Menuju konten utama

Banjir Semarang, Koalisi Pesisir Minta Proyek Tol Ditinjau Ulang

KPKSD mendesak agar pembangunan jalan tol dan Tanggul Laut Semarang-Demak (TTLSD) ditinjau ulang.

Banjir Semarang, Koalisi Pesisir Minta Proyek Tol Ditinjau Ulang
Sejumlah warga mendorong mobil mogok akibat menembus jalur Pantura Jalan Raya Kaligawe - Genuk yang terendam banjir di Genuk, Semarang, Jawa Tengah, Senin (8/2/2021). ANTARA FOTO/Aji Styawan/foc.

tirto.id - Koalisi Pesisir Kendal-Semarang-Demak (KPKSD) mendesak agar pembangunan jalan tol dan Tanggul Laut Semarang-Demak (TTLSD) ditinjau ulang karena dinilai akan dapat memperparah banjir dan rob di kawasan Semarang dan sekitarnya.

“Kami meminta kepada pemerintah untuk meninjau ulang proyek TTLSD,” kata Masnuah, Sekretaris Jenderal Persaudaraan Perempuan Nelayan Indonesia (PPNI) yang mewakili koalisi saat membacakan siaran pers melalui daring, Rabu (10/2/2021).

Koalisi meminta agar pemerintah melakukan tinjauan untuk mengurai permasalahan yang menyebabkan amblesan tanah di kawasan pesisir yang erat kaitanya dengan penyebab banjir.

Selain itu, koalisi juga meminta agar pemerintah meninjau “dampak pembebanan proyek TTLSD terhadap kemungkinan menimbulkan amblesan tanah yang makin parah, dan dengan demikian risiko kebanjiran yang lebih tinggi,” kata Masnuah.

Pernyataan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi tentang solusi penanganan banjir di Semarang dalam bentuk infrastruktur raksasa TTLSD, kata Masnuah perlu ditinjau ulang.

“Kami, Koalisi Pesisir Kendal-Semarang-Demak memiliki pendapat yang berbeda. Pendapat ini kami rumuskan melalui penelitian kolaboratif selama sekitar 8 bulan pada tahun 2019,” katanya.

Hasil penelitian itu telah sampaikan dalam buku bertajuk “Maleh dadi Segoro: Krisis Sosial-Ekologis di Kawasan Pesisir Semarang-Demak”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa amblesan tanah menjadi isu yang penting karena turut meningkatkan risiko banjir.

Amblesan tanah ini dipicu berbagai faktor, salah satunya adalah pembangunan di wilayah-wilayah yang menjorok ke laut di mana masih memiliki sedimen yang muda. Dan TTLSD yang memiliki beban konstruksi berat ini dinilai akan makin memicu amblesan tanah.

“Infrastruktur raksasa seperti TTLSD bukannya akan menyelesaikan masalah, tapi justru berpotensi menambah masalah atau krisis,” kata Masnuah.

Ganjar Pranowo sebelumnya mengakui dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi, Minggu (7/2/2021). Ia menyebut sebab non-alam, yaitu dua masalah di hulu dan hilir. Ia mengakui bahwa itu buah dari “ketidakbecusan” dirinya.

“[Penyebab] hulunya penggundulan hutannya tinggi,” kata Ganjar. “Yang di bawah (hilir) kita menghadapi land subsidence (penurunan tanah).”

Untuk permasalahan di hulu, Ganjar bilang reboisasi terus dilakukan selama beberapa tahun terakhir, akan tetapi memerlukan waktu untuk menampakkan hasil. Sementara masalah di hilir, dia bilang cukup rumit diselesaikan lantaran tidak mudah mengontrol pembangunan di kawasan-kawasan tersebut.

Selain dua solusi itu, dia juga bilang telah membuat polder dan kolam retensi. Dia bilang dulu solusi ini efektif. “Tapi kali ini nampaknya angkat tangan saja, kita hari ini tidak sanggup.”

“Tidak usah menyalahkan curah hujan yang memang tinggi, hari ini memang tidak sanggup maka harus banjir,” tambahnya.

Lalu Ganjar mengemukakan soal Jalan Tol Semarang-Demak yang diproyeksikannya jadi solusi banjir. Ia mau agar jalan tol sekaligus menjadi bendungan yang akan dapat mengendalikan banjir di kawasan pesisir.

“Jalan tolnya akan melingkar sehingga kami harapkan dapat mengendalikan banjir di robnya sehingga nanti memunculkan reservoir (waduk) di sana,” kata Ganjar.

Baca juga artikel terkait BANJIR SEMARANG 2021 atau tulisan lainnya dari Irwan Syambudi

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Irwan Syambudi
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Abdul Aziz