tirto.id - Pada akhir Mei lalu, konspirasi bahwa Bill Gates memiliki miliaran stok vaksin untuk penyakit monkeypox atau cacar monyet beredar di jagat internet. Klaim itu salah satunya diunggah di aplikasi TikTok oleh akun @tokbelalang7 (tautan) dan disebarkan kembali di Facebook seperti dapat ditemukan di sini.
Dalam video berdurasi 1 menit 16 detik itu terlihat sosok pendiri Microsoft Bill Gates berjalan melalui gudang besar dengan rak-rak yang bertumpuk. Gates menarasikan video itu sambil menyebut adanya jutaan vaksin dan cara penyimpanannya yang khusus, misalnya dengan temperatur dingin, dan tantangan logistik untuk pendistribusian vaksin tersebut ke berbagai negara.
Sementara sepanjang video terdapat kalimat berbahasa Malaysia dan Inggris bertuliskan “Jgn risau B.G dah stand by brbillion dose vax monkeyfox” atau “jangan risau Bill Gates telah bersiap dengan miliaran dosis vaksin monkeypox.”
Kemudian pada menit-menit akhir video tertera tulisan seperti “The WHO cares about power and money” atau bahwa WHO peduli pada kekuasaan dan uang, disertai tagar #StopTheTreaty sebagai penutupnya. Narasi ini kemungkinan besar menyentil soal isu pembuatan perjanjian pandemi internasional (pandemic treaty) yang melibatkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Per 23 Juni, unggahan tersebut memperoleh 142 komentar dan disukai 581 orang.
Lantas, bagaimanakah fakta sebenarnya?
Penelusuran Fakta
Tirto berusaha mencari tahu asal muasal klaim ini melalui pencarian Google dengan kata kunci seperti dalam video yang beredar. Pencarian itu lantas mengantarkan kami pada artikel AFP bertanggal 15 Juni 2022yang menyanggah klaim tersebut. Lembaga filantropi milik Bill Gates dan Melinda French, Bill & Melinda Gates Foundation menyatakan kepada AFP bahwaklaim yang bertebaran itu salah.
Video yang sama persis diketahui telah diunggah di akun resmi Twitter Gates pada 19 Mei 2022 dengan deskripsi “This warehouse is cool – for many reasons” yang berarti “Gudang ini keren karena banyak alasan.” Pada tanggal yang sama video tersebut juga diunggah di kanal YouTube Bill Gates berjudul “COVID vaccines in the desert.”
“Saya baru saja mengunjungi pengerjaan luar biasa HOPE Consortium di Abu Dhabi untuk melihat bagaimana mereka menyimpan jutaan vaksin COVID-19 dalam perjalanannya untuk sampai ke orang-orang di seluruh wilayah. Ini adalah situasi yang luar biasa!” tulis Gates dalam deskripsi videonya di YouTube.
Video itu menunjukkan Bill Gates berkeliling di gudang HOPE Consortium di Abu Dhabi, yang saat ini digunakan untuk menyimpan vaksin COVID-19. Ia mengatakan di awal video, mereka sedang berada di Abu Dhabi, United Arab Emirates (UAE) untuk melihat gudang vaksin yang besar.
Narasi video dilanjutkan dengan Gates bilang bahwa “sangat mengesankan melihat jutaan vaksin COVID-19 dalam satu tempat dan kita mencoba mengirimkan miliaran vaksin-vaksin ini.” Dengan kata lain, video tersebut tidak ada hubungannya sama sekali dengan vaksin cacar monyet.
Sementara tagar #StopTheTreaty dalam video yang beredar, masih menurut AFP, merujuk pada klaim rencana WHO untuk “Perjanjian Pandemi Global.” Rencana itu disebut rencananya akan dilakukan pada pertemuan tahunan WHO di Jenewa pada 22-28 Mei lalu. Klaim yang tersebar menyatakan jika perjanjian itu disetujui, maka negara-negara anggota WHO akan menyerahkan kedaulatan keputusan terkait kesehatan di masing-masing negara kepada agensi tersebut.
WHO sejauh ini telah menyatakan bahwa perjanjian semacam itu belum diformalkan, walaupun ada rencana untuk mengamandemen Regulasi Kesehatan Internasional (IHRs) agar negara-negara bisa lebih siap dalam menghadapi pandemi global karena regulasi yang ada sekarang dianggap belum cukup, seperti dikutip dari Reuters. Negosiasi untuk amandemen ini diperkirakan akan berlangsung selama dua tahun ke depan.
Klaim ini juga dibantah oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS), seperti dikutip dari AFP. Senada, menurut CDC,pertemuan WHO kala itu bertujuan untuk membahas beberapa poin potensial untuk amandemen IHRs.
Memang, sosok Bill Gates seolah tak pernah lepas dari berbagai teori konspirasi yang marak beredar di media sosial, seperti sebelumnya dituduh sebagai dalang di balik mewabahnya monkeypox. Menurut lembaga pemeriksa fakta AS Politifact, klaim itu tidak terbukti kebenarannya sebab para ahli menduga monkeypox mulai menyebar saat adanya kontak di antara orang-orang yang menghadiri dua acara pesta rave di Eropa.
Tak hanya itu, Bill Gates juga kerap jadi korban teori konspirasi COVID-19. Ilmuwan politik dari University of Miami Prof. Joseph Uscinski, seperti dinukil dari BBC, menjelaskan 2 alasan mengapa Gates sering dianggap biang COVID-19 melalui teori konspirasi: kaya dan terkenal. Uscinski pun mengatakan, teori konspirasi selalu tentang menuduh orang-orang berkuasa berbuat sesuatu yang salah.
Sementara itu, monkeypox sendiri merupakan penyakit zoonosis, yakni penyakit yang ditularkan oleh hewan ke manusia, menurut WHO. Penyebab penyakit tersebut adalah virus monkeypox yang termasuk dalam genus orthopoxvirus dari famili Poxviridae. Hingga saat ini, penyelidikan epidemiologi terkait kasus tersebut masih berjalan.
WHO belum lama ini juga melansir perkembangan cacar monyet di seluruh dunia. Menurut rilisnya bertanggal 17 Juni, kasus monkeypox telah dilaporkan ke WHO oleh 42 negara anggota di 5 wilayah regional WHO, yaitu wilayah Amerika, Afrika, Eropa, Mediterania Timur, dan Pasifik Barat sejak 1 Januari 2022. Akan tetapi 98 persen alias mayoritas kasus tersebut dilaporkan sejak Mei.
Hingga 15 Juni, ada sekira 2.103 kasus yang terkonfirmasi, 1 kasus probable, dan 1 kasus kematian yang dilaporkan ke WHO. Sementara menurut laman Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, sejauh ini kasus monkeypox belum ditemukan di Indonesia.
Adapun mengenai vaksin monkeypox, WHO menyatakan beberapa pengembangan vaksin smallpox yang baru dan lebih aman mungkin berguna untuk jenis cacar monyet ini, salah satunya yakni MVA-BN yang telah disetujui untuk pencegahan cacar monyet. Adapun jumlah dari vaksin-vaksin terbaru ini masih terbatas.
Berdasarkan keterangan CDC, virus monkeypox berkaitan erat dengan virus penyebab smallpox, sehingga vaksin smallpox dapat melindungi seseorang dari penyakit cacar monyet. Sebuah studi terdahulu dari Afrika menunjukkan bahwa vaksin smallpox setidaknya memiliki efektivitas 85 persen dalam mencegah cacar monyet. Sebagai catatan, vaksin monkeypox dan smallpox efektif melindungi orang dari cacar monyet bila diberikan sebelum terpapar penyakit tersebut.
Akan tetapi, menurut WHO, berdasarkan pertimbangan risiko dan manfaat, di luar dari suplai vaksin, vaksinasi massal untuk cacar monyet dianggap belum dibutuhkan atau direkomendasikan untuk saat ini.
Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran fakta yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa unggahan yang menyebut Bill Gates siapkan miliaran vaksin cacar monyet atau monkeypox bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).
Video yang menunjukkan keberadaan Bill Gates di sebuah gudang vaksin merupakan kunjungannya ke HOPE Consortium di Abu Dhabi untuk melihat tempat penyimpanan vaksin COVID-19, bukan vaksin monkeypox.
Menurut WHO, beberapa pengembangan vaksin smallpox yang baru dan lebih aman mungkin berguna untuk jenis cacar monyet dan salah satunya, MVA-BN, telah disetujui untuk pencegahan penyakit tersebut. Kendati begitu, menurut WHO, berdasarkan pertimbangan risiko dan manfaat, di luar dari suplai vaksin, vaksinasi massal untuk cacar monyet dianggap belum dibutuhkan atau direkomendasikan untuk saat ini.
==============
Tirto mengundang pembaca untuk mengirimkan informasi-informasi yang berpotensi hoaks ke alamat email factcheck@tirto.id atau nomor aduan WhatsApp +6287777979487 (tautan). Apabila terdapat sanggahan atau pun masukan terhadap artikel-artikel periksa fakta maupun periksa data, pembaca dapat mengirimkannya ke alamat email tersebut.
Lagipula,
Editor: Farida Susanty