Menuju konten utama

BPOM Perkuat Pengawasan Obat Lewat Aplikasi e-MESO Mobile

Kepala BPOM, Penny K Lukito mengatakan aplikasi e-MESO Mobile guna memperkuat pengawasan penggunaan obat dalam rangka menjaga keselamatan pasien.

BPOM Perkuat Pengawasan Obat Lewat Aplikasi e-MESO Mobile
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Kusumastuti Lukito menyampaikan pemaparan dalam rapat kerja dan rapat dengar pendapat dengan Komisi IX di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (2/11/2022). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/aww.

tirto.id - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) merilis aplikasi Android bernama e-MESO Mobile sebagai platform pelaporan Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) atau Efek Samping Obat (ESO).

Kepala BPOM, Penny K Lukito mengatakan aplikasi itu guna memperkuat pengawasan penggunaan obat dalam rangka menjaga keselamatan pasien.

“Nanti bisa dilaporkan penggunaan obatnya melalui faskes, apotek atau rumah sakit,” ujar Penny dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (20/3/2022).

Penny menjelaskan Sistem Farmakovigilans dan MESO (monitoring efek samping obat) sudah dipakai BPOM sejak lama.

“Sistem ini adalah penguatan dari kejadian yang ada. Ini adalah feedback dari kejadian yang ada terus-menerus,” lanjut Penny.

Akan tetapi, Penny tak merinci kejadian yang dimaksud adalah kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) pada anak yang sebelumnya sempat membuat gempar.

Penny berharap dengan adaya e-MESO Mobile pengawasan dan deteksi kasus efek samping obat akan menjadi lebih kuat dan efektif.

“Jadi ini adalah penguatan untuk melindungi sistem sosial dan sistem yang ada,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi menyatakan penggunaan obat memang perlu diawasi dengan baik. Sebab, kejadian tidak diinginkan tak selalu disebabkan oleh penggunaan obat.

“Perlu adanya upaya preventif atas kejadian yang tidak diinginkan,” kata Adib dalam kesempatan yang sama.

Adib menyatakan e-MESO Mobile akan menjadi sistem pengawasan obat yang harus diisi oleh tenaga kesehatan.

“Kami akan siap melakukan sosialisasi pada tenaga kesehatan, terutama aplikasi ini sudah ada di Android, mungkin nanti bisa dilanjutkan dengan iOS,” ujar Adib.

Plt Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif BPOM, Togi Junice Hutadjulu menyampaikan pelaporan monitoring efek samping obat dari tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan perlu ditingkatkan.

“Nakes dan Fasyankes hanya melaporkan 6 ribu laporan setahun,” kata Togi dalam kesempatan yang sama.

Togi berharap tenaga kesehatan dan masyarakat bisa melaporkan kejadian efek samping obat kepada BPOM agar dapat segera ditelusuri.

Kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) pada anak kembali muncul pada 25 Januari 2023 setelah nihil sejak awal Desember 2022.

Kasus pada awal 2023 tersebut menimpa dua orang anak di DKI Jakarta. Satu anak meninggal dan satu suspek dinyatakan negatif gangguan ginjal akut.

Gangguan ginjal akut ini diakibatkan cemaran Etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) pada obat sirop.

Kementerian Kesehatan RI mencatat kasus gangguan ginjal akut pada anak per 5 Februari 2023 mencapai 326 kasus. Dari jumlah tersebut, 116 anak dinyatakan sembuh, enam korban masih dirawat dan 204 korban meninggal.

Baca juga artikel terkait BPOM RI atau tulisan lainnya dari Mochammad Fajar Nur

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Mochammad Fajar Nur
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Gilang Ramadhan