Menuju konten utama

BMKG soal Cuaca Panas: Kurangi Aktivitas di Luar Ruangan

Antisipasi cuaca panas dapat dilakukan dengan menggunakan payung atau baju yang bisa menutupi tubuh serta mengurangi kegiatan di luar ruangan.

BMKG soal Cuaca Panas: Kurangi Aktivitas di Luar Ruangan
Warga menggunakan payung untuk menghindari sengatan matahari ketika berjalan di sekitar Bunderan HI, Jakarta. ANTARA FOTO/Saptono/Foc

tirto.id - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk mengantisipasi peningkatan suhu udara atau cuaca panas yang masih berpotensi terjadi dalam beberapa hari depan sebagai dampak dari gerak semu matahari.

Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo mengatakan, antisipasi dapat dilakukan dengan menggunakan payung atau baju yang bisa menutupi tubuh agar terhindar dari sengatan matahari secara langsung.

"Juga banyak minum air putih dan bila memungkinkan kurangi aktivitas di luar ruangan," jelasnya seperti ditulis Antara, Jakarta, Selasa (3/10/2023).

Di Jawa Tengah, suhu udara maksimum pada hari Sabtu (30/9/2023) di beberapa lokasi seperti Stasiun Klimatologi Semarang tercatat mencapai 38 derajat Celcius dan Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang mencapai 36,7 derajat Celcius.

Akan tetapi, di Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, lanjut dia, suhu udara maksimum dalam beberapa hari terakhir hingga Selasa (3/10/2023) masih berada di kisaran 30 derajat Celcius.

"Meskipun demikian, suhu udara di Cilacap diprediksi akan terus meningkat," ungkapnya.

Peningkatan suhu udara yang relatif tinggi itu berkaitan dengan gerak semu matahari, sehingga posisi matahari saat sekarang berada di belahan bumi selatan.

Selain itu, kata dia, suhu yang relatif tinggi juga disebabkan oleh kurangnya tutupan awan di Pulau Jawa, sehingga matahari langsung menyinari bumi tanpa terhalang.

Lebih lanjut, Teguh mengatakan secara klimatologi berdasarkan data sejak tahun 1991 hingga 2020, suhu udara maksimum di wilayah Cilacap dan sekitarnya pada bulan Oktober pernah mencapai 34 derajat Celcius dan terjadi pada 2016.

Sementara suhu udara paling maksimum di Cilacap, lanjut dia, pernah terjadi pada bulan Maret 2012 mencapai 35,3 derajat Celcius.

"Dengan demikian, potensi peningkatan suhu maksimum pada bulan Oktober perlu diwaspadai," tegasnya.

Terkait dengan pantauan perkembangan hari tanpa hujan berturut-turut di Cilacap per 30 September 2023, dia mengatakan beberapa wilayah Cilacap bagian tengah dan barat mengalami kekeringan ekstrem karena lebih dari 60 hari tidak hujan.

Menurut dia, wilayah yang mengalami kekeringan ekstrem di antaranya Kecamatan Majenang, Wanareja, Cimanggu, Cipari, dan Karangpucung, sedangkan wilayah lainnya masuk kategori menengah hingga sangat panjang atau 11-60 hari tidak hujan.

"Beberapa hari lalu hujan sempat turun di beberapa wilayah Cilacap dan sekitarnya, namun intensitasnya ringan. Update prakiraan hujan untuk bulan Oktober masih dalam kategori rendah atau 0-50 milimeter," kata Teguh.

Baca juga artikel terkait DAMPAK CUACA PANAS

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Antara
Editor: Anggun P Situmorang