tirto.id - Pada malam 30 Oktober 1945, Surabaya dihebohkan oleh insiden misterius yang menewaskan Komandan Brigade Infanteri India ke-49, Aubertin Walter Sothern Mallaby. Peristiwa tersebut tercatat sebagai penyebab puncak Perang Surabaya pada 10 November 1945.
Kabar tewasnya Jenderal Mallaby langsung menggemparkan publik internasional dan memicu kemarahan militer Sekutu di Indonesia. Reaksi keras dari pihak Inggris terlihat melalui ultimatum yang dikeluarkan Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh, pengganti Mallaby, pada 9 November 1945.
Ultimatum tersebut menuntut agar rakyat Surabaya menyerahkan senjatanya kepada Sekutu, serta pembunuh Mallaby, dengan batas waktu yang sangat singkat. Ben Anderson dalam buku Revolusi Pemuda: Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa 1944-1946 (1988), menyebut ultimatum tersebut sebagai ejekan sarkasme terhadap bangsa Indonesia.
Melalui pernyataan Gubernur Jawa Timur Ario Soerjo, arek-arek Surabaya pun bersepakat tak mengindahkan ultimatum tersebut demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Hingga akhirnya, pecahlah Pertempuran Surabaya yang meluluh-lantakkan kota dan memakan korban hingga ratusan ribu orang, baik dari pihak Indonesia maupun Sekutu.
Lalu, siapa Brigadir Jenderal Mallaby? Untuk mengetahuinya, simak biografi singkat Jenderal Mallaby berikut.
Siapa Jenderal Mallaby?
Jenderal Mallaby berasal dari Inggris. Ia lahir pada 12 September 1899. Dalam sejarahnya, Mallaby telah menempuh karier militer yang cukup panjang sebelum terlibat dalam Pertempuran Surabaya.
Brigadir Jenderal Mallaby, putra dari William Calthorpe dan Katharine Mary Francis Mallaby, memulai karier militernya dengan masuk sekolah kadet militer di Welington Cadet Collage di India. Kemudian, sejak 1918, dia berdinas sebagai pasukan tentara Inggris dengan pangkat Letnan Dua.
Mulai dari situ, selama kariernya, dia lebih sering menjadi perwira staf daripada komandan pasukan pertempuran. Saat bertugas di Resimen Punjab ke-67 pada 20 Juli 1919, pangkatnya naik menjadi Letnan Satu. Pengalaman beragamnya mencakup penugasan di Waziristan antara 1921 hingga 1924.
Berkali-kali pangkat Mallaby mengalami naik-turun. Saat terjadi Perang Dunia II, Mallaby menjadi letnan kolonel pada 15 Agustus 1941. Namun, dia juga pernah berpangkat brigadir saat menjabat Deputi Direktur Operasi Militer hingga 1942.
Dalam konteks peristiwa yang memicu pertempuran di Surabaya, Brigadir Jenderal Mallaby ditugaskan untuk memimpin Brigade Infanteri India ke-49. Brigade 49 merupakan bagian dari pasukan Sekutu yang datang ke Indonesia untuk melucuti senjata pasukan Jepang setelah kalah dalam Perang Dunia II. Dalam penugasannya ke Surabaya Mallaby juga mengalami penurunan pangkat dari mayor jenderal menjadi brigadir.
Namun, kedatangannya pertama kali ke Surabaya pada 25 Oktober 1945, disambut dengan ketegangan dan protes dari masyarakat. Terlebih setelah diketahui bahwa mereka datang diboncengi oleh Netherlands Indies Civil Administration (NICA) Belanda.
Mengapa Jenderal Mallaby Tewas?
Jenderal Mallaby tewas tewas dalam pertempuran yang berlangsung di Surabaya antara pasukan Sekutu yang dipimpinnya, khususnya Brigade Infantri India 49 Maratha, dan pemuda Surabaya, pada Oktober 1945.
Kedatangan Brigadir Jenderal Mallaby ke Indonesia dipantik oleh peristiwa kekalahan Jepang dalam Perang Dunia 2. Armada yang dibawa Mallaby mendarat ke Surabaya dengan tujuan awal melucuti tentara Jepang dan membebaskan tawanan perang Eropa, termasuk orang-orang Belanda.
