tirto.id - Satu hari di tahun 2000, Johnny Darmawan yang saat itu menjadi CEO Auto2000, menerima aduan ihwal sedan Toyota Soluna yang menumpuk di gudang. Johnny yang baru menjabat orang nomor satu di jaringan dealer milik Astra ini tanpa pikir panjang menerima pinangan pembeli yang ingin memborong Soluna tersebut.
“Pak Johnny, itu Soluna kan numpuk banyak banget. Ada kebutuhan taksi nih, tapi Toyota (TMC) kan enggak boleh Soluna untuk taksi. Saya jawab ya sudah jadi, kamu cari deh,” kata Johnny seperti dikutip dari Kiprah Toyota Melayani Indonesia2002-2014 (2014:149) suntingan Rizka S. Aji.
“Lantaran, dulu jual Soluna sulit sekali,” katanya.
Pinangan itu datang dari Gading Taksi. Mereka memesan 100 unit sedan Soluna. Langkah Johnny tersebut sudah pasti membuat para petinggi Toyota Astra Motor (TAM) sebagai pemegang merek Toyota di Indonesia marah besar. Johnny diminta membeli kembali 100 unit sedan Soluna yang sudah telanjur dijual. Saat itu, taksi adalah aib bagi Toyota karena memberikan kesan rendahan dan murahan. Johnny yang kepala batu, menolak permintaan penarikan sedan Soluna.
Drama korporasi di tubuh Toyota berakhir, Toyota akhirnya menyetujui sedan Soluna sebagai taksi meski dengan negosiasi yang alot. Ribuan unit sedan Soluna berhasil dijual setiap tahun. Toyota pun ketagihan, sedan Toyota Limo—Sedan Vios versi taksi—pun lahir sebagai penerus sedan Soluna. Selain sedan Soluna dan Limo, sederetan nama mobil sedan yang berfungsi sebagai taksi tak kalah banyak antara lain: Mercedes-Benz E-200, Nissan Almera, Nissan Sunny Neo GL, Nissan Latio, KIA Cerato, dan lain-lain.
Citra sedan sebagai kendaraan elegan sangat wajar jadi buruan perusahaan taksi, Blue Bird salah satunya. Raja pasar di taksi konvensional ini, armada pertama taksi mereka adalah sedan Holden Torana 1972 buatan Negeri Kanguru. Selain Blue Bird yang konsisten memakai sedan sebagai armada, beberapa nama seperti Dian Taksi, Taksi Express, Gamya dan lainnya juga memakai sedan.
Namun, kejayaan sedan sebagai armada taksi mulai bergeser. Blue Bird, sebagai penguasa pasar di taksi konvensional sejak 2015 mencoba mencicipi armada baru mobil jenis multi purpose vehicle (MPV) Mobilio. Peluncuran Blue Bird MPV diresmikan Gubernur DKI Jakarta saat masih dipegang oleh Basuki Tjahaja Purnama di Gedung Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (20/8).
Blue Bird mengklaim yang pertama memakai MPV sebagai taksi di Jakarta. Sebagai tahap awal ada 300 unit armada yang beroperasi di Jakarta akhir tahun yang sama. “Blue Bird MPV merupakan yang pertama di Jakarta. Dengan kapasitas lebih besar, perjalanan lebih menyenangkan,” kata Direktur PT Blue Bird Tbk Andre Djokosoetono
Langkah Blue Bird ini menyusul MPV Suzuki Ertiga yang lebih dulu jadi armada taksi Express di Padang, Sumatera Barat pada 2014. Pada tahun yang sama, gurita bisnis taksi online seperti Uber dan Grab Taksi mulai menebar teror di pasar taksi Indonesia.
Belum lama ini Blue Bird mengumumkan kembali peremajaan armada dengan menambah varian armada MPV, kali ini Toyota Transmover. Direktur Pemasaran PT Blue Bird Tbk. Amelia Nasution mengatakan sedikitnya ada 1.200 armada yang sudah dikonversi dari sedan ke MPV dan akan terus bertambah.
“Pertimbangkan kita sepenuhnya berdasarkan keinginan customer kita. Sebelumnya kita sudah menggunakan mobil jenis MPV yaitu (Honda) Mobilio, sambutan dan feedback dari customer sangat positive sehingga kita terus kan dengan jenis terbaru, (Toyota) Tansmover,” kata Amelia kepada Tirto.
Amelia punya pandangan, pemilihan MPV sebagai peremajaan armada taksi Blue Bird juga karena pertimbangan luas kabin yang lega daripada sedan. “Sekarang mereka (pelanggan) bisa lebih dari 3 orang pakai taksi. Lebih ekonomis juga buat customer,” katanya.
