tirto.id - Taksi terbang bakal diuji coba di Ibu Kota Nusantara, Kalimantan Timur sebelum 17 Agustus 2024. Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) Deputi Bidang Transformasi Hijau dan Digital Mohammed Ali Berawi mengklaim, pihaknya sudah menyiapkan landasan untuk taksi tersebut.
"Kita ini melakukan proof of concept yakni teknologi harus dibuktikan bahwa keandalan teknologi tersebut bagus," kata Ali dikutip dari Antara, Kamis (21/9/2023).
Dia menjelaskan, melalui Intelligent Transport System (ITS), mobil elektrik atau kendaraan otonom membawa penumpang ke helipad taksi terbang. Nantinya, hal itu dilakukan hanya menggunakan satu aplikasi.
"IKN menerapkan ITS mulai dari kendaraan otonom, bus listrik dan seterusnya," kata Ali.
Sementara itu, Ali menjelaskan, moda taksi terbang ini masih dalam taraf pengembangan. Dia berharap sumber daya manusia (SDM) Indonesia bisa menguasai teknologi ini, dan perusahaan-perusahaan nasional yang diajak kerja sama bisa mengembangkan kapasitasnya untuk menguasai teknologi taksi terbang.
"Menurut saya momentum ini hanya ada melalui pembangunan IKN, dan harus dimanfaatkan. Kita berharap ada teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk penciptaan, pengembangan, dan ada peningkatan kapasitas SDM Indonesia. Ini yang saya sebut sebagai nilai tambah," kata Ali.
Berdasarkan Undang - Undang Nomor 3 Tahun 2022, untuk mewujudkan kota yang berkelanjutan dan mudah diakses, hierarki transportasi umum yang terintegrasi diusulkan untuk menunjukkan angkutan massal berkualitas tinggi dan dapat menjadi tulang punggung semua layanan mobilitas.
Hierarki transportasi umum terdiri atas berbagai jenis layanan yang menangani kebutuhan mobilitas tertentu. Hierarki transportasi umum mendukung rencana tersebut dan membantu memaksimalkan pilihan mobilitas melalui berbagai moda dan konektivitas tanpa batas di mana salah satunya yakni koridor tersier.
Koridor tersier akan membantu memenuhi kebutuhan tingkat lokal dan intrakomunitas dan memungkinkan konektivitas jarak tujuan awal dan akhir (first/ last mile) ke jaringan primer dan sekunder. Koridor ini termasuk bus pengumpan, angkutan kendaraan yang terhubung dan otonom atau connected autonomous vehicle (CAV), layanan first/ last mile lainnya, dan jaringan pusat mobilitas.