tirto.id - Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia optimistis Indonesia tidak akan mengalami resesi di tengah kondisi perlambatan ekonomi dunia. Hal itu karena struktur perekonomian dalam negeri diklaim masih cukup kuat.
Berkaca pada 2022, pertumbuhan ekonomi domestik berhasil mencapai 5,31 persen secara year on year (yoy). Pertumbuhan ini pun lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun lalu dan berhasil mencapai target APBN 2022.
"Indonesia punya potensi yang sangat bagus untuk tidak seperti pertumbuhan ekonomi global," ujarnya dalam acara webinar 'Can Indonesia Boost Investment Through Friendshoring?' di Jakarta, Rabu (8/2/20239).
Dia menjelaskan berdasarkan hasil survei dari beberapa lembaga dunia pertumbuhan ekonomi global sulit untuk diprediksi, sekalipun memiliki kecenderungan resesi. Namun, Bahli yakin tanah air punya harapan untuk tidak mengalami resesi.
"Ekonomi global sampai dengan sekarang masih dibayangin dengan ketidakpastian," ujarnya.
Lebih lanjut, Bahlil mengatakan berbagai ketidakpastian ekonomi global datang mulai dari persoalan pandemi COVID-19. Kemudian perang Ukraina dan Rusia yang belum usai, hingga pertarungan ekonomi antara beberapa kelompok negara di dunia seperti Amerika, Eropa, dan Cina.
"Dan untuk khusus kawasan Asean ada terjadi ketegangan antara Tiongkok dan Taiwan dan mudah-mudahan tidak terjadi," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati optimis bahwa pertumbuhan ekonomi di tahun ini masih akan tetap kuat meskipun dihadapkan pada prospek melambatnya perekonomian global. Laju pemulihan yang sangat kuat di 2022 menjadi pijakan yang kokoh bagi perekonomian nasional untuk menghadapi tantangan jangka pendek sekaligus untuk melanjutkan agenda pembangunan jangka menengah-panjang.
"Indikator perekonomian terkini juga terus menunjukkan tren ekspansif, termasuk indeks PMI manufaktur Indonesia yang pada bulan Januari 2023 meningkat cukup signifikan," kata Sri Mulyani dalam pernyataannya, Selasa (7/2/2023).
Walaupun demikian, pemerintah tetap akan terus memantau risiko perekonomian dunia saat ini. Risiko ketidakpastian masih cukup tinggi, meskipun perlambatan ekonomi global diindikasikan mulai melunak.
Dalam World Economic Outlook terbitan Januari 2023, IMF memprediksi pertumbuhan global tahun 2022 dan 2023 sebesar 3,4 persen dan 2,9 persen, atau lebih tinggi 0,2 poin dibanding proyeksi sebelumnya pada Oktober 2022. Revisi ke atas ini didorong penguatan kinerja di beberapa negara besar sejak akhir 2022 dan mulai meredanya tekanan inflasi dunia yang diprediksi melambat secara gradual di tahun 2023.
"Keberlanjutan agenda reformasi struktural untuk mempercepat transformasi ekonomi akan terus dijaga guna memperkokoh struktur dan akselerasi kinerja ekonomi nasional," kata Sri Mulyani.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin