Menuju konten utama

BMKG Prediksi Es di Puncak Jaya Hilang 2025 karena Global Warming

Pada Februari 2021, susut es di Puncak Jaya telah mencapai 23,46 meter. Sehingga BMKG memprediksi tutupan es di sana akan hilang pada 2025.

BMKG Prediksi Es di Puncak Jaya Hilang 2025 karena Global Warming
Puncak Jaya. wikipedia/boleh berbagi/Alfindra Primaldhi

tirto.id - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati memprediksi tutupan es di Puncak Jaya, Papua, akan sepenuhnya hilang di 2025. Menurutnya prediksi itu sebagai dampak pada pemanasan global yang semakin nyata di Indonesia.

"Sudah akan hilang, jadi tentunya kalau Puncak Jaya Wijaya sudah tidak ada esnya, artinya pemanasan global benar-benar telah terjadi serius, dan siap-siap cuaca ekstrem itu akan menjadi hal yang normal," kata Dwikorita dalam pidato kunci peluncuran Dokumen Kebijakan Pembangunan Berketahanan Iklim yang dilakukan Bappenas di Jakarta, Kamis (1/4/2021) dilansir dari Antara.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan tim BMKG di Puncak Jaya, pada Juni 2010 ketebalan es di sana mencapai 31,49 meter. Tebal es berkurang sekitar 526 meter dari 2010 sampai dengan 2015, dengan rata-rata sekitar 1,05 meter per tahun.

Namun diketahui dari penelitian berikutnya tebal es menjadi berkurang sekitar 5,7 meter dari November 2015 sampai dengan November 2016. Saat itu merupakan tahun dengan El Nino kuat.

Pada Februari 2021, susut es di Puncak Jaya telah mencapai 23,46 meter. Sehingga BMKG memprediksi tutupan es di sana akan hilang di 2025, menurut Dwikorita.

Sebelumnya ia menjelaskan tren emisi gas rumah kaca (GRK) di Indonesia berdasarkan data 1981 sampai dengan 2020 terlihat fluktuatif meningkat. Konsentrasi karbon dioksida (CO2) masih di bawah rerata global, namun beberapa grafik yang lebih tinggi dari rata-rata global sangat terkait dengan kejadian kebakaran hutan dan lahan yang dipicu oleh iklim ekstrem.

BMKG juga menganalisis tren temperatur di Indonesia dan menemukan kenaikan suhu udara masih di bawah anomali suhu global, namun keduanya mengalami kenaikan cukup signifikan mulai dari tahun 1970-an.

"Dan tahun 2020 merupakan tahun terpanas kedua setelah tahun 2016," ujar Dwikorita.

Perubahan iklim global berdampak pada temperatur di Indonesia. Ilustrasi di pulau-pulau utama menunjukkan temperatur yang terus naik hingga akhir abad 21.

Namun, ia mengatakan jika emisi GRK dapat diminimalkan maka kurva kenaikan temperatur akan melandai mendekati tahun 2100. Kenaikan temperatur akan lebih tinggi bila emisi gas rumah kaca tidak dikendalikan, sehingga setiap wilayah di Indonesia akan mengalami kenaikan temperatur signifikan di akhir abad.

Baca juga artikel terkait PUNCAK JAYA

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Antara
Editor: Bayu Septianto