Segudang alasan lainnya bisa dapat dilihat dari keunggulan MPV daripada sedan. Selain sudah banyak pabrikan mobil yang bersedia mobil MPV-nya dijadikan taksi, keunggulan fundamental MPV sebagai kendaraan operasional harian memang tak tertandingi oleh sedan. Di Jakarta saja misalnya, kawasan yang sering mengalami banjir butuh armada dengan ground clearance yang tinggi, MPV tentu juaranya daripada sedan. Bagasi MPV yang lebih luas tentu jadi daya tarik bagi konsumen.
Yang tak kalah penting adalah ihwal harga MPV taksi dibandingkan dengan sedan yang kelewat mahal. Misalnya saja Transmover (Avanza Taksi) dengan spesifikasi yang diturunkan sehingga harganya bisa ditekan jadi Rp143 juta per unit, jauh lebih murah dari harga Toyota Avanza penumpang pribadi termurah Rp190 juta.
Namun, harga Toyota Transmover masih jauh lebih murah dari Sedan Toyota Limo yang dibanderol di atas Rp200 juta, meski versi Sedan Vios (versi penumpang pribadi) malah harganya jauh lebih mahal yang menembus Rp276 jutaan karena sedan kena Pajak Barang Mewah (PPnBM) lebih tinggi. Sehingga wajar saja, Toyota Transmover cukup laris dan sudah terjual sekitar 3.000 unit semenjak diperkenalkan sejak November 2016. Keberadaan taksi MPV Transmover tak hanya di Jakarta tapi juga kota-kota lain di Indonesia seperti Solo dan lainnya.
Banyak pertimbangan lain sebuah armada taksi bisa terpilih selain dari faktor bahan bakar yang irit dan mudah operasionalnya, dan segala pertimbangan bisnis oleh operator taksi. Namun, di beberapa negara, taksi juga harus memenuhi kepatuhan dalam banyak hal misalnya soal aksesibilitas bagi difabel, MPV mampu memberikan keunggulan dengan kabin yang lebih luas. Belum lagi aspek keamanan seperti pintu geser yang lebih mencegah risiko celaka dan sebagainya.
Tak Hanya di Indonesia
Menapaki Pelabuhan Laem Chabang Port, di Provinsi Chonburi, Thailand pada penghujung 2014 lalu, membawa saya pada perjumpaan dengan sederetan mobil MPV Toyota Innova berwarna hijau berpadu kuning mencolok di pelataran parkir pelabuhan.
Rasa makin penasaran, saat mendapati tulisan taxi di tengah dominasi aksara Thailand di sisi pintu mobil.
Mobil MPV Kijang Innova memang sudah umum jadi armada taksi di sana, salah satunya oleh perusahaan taksi Thailand Taxi Group, dan beberapa perusahaan taksi lainnya.
Di negara serumpun lain di ASEAN, MPV sebagai taksi juga sudah umum, 1Malaysia Taxi mengoperasikan MPV Proton Exora sejak Juni 2013. Kondisi yang sama, MPV sebagai taksi juga ada di Singapura.
Di luar Asia, penggunaan mobil MPV untuk taksi juga lazim di Afrika Selatan. Toyota Avanza yang lahir dan diproduksi di Indonesia bahkan dipakai sebagai taksi oleh perusahaan taksi terkemuka di sana, Excite Taxi yang berdiri sejak 1994.
Di Amerika Serikat, NYC Taxi menggunakan MPV mobil Nissan NV200 sejak 2013, dengan konfigurasi pintu geser, mobil ini di Indonesia dikenal sebagai Nissan Evalia. Keberadaan armada taksi selain sedan di New York sudah mulai dipakai oleh NYC Taxi setidaknya sejak 2000-an, dengan hadirnya minivan Chevrolet Uplander dan Toyota Sienna. Proses pemilihan Nissan NV200 sudah ada sejak 2011, atau bersamaan dengan kemunculan Uber di New York.
Migrasi perusahaan taksi seperti Blue Bird dalam peremajaan armada dari sedan ke MPV sulit tak dikaitkan dengan menjawab perkembangan zaman di tengah gencar dan sengitnya persaingan dengan taksi berbasis online. Perusahaan taksi seperti Express dan Blue Bird termasuk yang terpukul adanya taksi online, laba dan pendapatan Blue Bird sepanjang tahun lalu tergerus dua digit.
Pada kenyataannya kebanyakan taksi online yang beroperasi di jalan umumnya adalah kendaraan MPV. Respons taksi konvensional dengan wajah baru MPV sangat beralasan. Sayonara untuk taksi sedan.