tirto.id - Di Amerika Serikat, rentang waktu antara perayaan Thanksgiving (Kamis keempat bulan November) dan Hari Valentine (14 Februari) disebut dengan engagement season. Sebabnya, sepanjang waktu itu, banyak orang melakukan prosesi lamaran dan pertunangan.
Tentu saja, pertunangan kurang lengkap tanpa kehadiran cincin berlian. Cincin pertunangan ini dipasangkan di jari manis tangan kiri; lalu saat menikah, digantikan dengan cincin berlian yang merupakan cincin kawin di jari manis tangan kanan.
Sebelumnya, apa kamu pernah bertanya-tanya kenapa berlian menjadi batu mulia pilihan yang disematkan pada kedua cincin penting ini?
Apabila kita mengacu pada kampanye marketing dari De Beers, korporasi berlian terkemuka di dunia, berlian merupakan batu mulia yang paling keras dan kuat, sehingga kerap diasosiasikan dengan simbol keabadian. Harapannya, hubungan yang disatukan akan abadi sampai maut memisahkan.
Terlepas dari kampanye marketing tersebut, proses terbentuknya sebuah berlian tidak berlangsung cepat dan sederhana. Inilah yang membuatnya menjadi sangat keras, kuat, serta punya struktur kristal yang unik dan cantik.
Zaman dulu, untuk mendapatkan berlian, kamu perlu menambangnya. Itu sebabnya juga berlian menjadi batu mulia dengan harga yang sangat pricey.
Namun kini, dengan hadirnya lab grown diamond atau berlian yang diproduksi di dalam laboratorium, harga berlian bisa ditekan sehingga kian terjangkau oleh masyarakat.
Meski telah tersedia secara komersial pada dekade 90-an, penjualan berlian laboratorium baru mulai meningkat sejak mulai populer pada 2014. Penyebabnya adalah semakin banyak orang, terutama anak muda, yang menganggap harganya terjangkau dan proses pembuatannya ramah lingkungan sesuai prinsip sustainability.
Harga berlian laboratorium yang semakin lama semakin terjangkau membuat penjualannya terus meningkat. StudyFinds menyatakan, beberapa perusahaan perhiasan di Inggris melaporkan bahwa minat terhadap berlian laboratorium meningkat lebih dari 2.000 persen dalam lima tahun terakhir.
Pada awal 2023, analis berlian ternama Paul Zimnisky juga menyatakan bahwa permintaan berlian laboratorium di Amerika Serikat meningkat 38 persen pada 2022. Zimnisky memprediksi permintaannya akan konsisten meningkat pada 2023 seiring dengan turunnya harga.
Uniknya, meskipun permintaan akan berlian laboratorium terus meningkat, belum banyak masyarakat yang paham tentang jenis berlian ini.
Bahkan sebagian besar konsumen yang membeli berlian laboratorium tidak tahu bedanya dengan berlian tambang.
Berlian laboratorium, simpelnya, adalah berlian yang proses pertumbuhannya dilakukan di dalam laboratorium, mulai dari wujud bibit sampai menjadi kristal.
Proses menumbuhkan berlian di laboratorium menggunakan mesin yang cara kerjanya meniru proses yang terjadi di dalam lapisan bumi, yaitu melibatkan tekanan dan suhu panas yang sangat tinggi.
Apabila di lapisan bumi proses pertumbuhan berlian dapat mencapai jutaan bahkan miliaran tahun, maka di laboratorium proses ini menjadi sangat singkat. Untuk menghasilkan satu karat berlian, kamu perlu waktu beberapa minggu saja.
Ada dua metode yang digunakan untuk menumbuhkan berlian di laboratorium, yaitu High Pressure Hight Temperature (HPHT) dan Chemical Vapor Disposition (CVD).
Kedua metode ini sebenarnya tak jauh berbeda. CVD dinilai lebih hemat biaya, sedangkan HPHT cenderung menghasilkan berlian yang lebih jernih. Metode HPHT menghasilkan berlian dengan bentuk cuboctahedron dengan 14 arah tumbuh, sedangkan metode CVD berupa berlian kubus dengan satu arah tumbuh.
Hal signifikan lain yang membedakan berlian laboratorium dan berlian tambang adalah proses ekstraksinya.
Berlian tambang diekstraksi dari lapisan bumi lewat penambangan, sebuah proses yang kerap dikritik karena merusak lingkungan dengan pemakaian alat berat dan bahan peledak.
Frost & Sullivan pernah membuat laporan berjudul Environmental Impact Analysis – Production of Rough Diamonds (2014). Isinya membahas bagaimana berlian yang “ditumbuhkan” oleh manusia alias grown diamond memiliki dampak lingkungan jauh lebih kecil dibandingkan berlian tambang.
Aktivitas pertambangan juga tak luput dari masalah terkait hak asasi manusia. Menurut laporan Human Rights Watch, kondisi di situs tambang berlian bisa sangat buruk.
Misalnya, kasus pekerja anak di tambang-tambang skala kecil yang cedera, bahkan terbunuh. Demikian juga penambang dewasa. Belum lagi masyarakat adat dan lokal yang acap kali dipaksa relokasi karena rumahnya berada di area sekitar pertambangan.
Masalah lain adalah konflik dalam perdagangannya, sampai memunculkan istilah blood diamond. Iya, seperti judul film yang pernah dibintangi Leonardo DiCaprio pada 2006 silam, “berlian berdarah” dijual untuk membiayai kelompok bersenjata di area tambang, yang biasanya terlibat dalam gerakan pemberontakan pemerintah.
Nah, apabila kamu menghendaki perhiasan yang “ramah” lingkungan dan proses pembuatannya manusiawi, berlian produksi laboratorium bisa jadi alternatif.
Alix Gicquel, pendiri Diam Concept, perusahaan produsen berlian laboratorium di Paris, mengatakan bahwa kedua berlian ini sama persis dan dibutuhkan alat yang canggih untuk dapat membedakan keduanya.
“Karena itu, bagi saya, berlian laboratorium adalah masa depan,” ujarnya saat diwawancara oleh ABC News pada 2021 silam.
Berlian laboratorium juga telah memenuhi syarat sebagai berlian asli. Keputusan ini dikeluarkan oleh Federal Trade Commission (FTC) Amerika Serikat.
FTC menyatakan, berlian laboratorium adalah berlian asli dan tak bisa lagi disebut sebagai berlian tiruan, berlian sintetis, atau berlian simulasi yang bukan merupakan berlian asli.
Selain itu, FTC menyampaikan bahwa sebutan berlian tambang sebagai berlian alami juga tak lagi akurat.
Walaupun berlian laboratorium sudah dinyatakan berlian asli, mungkin tak sedikit orang di sekitarmu yang masih meragukannya.
Hal ini menjadi perhatian Sol et Terre, jenama perhiasan yang menggunakan berlian laboratorium untuk produk-produk perhiasannya.
“Banyak orang yang menanyakan kepada kami apakah berlian yang dipakai di Sol et Terre adalah berlian tiruan. Ini karena ketidaktahuan mereka kalau berlian laboratorium adalah berlian asli, hanya produksinya saja yang dilakukan di laboratorium. Selain itu, kami juga ingin mengedukasi masyarakat mengenai berlian tambang, bahwa di balik indah dan glamornya berlian tersebut, ada dampak buruk bagi lingkungan dan sosial yang tak boleh dilupakan,” ungkap Veronica Pranata saat menjadi bintang tamu di acara Money Buzz.
Kendati sebagian masyarakat sudah teredukasi, sejumlah kalangan industri perhiasan menegaskan bahwa berlian laboratorium cenderung hanya akan menarik minat konsumen muda.
Sementara itu, konsumen yang sudah berusia matang—dan biasanya berasal dari kalangan atas—akan memilih berlian tambang. Bagi kelompok ini, berlian tambang merupakan simbol kemewahan yang langka dan tak semua orang bisa memilikinya.
Sidney Neuhaus, co-founder dari Kimaï, jenama perhiasan berbasis di London yang kini khusus menggunakan berlian laboratorium setelah turun-temurun menggunakan berlian tambang, berpendapat bahwa pada akhirnya tak masalah jenis berlian apa yang dipilih konsumen.
Tebak kenapa?
Sederhananya, menurut Neuhaus, nilai sebuah berlian atau perhiasan bersematkan berlian sebenarnya lebih kepada sisi emosional.
Jadi, pilihan berlian laboratorium ataupun berlian tambang tak perlu diributkan karena yang menentukan nilainya tak lain adalah kamu sendiri yang membeli dan memilikinya.
Penulis: Yunita Lianingtyas
Editor: Lilin Rosa Santi & Sekar Kinasih