tirto.id - Resesi global diprediksi akan terjadi pada 2023. Menurut Bank Dunia (World Bank) resesi akan menyebabkan serangkaian krisis di pasar dan ekonomi negara berkembang.
Menyusul kondisi tersebut, 3 tokoh wanita RI membagikan kiat menghadapi resesi global 2023. Ketiganya termasuk Sri Mulyani, Bintang Puspayoga, Guwo Rubianto Wiyogo.
Resesi sendiri adalah kondisi di mana penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Resesi memicu serangkaian masalah ekonomi, mulai dari peningkatan pengangguran, penurunan penjualan ritel, penurunan pendapatan, rendahnya daya beli masyarakat, hingga tersendatnya aktivitas industri dan manufaktur.
Resesi di 2023 dipicu oleh peningkatan suku bunga bank di seluruh dunia akibat inflasi tinggi di tahun 2022 lalu. Faktanya banyak negara-negara di dunia yang mengalami inflasi tertinggi akibat krisis pascapandemi dan konflik geopolitik antar negara-negara besar.
Jika hal ini terus terjadi, pertumbuhan ekonomi global kemungkinan akan melambat dan menyebabkan banyak negara jatuh ke dalam resesi.
"Kekhawatiran mendalam saya adalah bahwa tren ini akan bertahan, dengan konsekuensi jangka panjang yang menghancurkan orang-orang di pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang,” kata Presiden Grup Bank Dunia David Malpass.
Kiat Menghadapi Resesi Global 2023 Menurut 3 Tokoh Wanita RI
Kondisi resesi global 2023 perlu diantisipasi oleh semua pihak. Ini termasuk meningkatkan kewaspadaan hingga memperluas sumber pendapatan.
Berikut ini beberapa kiat menghadapi resesi global 2023 menurut 3 tokoh wanita Indonesia:
1. Waspada sebelum optimis
Di tengah banyaknya tokoh publik yang optimis Indonesia tidak akan terpengaruh resesi global 2023, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati justru menyampaikan pendapat berbeda.
Menurut Sri Mulyani, Indonesia tetap harus mewaspadai berbagai potensi risiko resesi, utang, kondisi geopolitik, hingga perubahan iklim global pada tahun ini.
“Saya ingin sampaikan beberapa alasan untuk kita waspada (pada 2023) sebelum kita optimis (pada 2023),” katanya dalam CEO Banking Forum di Jakarta, seperti yang dikutip dari Antara.
Oleh karena itu, sebelum optimis Indonesia mampu menghadapi krisis, diperlukan langkah-langkah untuk mewaspadai resesi. Ini termasuk memperluas sumber pemasukan, menjaga daya beli, hingga menjaga aktivitas ekonomi tetap berjalan dengan baik.
2. Berperan dalam membuka lapangan kerja
Salah satu risiko paling umum yang dapat terjadi akibat resesi adalah meningkatnya jumlah pengangguran dan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Tentu cara paling efektif untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan memperluas lapangan kerja. Menurut Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Giwo Rubianto Wiyogo, upaya ini bisa dilakukan oleh semua masyarakat khususnya kaum perempuan.
Menurutnya, para perempuan bisa berkontribusi dalam meningkatkan lapangan kerja dengan cara berwirausaha di berbagai bidang termasuk busana dan mode.
"Harapannya, para perempuan di berbagai bidang seperti bidang busana yang dilakukan LaReine ini dapat meningkatkan perekonomian Indonesia,” kata Giwo dalam peluncuran LaReine Premium Scarves di Jakarta, November lalu.
"Kami menyampaikan apresiasi pada perempuan Indonesia yang memiliki semangat wirausaha yang tinggi dengan terus memberikan kontribusi terbaiknya," katanya.
3. Memanfaatkan bisnis digital
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga merekomendasikan para pelaku usaha, khususnya para perempuan untuk beralih ke bisnis digital.
Upaya ini dilakukan dalam rangka menjaga ketahanan ekonomi dalam menghadapi resesi global. Rekomendasi pemanfaatan bisnis digital ini digunakan untuk memperkuat jejaring ekonomi para perempuan.
"Adanya revolusi teknologi informasi dan komunikasi akan semakin memudahkan kita semua meningkatkan kapasitas, keahlian dan kemampuan para perempuan dalam membangun usaha dan memperkuat jejaring ekonomi para perempuan,” katanya seperti yang dikutip dari laman Kemenpppa, Minggu (29/1/2023).
Ia turut menyayangkan jumlah perempuan yang mengakses teknologi lebih rendah dibandingkan laki-laki. Oleh karena itu, ia turut merekomendasikan seluruh pelaku usaha khususnya perempuan untuk memperoleh pelatihan literasi keuangan dan literasi digital.
Editor: Iswara N Raditya