Menuju konten utama

Borong Barang karena Corona Justru Merugikan & Lahirkan Spekulan

Stok barang cukup. Kepanikan karena Corona justru akan melahirkan spekulan baru seperti pada kasus masker.

Borong Barang karena Corona Justru Merugikan & Lahirkan Spekulan
Ilustrasi Swalayan. foto/istockphoto

tirto.id - Gerai-gerai retail di Jakarta dan sekitarnya tiba-tiba diserbu konsumen Senin (2/3/2020) kemarin. Antrean mengular di depan kasir. Masyarakat membeli beras, mie instan, obat-obatan, bahkan sampai tisu gulung dengan jumlah banyak dalam satu kesempatan--atau panic buying.

Ini terjadi beberapa jam setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus pertama Virus Corona atau COVID-19 di Indonesia. Mereka adalah ibu (64 tahun) dan anak (31) yang tinggal di Depok, Jawa Barat.

Kejadian serupa sebenarnya terjadi pula di banyak kota di berbagai negara yang terkena Corona, dari mulai Seoul, Bukares, Hawaii, hingga Auckland. Di Auckland, Selandia Baru, bahkan orang-orang sudah mengantre sejak pukul setengah 8 pagi. Para pembeli khawatir jika Corona meluas, persediaan barang akan menipis. Karenanya, selagi bisa, mereka memborong semua yang dianggap berguna.

Namun sebetulnya hal itu tidak perlu dilakukan di sini. Bukan hanya di Jakarta, tapi juga di seluruh kota di Indonesia. Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) memastikan lewat 200 retail dan 50 ribu gerai mereka, kebutuhan masyarakat aman dalam beberapa bulan ke depan.

Dalam keterangan tertulis yang diterima reporter Tirto, Selasa (3/3/2020), Ketua Umum Hippindo Budihardjo Iduansjah juga mengatakan mereka “telah berkoordinasi dengan asosiasi produsen dan distributor untuk memastikan persediaan guna mengantisipasi peningkatan kebutuhan masyarakat.”

Badan Urusan Logistik (Bulog), lembaga pangan di Indonesia yang mengurusi tata niaga beras, juga memastikan hal serupa. Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso memastikan stok beras aman setidaknya sampai hari raya lebaran--akhir Mei. Bulog masih memiliki stok beras 1,7 juta ton per Februari 2020.

“Bulog menjamin beras tersedia di masyarakat walau ada lonjakan permintaan yang tiba-tiba,” ucap Budi dalam keterangan tertulis, Senin (2/3/2020).

Kenapa Jangan Panik

Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menyatakan mewaspadai Corona itu perlu, tapi panik berlebihan justru dapat merugikan. Akan ada pihak-pihak tertentu mengambil kesempatan dalam kesempitan seperti pada kasus masker. Orang-orang mencari masker karena menganggap itu dapat menghalau Corona. Akhirnya harga melambung, penimbunan pun terjadi.

“Kepanikan memicu harga produk melambung tinggi,” ucap Tulus dalam keterangan tertulis yang diterima reporter Tirto, Selasa (3/3/2020).

Tulus juga meminta produsen menetapkan harga secara wajar. “Jangan ada lagi yang coba-coba memanfaatkan situasi dengan menaikkan harga. Jangan mengeksploitasi masyarakat dengan harga yang gila-gilaan,” ucap Tulus. Di sisi lain, pemerintah juga menurutnya perlu aktif menjaga stabilitas harga dan pasokan.

Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) berpendapat serupa. Ketua Umum Aprindo Roy N Mandey menyatakan, “tindakan yang berlebihan ini justru membuat kepanikan baru yang tidak perlu terjadi, di saat sebenarnya seluruh kebutuhan masyarakat tetap dapat terpenuhi.”

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Suhanto mengatakan produsen pun tak perlu khawatir kehabisan bahan baku karena efek Corona. Ia menegaskan kembali kalau sampai saat ini Kemendag hanya melarang importasi binatang hidup dari Cina.

Untuk komoditas lain yang langka seperti bawang putih dan gula konsumsi atau gula kristal putih (GKP), Suhanto mengatakan pasokan keduanya akan segera masuk ke Indonesia--diprediksi terealisasi sebelum Lebaran 2020.

“Kami juga telah menerbitkan Persetujuan Impor (PI) gula pasir dan bawang putih,” ucap Suhanto dalam keterangan tertulis, Selasa (3/3/2020).

Seandainya ada gejolak harga, Suhanto menegaskan Kemendag akan menggerakkan BUMN dan pelaku usaha swasta melakukan operasi pasar.

Sementara Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan pemerintah telah memantau dampak Corona pada sektor riil. Sebagai antisipasi, menurutnya sudah ada rencana untuk memberi kemudahan izin impor bahan baku. Kemudahan ini akan diutamakan bagi 500 importir bereputasi baik sesuai data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

“Kami bersama Menperin dan Mendag akan mengurangi sebanyak mungkin halangan untuk impor, termasuk bahan baku agar mempermudah reputable importir [berbisnis] tanpa lagi [mengurusi] perizinan,” ucap Sri Mulyani di kantornya, Senin (2/3/2020).

Sri Mulyani juga membuka peluang mengeluarkan paket kebijakan ekonomi tambahan. “Oleh Menko Airlangga akan ditentukan paket apa di sektor riil untuk mendorong produksi supaya tidak terlalu besar terkena imbas,” pungkasnya.

Baca juga artikel terkait WABAH VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Rio Apinino