Menuju konten utama

BKPM Pantau Investasi Pabrik Alumina Terbesar di Indonesia

Badan Koordinasi Penanaman Modal memantau pelaksanaan investasi pabrik alumina terbesar di Indonesia yang dilakukan PT Well Harvest Winning Alumina Refinery dalam membangun pabrik pengolahan dan pemurnian bauksit menjadi smelter-grade alumina berkapasitas 1 juta ton.

BKPM Pantau Investasi Pabrik Alumina Terbesar di Indonesia
Kantor Badan koordinasi Penanaman Modal (BKPM). TIRTO/Andrey Gromico

tirto.id - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memantau pelaksanaan investasi pabrik alumina terbesar di Indonesia yang dilakukan PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (PT WHW) dalam membangun pabrik pengolahan dan pemurnian bauksit menjadi smelter-grade alumina berkapasitas 1 juta ton.

"Pabrik ini memiliki arti yang strategis di antaranya dengan mendukung penyerapan tenaga kerja, meningkatkan nilai tambah, meningkatkan nilai ekspor, menghemat devisa, dan juga yang tidak kalah penting adalah mempercepat pembangunan daerah-daerah di luar Jawa," kata Kepala BKPM Franky Sibarani di sela kunjungan ke lokasi pabrik tersebut di Ketapang, Kalimantan Barat, Jumat, (1/4/2016).

Franky menyebut, proyek investasi PT WHW memiliki rencana investasi senilai Rp12,5 triliun dan sampai tahun 2015 telah terealisasi sebesar Rp7,9 triliun. Diperkirakan, proyek tersebut akan menyerap sebanyak 2.435 orang tenaga kerja.

Menurut Franky, pembangunan pabrik pemurnian bauksit itu merupakan wujud nyata pelaksanaan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara yang mengamanatkan kepada perusahaan untuk melakukan hilirisasi tambang.

"Ini mendorong perusahaan untuk membangun pabrik pengolahan dan pemurnian bahan tambang di Indonesia yang akan berdampak dan berkontribusi besar dalam memperkuat struktur industri aluminium nasional, yang masih mengalami kekosongan di sektor hulu," kata Franky.

PT WHW merupakan perusahaan patungan dari Cayman Islands, Indonesia, Hong Kong dan Cina yang mulai membangun pabrik pada tahun 2012 melalui dua tahapan, di mana 90 persen hasil produksi diekspor dan sisa 10 persen dipasok ke PT Inalum.

Realisasi konstruksi pabrik tahap pertama berkapasitas produksi 1 juta dolar AS sudah mencapai sekitar 95 persen dan diharapkan dalam waktu dekat akan berproduksi komersil, sedangkan untuk tahap kedua diharapkan selesai pada tahun 2018.

Penghematan devisa

Franky menilai pembangunan industri penghasil smelter-grade alumina itu akan dapat memberikan dampak luas bagi pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten Ketapang dan Provinsi Kalimantan Barat. Bahkan, secara nasional pembangunan pabrik industri alumina tersebut juga akan memberi manfaat pada pendapatan nasional melalui devisa yang dihasilkan dan dari penghematan devisa.

"Pembangunan pabrik smelter-grade alumina ini diperkirakan mampu menghemat devisa sebesar 85 juta dolar AS per tahun melalui substitusi impor bahan baku," imbuh Franky.

Pabrik alumina tersebut mengklaim memiliki kapasitas produksi hingga 2 juta ton per tahun dengan perkiraan nilai ekspor hingga 765 juta dolar AS per tahun.

Empat kontruksi utama PT WHW

External Relation and CSR PT WHW, Togap Manik, memberi keterangan selain membangun pabrik alumina, ada empat unit konstruksi utama yang akan dilakukan, antara lain pembangkit listrik tenaga batu bara berkapasitas 160 MW, area pengolahan limbah kedap air, kompleks perkantoran dan asrama karyawan, serta dermaga khusus untuk distribusi bahan baku.

"Secara akumulatif sekitar 94 persen konstruksi utama ini sudah selesai. Mei mendatang kami sudah mulai pengujian perdana bijih bauksit," kata Togap.

Franky melakukan peninjauan lokasi pabrik PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (PT WHW) didampingi oleh Gubernur Kalimantan Barat Cornelis, Bupati Ketapang Martin Ratan, dan Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM Azhar Lubis. (ANT)

Baca juga artikel terkait AZHAR LUBIS atau tulisan lainnya

Reporter: Mutaya Saroh