Menuju konten utama

Bank Dunia: Investasi Asing di Indonesia Masih Rendah

Bank Dunia menilai perbaikan signifikan terhadap tingkat kemudahan berbisnis di Indonesia selama ini belum berhasil mengerek nilai investasi asing di dalam negeri.

Bank Dunia: Investasi Asing di Indonesia Masih Rendah
Ilustrasi investasi bisnis. Getty Images/iStockphoto.

tirto.id - Pimpinan Bank Dunia untuk Country Program on Equitable Growth Youngmei Zhou menyatakan kontribusi penanaman modal asing (PMA) di Indonesia masih rendah meski dalam pemeringkatan "Ease of Doing Business (EODB) 2018" posisi Indonesia naik signifikan. Kemudahan berusaha di Indonesia naik 19 peringkat menjadi posisi ke-72 dari 190 negara pada tahun ini.

"Indonesia belum melakukan yang terbaik dalam investasi," kata Youngmei dalam acara "Indonesias Ease of Doing Business Improvement: Continuous Reform for Better Investment Climate" di Jakarta, pada Senin (6/11/2017).

Youngmei menjelaskan dalam indeks daya saing Foreign Direct Investment (FDI) yang diusung oleh the Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), Indonesia masih ada di posisi rendah.

Padahal, dia meyakini Presiden Joko Widodo pastinya menginginkan peringkat Indonesia bisa naik lebih tinggi di indeks itu. Terlebih, Cina, yang hanya menempati peringkat kemudahan berbisnis di posisi ke-78, menempati posisi teratas indeks daya saing FDI.

Dia mengimbuhkan Bank Dunia sudah memetakan sejumlah faktor yang membuat rendahnya angka PMA di Indonesia. Sejumlah faktor itu ialah pembatasan kepemilikan asing di beberapa tempat, penyaringan (screening) investor yang diskriminatif, pembatasan pembelian tanah hingga pembatasan modal dan laba.

"Pemerintah Indonesia harus memperbaiki ini," kata Youngmei.

Menanggapi hal ini, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong mengatakan capaian dalam EODB 2018 memang bukanlah segalanya. Kendati demikian, capaian EODB bisa menjadi barometer yang dapat dilihat seluruh dunia.

"Tentunya di luar EODB masih banyak sekali regulasi perizinan dan iklim usaha yang perlu kita benahi," kata Thomas.

Mantan Menteri Perdagangan itu menyebut sejumlah aspek seperti penyerapan tenaga kerja juga belum masuk dalam survei tersebut. Ia juga menyebutkan sejumlah hal yang belum dinilai dalam EODB 2018 akan menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk dapat diselesaikan.

"Syukur EODB kita semakin baik, sudah mengalahkan Tiongkok dan jauh di depan India, misalnya. Tapi kami menyadari PR kita masih banyak, baik di dalam EODB maupun di luar EODB," kata dia.

Dalam laporan tahunan "Ease of Doing Business 2018" yang dirilis oleh Bank Dunia, peringkat kemudahan berusaha Indonesia memang unggul dari Cina dan India. Tapi, peringkat Indonesia dibanding negara-negara ASEAN masih berada di urutan enam setelah Singapura (2), Malaysia (24), Thailand (26), Brunei Darussalam (56), dan Vietnam (68).

Dalam dua tahun terakhir posisi Indonesia telah naik 34 peringkat. Sebelum 2017, peringkat EODB Indonesia berada di kisaran 116-129.

Baca Juga: Peringkat Kemudahan Bisnis di Indonesia Ungguli Cina dan India

Baca juga artikel terkait KEMUDAHAN BERUSAHA

tirto.id - Ekonomi
Sumber: antara
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom