Menuju konten utama

Blue Bird Tersungkur, Bosnya Tersingkir

Bos Blue Bird Purnomo Prawiro tersingkir dari daftar 50 orang terkaya di Indonesia versi Forbes. Penyebabnya, harga saham Blue Bird yang terus tersungkur.

Blue Bird Tersungkur, Bosnya Tersingkir
Ilustrasi taksi Blue Bird. ANTARA/Puspa Perwitasari

tirto.id - Purnowo Prawiro bukanlah sosok baru di kalangan borjuis di Indonesia. Sejak 2014, pemilik dari Blue Bird Grup tersebut selalu masuk dalam daftar 50 orang paling kaya di Indonesia versi Forbes Indonesia.

Namun, semuanya berubah pada 2018. Di Tahun Anjing Tanah ini, nama Purnomo tidak lagi tercantum dalam jajaran 50 orang terkaya di Indonesia. Tersingkirnya Purnomo dari jajaran elit itu tak lain karena bisnis taksinya tengah tersungkur.

“Tekanan transportasi online membuat kinerja Blue Bird tergerus, sehingga harga sahamnya juga ikut terpengaruh. Alhasil, kekayaan Purnomo juga turun,” kata Editor in Chief Forbes Indonesia Taufik Darusman kepada Tirto.

Kekayaan Purnomo memang tak bisa terlepas dari bisnisnya. Saat Forbes mencatat Purnomo sebagai orang terkaya ke-25 di Indonesia pada 2014, Blue Bird baru saja mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia pada tahun yang sama.

Kala itu, Forbes Indonesia menaksir kekayaan Purnomo mencapai US$1,5 miliar. Sementara harga saham perdana Blue Bird dipatok Rp7.450 per saham. Harga saham Blue Bird terus menanjak sepanjang tahun itu. Hingga akhir 2014, harga saham Blue Bird sudah menembus Rp9.425 per saham.

Memasuki 2015, harta kekayaan Purnomo mulai turun, ditaksir menjadi US$990 juta, dan menempati posisi ke-29 dalam daftar Forbes. Nilai kekayaan yang turun juga sejalan dengan harga saham Blue Bird yang turun ke level Rp7.100 per 30 Desember 2015.

Tahun berikutnya, Purnomo masih menempati jajaran 50 orang terkaya di Indonesia. Namun, rangking Purnomo di dalam daftar itu turun drastis ke peringkat 49 dengan nilai kekayaan tersisa sekitar separuhnya menjadi sekitar US$470 juta.

Turunnya harta kekayaan Purnomo sejalan dengan harga saham Blue Bird yang terus menurun. Hingga akhir 2016, harga saham Blue Bird sudah turun jauh menjadi hanya Rp3.000 per saham atau anjlok 58 persen dari akhir 2015 sebesar Rp7.100 per saham

Pada 2017, harta kekayaan Purnomo meningkat menjadi US$640 juta seiring membaiknya harga saham Blue Bird. Peringkatnya pun naik ke angka 45. Pada akhir 2017, harga saham Blue Bird tercatat sudah membaik di level Rp3.460 per saham.

Pada 2018, Purnomo tidak lagi terdaftar di dalam 50 orang terkaya Indonesia. Harta kekayaan Purnomo ditaksir lebih rendah dari US$600 juta, di mana angka tersebut merupakan nilai aset minimum Forbes Indonesia Rich List.

Untuk diketahui, dalam menyusun daftar 50 orang terkaya di Indonesia, Forbes mengambil informasi dari kepemilikan saham dan informasi keuangan yang didapatkan dari keluarga dan individu, bursa efek, laporan tahunan dan analis.

Nilai aset yang dicantumkan mencakup kekayaan individu dan keluarga, termasuk kekayaan bersama antara pendiri perusahaan dan kerabat keluarga terdekat. Nilai aset dari perusahaan publik dihitung berdasarkan harga saham dan kurs.

Khusus untuk daftar 50 orang terkaya di Indonesia pada periode 2018, Forbes menggunakan acuan harga saham pada 30 November 2018. Sementara untuk nilai aset perusahaan swasta dinilai dari nilai perusahaan serupa yang tercatat di bursa.

Infografik Blue Bird

Infografik Blue Bird

Kinerja Bisnis Blue Bird

Harga saham Blue Bird yang terus menurun bukan tanpa sebab. Naik turunnya harga saham adalah cerminan dari kinerja bisnis perseroan. Jika bisnis moncer, maka harga saham naik. Apabila bisnis lesu, harga saham terperosok.

Dalam lima tahun terakhir ini, kinerja perseroan memang terpuruk. Pendapatan Blue Bird tumbuh terakhir kali terjadi pada 2015. Kala itu, pendapatan taksi biru itu naik 15 persen menjadi Rp5,47 triliun dari tahun sebelumnya sebesar Rp4,75 triliun.

Namun, pada tahun berikutnya, pendapatan Blue Bird turun 12 persen menjadi Rp4,79 triliun dari sebelumnya Rp5,47 triliun seiring dengan kian menjamurnya taksi berbasis aplikasi, terutama di Jakarta, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jadetabek).

Sepanjang 2017, Blue Bird kembali mencatatkan penurunan pendapatan. Taksi dengan logo bergambar Burung Biru ini meraup pendapatan senilai Rp4,2 triliun, turun 12 persen dari 2016 sebesar Rp4,79 triliun.

Pendapatan Blue Bird dari Jadetabek mencapai Rp3,26 triliun, turun 10 persen dari Rp3,63 triliun. Sedangkan pendapatan dari luar Jadetabek mencapai Rp940,31 miliar, atau turun 19 persen dari Rp1,15 triliun.

Menurunnya pendapatan usaha, membuat laba bersih Blue Bird juga ikut terkoreksi. Emiten dengan kode BIRD ini meraup laba bersih sebesar Rp427,49 miliar sepanjang 2017. Angka itu turun 16 persen dari laba bersih 2016 senilai Rp510,2 miliar.

Kendati secara tahunan pendapatan dan laba bersih Blue Bird pada 2017 menurun, kinerja Blue Bird pada tahun Ayam Api itu sebenarnya stabil, dan cenderung merangkak naik apabila dilihat secara kuartalan.

Pada kuartal I/2017, pendapatan Blue Bird tercatat menurun 10 persen menjadi Rp1,03 triliun dari kuartal IV/2016. Namun pada kuartal-kuartal berikutnya, pendapatan mulai naik. Kuartal II, pendapatan naik 0,2 persen, kuartal III naik 1 persen, dan kuartal IV naik 2 persen.

Sebagai catatan, pada Maret 2017, Blue Bird membuat perubahan bisnis besar-besaran, berdamai dengan penyedia jasa aplikasi taksi online. Dalam hal ini, Blue Bird menjalin kerja sama dengan Gojek, untuk menyediakan Go-Blue Bird. Sejak saat itu, penurunan kinerja mulai tertahan, meski belum bisa disebut membaik.

Pola yang hampir sama juga terjadi di laba bersih. Pada kuartal I/2017, laba bersih Blue Bird turun 20 persen. Lalu, pada kuartal II turun 36 persen, kuartal III naik 44 persen dan kuartal IV naik 15 persen.

Pada tahun 2018, kinerja Blue Bird kurang lebih sama. Pada kuartal III/2018, perseroan meraup pendapatan sebesar Rp3,10 triliun atau turun 0,63 persen dari pendapatan pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp3,13 triliun.

Meski begitu ada kabar baik dari laba bersih. Blue Bird ternyata mampu meraup laba sebesar Rp337 miliar, naik 11 persen dari laba bersih pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp304 miliar.

Laba bersih Blue Bird yang meningkat karena perseroan berhasil menekan beban operasional, termasuk beban bunga. Capaian ini membawa harga saham perseroan pelan-pelan merangkak naik kembali.

Saat laporan keuangan BIRD diumumkan pada Jumat, 26 Oktober, tiga hari setelahnya harga saham BIRD naik menjadi Rp2.830 per saham dari harga saham 26 Oktober sebesar Rp2.760 per saham.

Harga saham masih terus meningkat sampai dengan Rp2.880 per saham pada 2 November. Namun setelah itu, saham Blue Bird kembali terperosok hingga menyentuh harga sebesar Rp2.700 per saham per 13 Desember.

Kondisi saham yang terus menukik turun akhirnya membuat Purnomo tak lagi masuk dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia. Per 30 November 2018, harga saham Blue Bird tercatat Rp2.720 per saham, turun 21 persen dari akhir 2017.

Baca juga artikel terkait ORANG TERKAYA INDONESIA atau tulisan lainnya dari Ringkang Gumiwang

tirto.id - Bisnis
Penulis: Ringkang Gumiwang
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti