victoria & Albert Museum.

Cristobal lahir di desa nelayan Getaria, Spanyol utara. Dia mulai belajar menjahit sejak umur 10 tahun, tak lama sebelum bapaknya meninggal dunia. Ibunya adalah penjahit yang bekerja pada keluarga Marquesa de Casa Torres, bangsawan lokal bergaya glamor nan modis.

Keluarga Marquesa kelak berjasa bagi karier Cristobal. Dilansir dari New York Times, sang bangsawan mengizinkan Cristóbal mempelajari rancangan gaun berlanggam Paris koleksinya. Dari situlah, selera fesyen mereka turut mengasah kemampuan desain Cristobal.

Mereka jugalah yang membiayai kursus menjahit Cristobal di San Sebastian, kota pesisir yang memberinya kesempatan untuk magang di sejumlah butik dengan koneksi ke pusat mode Paris.

Di kota yang sama, pada 1917, ketika berumur 22 tahun, Cristobal mendirikan rumah mode pertamanya—didaftarkan sebagai modistas (perancang busana) bernama merek “Cristobal Balenciaga”. Satu dekade kemudian, Cristobal mendirikan lini usaha kedua yang namanya dipetik dari sang ibu, Martina Robes et Manteaux.

Tak butuh waktu lama nama Cristobal dikenal di seantero Spanyol. Desainnya mencuri perhatian keluarga kerajaan dan kalangan aristokrat, seiring bisnisnya berekspansi ke Barcelona dan Madrid pada 1930-an.

“Cristobal sering berkunjung ke Paris untuk membeli koleksi busana dari label-label legendaris era itu. Sebut di antaranya Chanel, Vionnet, Lelong dan Schiaparelli. Sekembalinya ke Spanyol, dia membongkarnya dengan hati-hati untuk mempelajari teknik dan trik khusus dari para desainer rumah mode mewah tersebut,” tulis kolumnis mode Colin McDowell di Business of Fashion.

Bisnis Cristobal sempat terhenti gara-gara Perang Sipil Spanyol, sehingga dia memutuskan memindahkan bisnisnya ke Paris.

Pada 1937, dia resmi membuka label busana dengan namanya sendiri, Balenciaga, di Avenue Georges V di kawasan ikonik Champs-Élysées. Pada Agustus tahun yang sama, dia menggelar pagelaran pertamanya yang menampilkan koleksi busana terinspirasi masa Renaisans Spanyol.

Gaun Infanta, contohnya, merupakan gaun dengan potongan pinggul lebar yang terinspirasi dari lukisan potret putri Spanyol karya pelukis abad ke-17, Diego Velazquez.

Ada pula gaun Flamenco yang terilhami pakaian matador.

Balenciaga pun menjadi label busana premium termahal dan paling eksklusif di Paris. Pada 1939, media Prancis menyebutnya revolusioner dunia mode. Produk-produknya diburu banyak orang, bahkan saat Perang Dunia II berkecamuk.

Cristobal Balenciaga

Desainer Spanyol Cristobal Balenciaga difoto pada tahun 1971 di lokasi yang tidak diketahui. Balenciaga belajar menjahit pada usia 10 tahun dan kemudian menjadi perancang busana terkemuka Spanyol. FOTO/AP

Figur Pelopor

“Ada satu kata dalam bahasa Spanyol yang singkat dan tajam: cursi. Cristobal menggunakannya untuk menggambarkan sesuatu yang paling dibencinya dalam dunia mode: kevulgaran dan selera yang buruk,” demikian majalah fesyen Vogue pada 1962 menggambarkan perfeksionisme Cristobal.

Cristobal mahir menjahit. Kemampuannya meliputi membuat pola, menggunting, menjahit, sampai penyempurnaan hasil akhir. Itulah pembeda utama antara dirinya dan couturier lain yang sezaman.

Cristobal punya prinsip: proses mendesain dimulai dari kain, bukan sketsa. Dia memang dikenal sebagai desainer yang tidak pernah membuat sketsa. “Kainlah yang memutuskan,” katanya.

Pengetahuan dan keterampilan teknis yang kuat membuat Cristobal tahu bagaimana mengeluarkan efek terbaik dari suatu bahan—kemampuan yang diakui betul oleh desainer lain.

Coco Chanel, misalnya, menganggap Cristobal lebih lihai menjahit daripada semua penjahit di Paris. Konon, setiap busana dari koleksi Balenciaga kala itu seluruhnya dibuat sendiri olehnya.

“Balenciaga adalah couturier sejati. Hanya dia yang mampu memotong bahan, merakit, dan menjahitnya dengan tangan, sementara couturier lainnya sebatas merancang busana,” puji Coco Chanel.

Pada era 1950-an, Cristobal memelopori beragam bentuk yang belum pernah muncul di skena fesyen perempuan. Seperti ditulis Beth Duncuff Charleston di situs The Metropolitan Museum of Art, desain Balenciaga berkisar pada garis ramping dan linier. Itulah yang membuat karyanya berjarak dari bentuk jam pasir yang dipopulerkan Christian Dior.

“Balenciaga menyukai garis-garis cair yang memungkinkannya mengubah cara busana berelasi dengan tubuh perempuan. Garis pinggang diturunkan, lalu dinaikkan, terlepas dari garis pinggang alami pemakainya,” tulis Charleston.

Header Diajeng Balenciaga

Header Diajeng Balenciaga. foto/IStockphoto

Karya-karya Cristobal juga terbilang radikal karena mengabaikan norma sosial dan budaya pada masa itu. Namun, secara perlahan, dia menunjukkan level yang lebih tinggi dari abstraksi.

Misalnya, pada 1953, dia merilis balloon jacket—jaket yang desainnya membulat elegan, seolah-olah menjadi tumpuan bagi kepala pemakainya.

Kemudian, pada 1957, dia memamerkan kreasi baby doll dress yang berpinggang tinggi dengan mantel serupa kepompong dan dipadukan dengan rok balon.

Di tahun yang sama, dia mengejutkan dunia fesyen dengan sack dress—gaun berbentuk lurus dari atas ke bawah yang menghilangkan bagian pinggang.

“Dengan berbagai inovasi desain itu, Balenciaga mencapai apa yang dianggap sebagai kontribusinya yang paling penting bagi dunia mode: siluet baru untuk bentuk tubuh perempuan,” tulis Charleston.

Sack dress rancangan Cristobal menjadi cikal bakal gaun pendek populer di pasaran dekade 1960-an—yang tetap bertahan sebagai desain pokok hingga sekarang.

Jadi ingat, ya, bahwa tiruan model sack dress yang kita sering lihat di pasaran dan dapat dibeli dengan harga yang terjangkau itu, berawal dari ide besar salah satu master dunia fesyen yang berani keluar dari pakem di masanya, untuk kemudian dapat kita nikmati sekarang sebagai suatu hal yang lumrah.

*Artikel ini pernah tayang di tirto.iddan kini telah diubah sesuai dengan kebutuhan redaksional diajeng.

Baca juga artikel terkait DESAINER BUSANA atau tulisan lainnya dari Hasya Nindita

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Hasya Nindita
Editor: Fadrik Aziz Firdausi & Sekar Kinasih