tirto.id - Perusahaan “startup” (perintis) Indonesia tengah dipersiapkan untuk memasuki lantai bursa saham. Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio yang menyampaikan bahwa pihaknya telah mempersiapkan inkubator (tempat persemaian) bagi perusahaan “startup” bekerjasama dengan Kadin (Kamar Dagang dan Industri).
"Mudah-mudahan Juni bisa mulai," kata Tito dalam seminar bertajuk “Managing Disruption Amidst Change” yang digelar di Operation Room Gedung DPR, Kamis malam, (28/4/2016).
Tito mengatakan, terdapat beberapa persoalan bagi “startup” untuk masuk ke lantai bursa. Persoalan itu antara lain rendahnya pemahaman “startup” atas pentingnya syarat legal administrasi. Selain, itu perusahaan “startup” kurang menyadari pentingnya merancang target jangka panjang ke dalam rencana tertulis.
Hal ini mendorong PT Bursa Efek Indonesia berkolaborasi dengan Kadin untuk merancang inkubator guna membantu “startup” memahami dan mengenali tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk masuk lantai bursa sehingga bisa diterima oleh pasar.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengemukakan, pemerintah menargetkan 1.000 technopreneur (startup) guna mengakselerasi pertumbuhan ekonomi digital dalam lima tahun ke depan.
Rudiantara menambahkan, pada 2020 nilai transaksi dari e-commerce ditargetkan sebesar 130 miliar dolar AS.
Seminar "Managing Disruption Amidst Change" mengundang beberapa pembicara di antaranya Manajer Uber di Indonesia Alan Jiang, CEO bubu.com Shinta Dhanuwardoyo, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Direktur Bluebird Robert R Rerimasie dan pakar ekonomi digital UI Fithra Faisal Hastiadi.(ANT)
Penulis: Putu Agung Nara Indra
Editor: Putu Agung Nara Indra