Sebelum kedatangan Sekutu, Indonesia memanfaatkan momen kekosongan kekuasaan kolonial untuk memproklamasikan kemerdekaan. Di sisi lain, para pemuda juga merampas senjata dari serdadu Nippon. Hal demikian tidak disukai oleh Sekutu yang ingin mengendalikan penuh senjata-senjata tersebut.
Saat pertama kali mendarat, Mallaby langsung dihadapkan pada situasi sulit seperti itu. Perlawanan arek-arek Surabaya, yang sudah memanas sejak perampasan senjata dari tentara Jepang pada September 1945, menciptakan atmosfer tidak bersahabat bagi pasukan Sekutu.
Brigadir Jenderal Mallaby semakin terpojokkan ketika atasannya, Mayor Jenderal Douglas Cyril Hawthorn, memberikan ultimatum kepada rakyat Surabaya untuk menyerahkan senjata. Ultimatum tersebut memicu pertempuran sengit antara pasukan Sekutu dan pejuang republik, yang berlangsung selama tiga hari, 27-29 Oktober 1945.
Peristiwa tersebut pun membuat Brigade 49 berada dalam posisi terdesak. Di sisi lain, Hawthorn berupaya meredakan konflik dengan cara mengajak Soekarno berunding. Setelah sang proklamator tiba di Surabaya bersama pejabat lain, terbentuklah biro khusus untuk menengahi konflik militer Inggris dan masyarakat Surabaya.
Pada 30 Oktober 1945, Mallaby bersama sejumlah perwira Inggris dan anggota biro dari pihak Indonesia berusaha melakukan perundingan di Gedung Internatio, tempat yang dijadikan markas oleh pasukan Inggris. Namun, ketegangan tak kunjung mereda sebab rakyat sudah tidak percaya terhadap biro yang bersikap diplomatis terhadap pihak Inggris.
Menurut penuturan Mangundiprojo, melalui bukunya berjudul Seratus Hari Di Surabaya Yang Menggemparkan (1975), saat Mallaby turun dari mobil, pistolnya langsung direbut oleh rakyat yang mengerumuninya. Rakyat yang tak tahu siapa Mallaby pun menghalanginya untuk turut berunding di gedung Internatio.
Perundingan yang berlangsung di sana berubah menjadi kekacauan saat desing peluru terdengar. Tak jelas siapa yang memulainya. Namun, dalam keadaan genting, perwira Inggris, termasuk Mallaby, khawatir terjebak di dalam kerumunan.
Pihak Inggris berupaya membubarkan kerubungan dengan melemparkan granat sementara Mallaby dan rekannya berlindung di dalam mobil. Saat baku tembak mereda, seorang pemuda tak dikenal mendekat dan menembak Mallaby dari dekat.
Saat itu, seorang perwira Inggris, melempar granat untuk membalas pemuda yang menembak Mallaby. Namun, nasib pemuda yang menjadi pelaku penembakan tetap tidak jelas. Hingga saat ini orang yang menyebabkan tewasnya Jenderal Mallaby masih menjadi misteri.
Pertempuran berlanjut hingga malam menjelang, hampir pukul 21.00. Setelahnya, Inggris memutuskan evakuasi dari Gedung Internatio. Saat mereka meninggalkan bangunan itu, pemimpin pasukan Inggris mengumumkan tentang kematian Mallaby. Dalam pengumuman juga disampaikan bahwa kematian Mallaby akan dibalas dari segala lini pertahanan.
Mallaby Dimakamkan Di mana?
Tak lama setelah tewas dalam Pertempuran Surabaya, Brigadir Jenderal Mallaby langsung dimakamkan di Pemakaman Kembang Kuning, Surabaya. Beberapa waktu kemudian, jenazahnya dipindahkan ke Pemakaman Militer Persemakmuran (Ereveld) di Jakarta, tempat pemakaman bagi personel militer Belanda dan Sekutu yang tewas selama Perang Dunia 2.
Saat ini, makam Jenderal Mallaby dapat ditemukan di Ereveld Jakarta. Dia berada di tempat peristirahatan terakhir bersama para prajurit lain yang tewas dalam Pertempuran Surabaya.
Prajurit lain yang turut dimakamkan di area Menteng Pulo bersama Brigadir Jenderal Mallaby yakni Brigadir Robert Loder Symonds yang tewas pada hari pertama Pertempuran Surabaya 10 November 1945.
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Fadli Nasrudin