tirto.id - Di saat orang-orang seharusnya menikmati liburan Natal, kompetisi Liga Inggris, termasuk Premier League, justru jalan terus. Bahkan, laga yang khusus digelar setiap tanggal 26 Desember diberi tajuk khusus dan menambah kesan lebih spesial, yakni Boxing Day. Lantas, bagaimana sejarah Boxing Day dan mengapa tetap dilestarikan, bahkan diikuti negara lain?
Boxing Day sebenarnya merupakan istilah umum, bukan dalam konteks sepakbola semata, bahkan tidak cuma berlaku di Inggris saja. Boleh dibilang, Boxing Day adalah hari di mana orang-orang bergembira dalam rangka merayakan Natal, termasuk, dalam arti harfiahnya, membuka kado-kado indah yang menjadi tradisi dalam setiap perayaan Natal.
Buku lama karya Peter Parley berjudul Tales About Christmas (1838) mengungkapkan asal-usul penamaan Boxing Day. Parley memaknai Boxing Day sebagai hari yang diperingati setelah hari Natal. Di hari itu, atau tanggal 26 Desember, para pelayan, kaum pekerja, atau buruh, menerima hadiah dari majikan, bos, atau perusahaan mereka.
Boxing Day, yang sudah ada sejak zaman Ratu Victoria (1837-1901), memang bermula dari Inggris. Awalnya, tradisi ini hanya berlaku di Britania Raya dan negara-negara (bekas) koloninya semisal Kanada, Hong Kong, Australia, Selandia Baru, Afrika Selatan, dan lainnya, namun nantinya juga diperingati di negara-negara lain.
Boxing Day Liga Inggris
Pertandingan Liga Inggris yang boleh disebut sebagai laga Boxing Day pertama adalah derby antara Sheffield FC melawan Hallam FC pada 26 Desember 1860, seperti dikutip dari buku Firsts, Lasts & Onlys of Football (2010) yang ditulis Paul Donnelley.
Kala itu, FA selaku federasi sepakbola Inggris, sengaja menggelar laga sekota dalam suasana Natal agar warga tidak liburan jauh-jauh dan cukup pergi ke stadion bersama-sama seluruh anggota keluarga untuk menikmati pertandingan klub kebanggaan mereka.
Apa yang diinginkan FA ternyata membuahkan hasil. Kini, Boxing Day –dalam konteks laga sepakbola di Liga Inggris– menjadi salah satu hiburan utama masyarakat Britania setiap kali libur Natal tiba.
Pada perkembangannya, Boxing Day tidak melulu menggelar derby. Namun, laga yang dihelat pada satu hari itu tetap diusahakan melibatkan dua klub yang berjarak tidak terlalu jauh. Tujuannya tetap dan jelas, yakni agar orang-orang dari dua kota yang terlibat bisa menikmati hari libur di stadion.
Namun, aturan seperti itu tampaknya sudah tak berlaku di era-era sekarang ini. Jadwal pertandingan tidak lagi diatur sedemikian rupa agar laga yang akan dilangsungkan pada 26 Desember menampilkan dua klub sekota atau dua klub dari kota yang berdekatan.
Contohnya Boxing Day untuk Premier League musim 2018/2019 ini. Tanggal 26 Desember 2018, Leicester City menjamu Manchester United. Padahal, jarak antara kedua kota klub itu mencapai 190 km. Juga laga Liverpool vs Newcastle United. Untuk menuju Anfield, The Magpies harus menempuh perjalanan sejauh 283 km.
Boxing Day di persepakbolaan Inggris sebenarnya sempat diprotes sejumlah kalangan dengan berbagai pertimbangan. Namun, moment ini masih saja lestari dan seolah menjadi berkah bagi kalangan yang lain. Bahkan, Boxing Day Liga Inggris kini mulai diikuti oleh kompetisi sepakbola di negara lain, termasuk Italia.
Editor: Iswara N Raditya