tirto.id - Laga Boxing Day yang dihelat setiap tanggal 26 Desember sudah menjadi tradisi bagi persepakbolaan Inggris. Namun, Liga Italia untuk pertamakalinya juga akan menggelar pertandingan di masa liburan Natal tahun ini. Berbeda dengan di Inggris yang punya sejarah panjang, apakah Boxing Day di rumput Italia hanya demi bisnis dan uang semata?
Boxing Day di Liga Inggris sudah digelar sejak 26 Desember 1860 atau lebih dari satu setengah abad silam. Kala itu, federasi sepakbola Inggris alias FA sengaja menghelat laga sepakbola dalam suasana Natal agar warga tidak liburan jauh-jauh dan cukup pergi ke stadion bersama-sama keluarga untuk menikmati pertandingan klub kebanggaan mereka.
Awalnya, Boxing Day di Britania Raya menghadirkan pertandingan tim sekota atau derby, atau setidaknya mempertemukan dua klub dari dua kota yang berjarak relatif berdekatan. Tujuannya sama: supaya ada hiburan di masa libur Natal bagi masyarakat dan tidak perlu pergi terlalu jauh.
Sebaliknya, Liga Italia selama ini tidak pernah mengenal Boxing Day. Maklum, Italia adalah pusatnya agama Katolik dengan keberadaan Vatikan di sana. Maka, hari-hari suci Nasrani, terlebih Natal, sudah seharusnya dibedakan dengan aktivitas biasa agar warga bisa lebih khusyuk menikmati hari raya.
Namun, mulai musim 2018/2019 ini, Liga Italia dipastikan akan mengingkari tradisi yang dipegang teguh selama ini. Demi mencontoh kesuksesan Premier League, kesakralan Natal pun terpaksa direduksi dengan penyelenggaraan Boxing Day untuk pertamakalinya dalam sejarah persepakbolaan negeri pizza.
Atas Nama (Bisnis) Sepakbola
Klub-klub Liga Italia, terutama tim-tim mapan di Serie, tampaknya menyambut baik perhelatan Boxing Day di masa Natal. CEO AS Roma, Mauro Baldissoni, misalnya, menilai bahwa Boxing Day di Liga Inggris telah memberikan keuntungan finansial yang cukup signifikan bagi industri sepakbola mereka, dan Italia memang harus mencobanya.
“Premier League telah menunjukkan bahwa mereka berfungsi untuk menawarkan produk ini [Boxing Day] selama liburan [Natal], baik dalam hal kehadiran penonton stadion maupun pemirsa televisi, bahkan dalam skala internasional,” ujar Baldissoni kepada The Associated Press seperti dikutip dari Independent.co.uk.
Pihak Lega Calcio selaku otoritas kompetisi Liga Italia juga mengendus sumber pemasukan baru dengan menggelar Boxing Day selayaknya di Inggris. Dilansir The Sun, Giovanni Malago dari Lega Calcio mengatakan, “Kami yakin bahwa solusi [Boxing Day] ini akan menuai hasil yang luar biasa.”
Namun, tidak semua kalangan setuju dengan pelaksanaan Boxing Day di Liga Italia. Salah satunya pelatih kawakan Italia yang pernah membesut tim nasional Inggris, Fabio Capello.
Jadwal Boxing Day di Liga Italia disentil Capello. Ada laga yang dimulai jam 9 malam, meski hanya satu pertandingan saja. Walau begitu, kata Capello, tetap saja tidak baik bagi orang yang ingin menontonnya secara langsung. Penonton baru pulang dari stadion menjelang tengah malam dalam cuaca dingin atau bahkan hujan salju.
“Jika Anda akan bermain pada hari libur, Anda harus mulai lebih awal untuk memudahkan para penggemar,” tukas mantan pelatih AC Milan, AS Roma, dan Real Madrid ini, kepada La Repubblica.
Capello yang pernah merasakan suasana Boxing Day saat membesut The Three Lions menambahkan, “Di Inggris, laga terakhir Boxing Day dimulai sore hari. Sebaiknya [Liga Italia] tidak sekadar meniru, tapi juga berusaha mengembangkan apa yang ditiru itu.”
Demi pundi-pundi uang yang menggiurkan, semua bisa saja diatur dan disesuaikan menurut kebutuhan, termasuk upaya coba-coba yang dilakukan Liga Italia pada perayaan Natal kali ini.
Namun, seperti kata Cesare Prandelli kepada Football-Italia, orang-orang sepertinya adalah pekerja sepakbola dan harus tetap bekerja sesuai komitmen, bahkan pada hari yang sakral atau waktu yang seharusnya untuk liburan sekalipun.
“Bagi kami, ini adalah hari kerja. Semua orang tentunya ingin merayakan Natal dengan keluarga mereka, tetapi kami telah membuat komitmen ini, dan kami harus bermain sepakbola yang bagus,” ucap mantan pelatih Parma, Fiorentina, serta tim nasional Italia yang kini menukangi Cagliari ini.
Editor: Iswara N Raditya