tirto.id - Koordinator Komite Pemilih (Tepi) Indonesia, Jeirry Sumampow menilai pemasangan baliho partai politik saat pandemi Covid-19 adalah perbuatan tidak etis. Terlebih baliho tersebut hanya memuat foto figur elit politik dan pesan layanan kesehatan masyarakat alakadarnya.
"Baliho partai yang marak muncul saat pandemi itu merupakan politik pencitraan partai yang garing. Secara langsung menunjukan parpol tidak punya gagasan strategis dan kontruktif untuk bangsa," ujar Jeirry dalam diskusi daring bertajuk "Wabah Baliho di Tengah Pandemi" pada Senin (2/8/2021).
Diskusi daring yang diselenggarakan oleh Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) menyoroti beredarnya baliho-baliho besar di sejumlah daerah di Indonesia. Baliho dengan wajah elite politik yang mendominasi dan biasanya diselingi anjuran mentaati protokol kesehataan.
Menurut Jeirry semestinya momentum pandemi seperti ini dimanfaatkan para elite politik untuk menawarkan gagasan penanganan Covid-19. Serta menampilkan gagasan-gagasan yang mampu memantik diskusi di tengah masyarakat.
Metode baliho yang marak saat ini, menurut Jeirry juga tidak efektif untuk meraih simpati masyarakat. Selain miskin gagasan tadi, baliho dengan konsep foto figur sebagai tampilan utama tidak membantu masyarakat mengenali lebih dalam sosok tersebut.
"Mungkin pemasangan baliho bisa dihentikan dulu sekarang. Enggak efektif. Uangnya bisa untuk penanganan covid atau ditabung dan digunakan saat menjelang 2024," tutur Jeirry.
Peneliti Formappi Lucius Karus juga menyayangkan sikap sejumlah partai politik yang memanfaatkan situasi pandemi untuk mensosialisasikan figur elit tertentu.
Terlebih lagi menurutnya sejumlah nama dalam baliho tersebut diduga memiliki ambisi politik untuk menduduki jabatan tertentu pada Pemilu 2024 nanti. Sebut saja salah satu elit politik yang masif memasang baliho adalah Ketua DPP PDIP yang saat ini menjabat Ketua DPR RI Puan Maharani.
"Mereka elit parpol, punya nafsu menjadi presiden 2024. Sulit untuk menangkal baliho itu menjadi sarana kampanye politik 2024," ujar Lucius.
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Bayu Septianto