tirto.id - Bank Indonesia (BI) akan menandatangani kesepakatan kerja sama untuk mengoneksikan sistem pembayaran lintas negara (cross border payment) bersama empat negara Asia lainnya. Keempat negara tersebut yakni Malaysia, Thailand, Singapura, dan Filipina.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan, kerja sama ini akan mengoneksikan sistem pembayaran melalui quick response (QR), fast payment, dan local currency settlement (LCS). Lewat kerja sama ini nantinya akan memudahkan sistem pembayaran antarnegara menjadi lebih mudah.
"Langkah kami selanjutnya adalah menggerakkan kerja sama regional ini pada QR, pembayaran cepat, LCS. Kami akan bekerja dan kemudian kami membidik pada November tahun ini 5 pemimpin kita akan menandatangani nota kesepahaman. Ini adalah visi singkatnya," ujarnya saat acara G20 Advancing Digital Economy and Finance di Bali, Kamis (14/7/2022).
Selama ini, Indonesia bersama dengan empat negara itu telah melakukan beberapa kerja sama dalam sistem pembayaran. Namun, belum semuanya berlangsung secara keseluruhan di negara tersebut.
Misalnya, Indonesia melalui BI telah bekerja sama dalam penggunaan QR Indonesian Standard (QRIS) bersama Thailand dan Malaysia. Kerja sama ini memudahkan konsumen dan pedagang di kedua negara dapat melakukan dan menerima pembayaran melalui QR code.
Kemudian, bank sentral Singapura dan Thailand juga telah bekerja sama untuk menghubungkan sistem pembayaran ritel real time pada April 2021.
Untuk itu, kelima negara ini berkomitmen untuk mengintegrasikan sistem pembayaran digital yang sudah ada tersebut agar dapat menjangkau negara Asia lain lebih luas. "Dimulai dengan QR, pembayaran cepat, mata uang lokal. Bayangkan saja, semua orang dari 5 bergerak juga melakukan transaksi di seluruh wilayah secara real time," ucapnya.
Dia menyebut, kerja sama ini mengacu pada peta jalan cross border payment oleh G20. Kerja sama ini dapat menjadi contoh dari penerapan cross border payment sebelum nantinya akan diterapkan untuk global.
"Kami berterima kasih atas peta jalan perjanjian pembayaran lintas batas G20 FSB. Saya pikir itu juga akan menjadi acuan kami, visi kami, dan ini benar-benar bergerak dari Asia ke global," tuturnya.
Dalam kesempatan terpisah, Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia, Fitria Irmi Triswati mengatakan, kerja sama untuk pembayaran lintas batas (cross border payment) akan lebih efisiensi dari sistem yang ada saat ini.
"Cross border payment bisa lebih efisien," katanya dalam Taklimat Media.
Fitria menjelaskan pembayaran lintas batas ini bakal memudahkan masyarakat dalam bertransaksi. Semisal dalam pengiriman uang antar negara yang selama ini prosesnya panjang, menjadi lebih ringkas. Selain itu, dari sisi biaya transaksi juga akan lebih murah.
"Kalau kita kirim uang transaksi remitansi harus hubungi bank berbeda-beda, bank tujuan lain belum tentu punya fasilitas untuk dapat melakukan transfer. Sehingga mengenakan yang lebih tinggi gitu. Biaya tarifnya pasti besar deh," tutur Fitria.
Namun, dengan adanya konektivitas berupa pembayaran lintas atas ini prosesnya akan lebih efisien. Terutama setelah adanya perjanjian yang menunjuk Appointed Cross Currency Dealer (ACCD) dan Local Currency Settlement (LCS). Sehingga tidak perlu ada pertukaran mata uang yang lebih mahal.
"Cross border payment lebih cepat karena sistem terhubung antar fast payment negara-negara agar kecepatannya lebih cepat," kata dia.
Selain lebih cepat, pembayaran lintas batas ini juga mempercepat inklusi keuangan. Mengingat prosesnya lebih transparan dan detail terhadap biaya-biaya yang dibebankan kepada pelanggan. "Ini juga yang menyebabkan akan membuat cross border payment lebih inklusif," katanya.
Dia menambahkan, pembayaran lintas batas menjadi lebih mudah diakses semua orang. Tidak hanya mereka yang bisa dan mampu membayar mahal saat bertransaksi. Melainkan fasilitasnya bisa dimanfaatkan banyak orang karena lebih terjangkau.
"Jadi efisiensinya bisa dilihat dari situ," pungkasnya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang