tirto.id - Vatikan adalah situs warisan budaya Katolik yang sangat terjaga. Sepanjang tahun, orang-orang Katolik dari seluruh dunia berdatangan untuk melihat tradisi agamanya yang tampak jelas pada arsitektur bangunan Kapel Sistina, Istana Apostolik, dan pemandangan ritual keagamaan yang telah dilakukan selama berabad-abad.
Secara politik, Vatikan merupakan negara-kota yang berdaulat. Mereka punya hak yang sama sebagai sebuah negara merdeka. Dari kota Roma di Italia, Vatikan menjadi pusat otoritas agama Katolik seluruh dunia.
Meski begitu, sejarah perkembangan agama Katolik di masa awal justru memperlihatkan bahwa mereka tidak punya posisi tawar yang cukup, atau sekadar dianggap setara dengan kepercayaan lain seperti Paganisme. Kala itu, mereka tidak memiliki lokasi khusus yang dijadikan tempat beribadah. Sampai sekitar abad ke-4, agama ini belum menjadi agama resmi dan masih berstatus sekte. Tentara Romawi kerap menangkap orang-orang sekte ini karena dianggap membelot dari agama kerajaan. Maka itu, tak jarang mereka harus menjalankan ritual ibadah dengan sembunyi-sembunyi.
Beruntung, Kaisar Konstantin akhirnya memutuskan sekte ini menjadi agama resmi di seluruh wilayah Romawi. Salah satu penanda yang dibuat kaisar adalah membangun sebuah Basilika di makam Santo Petrus pada 324 Masehi. Sejak itulah agama Katolik menyebar ke seluruh daratan Eropa bahkan dunia hingga hari ini.
Membangun Tembok Besar
Meski menjadi batu loncatan penting dalam perkembangan Katolik, dibangunnya wilayah sekitar makam Santo Petrus tidak membuat wilayah itu langsung menjadi teritori khusus. Sejak awal, makam pemimpin tertinggi sekte Katolik yang pertama itu memang sudah kerap dikunjungi oleh para pemimpin Katolik dari wilayah-wilayah lain. Mereka menjalankan ritual ibadah dan secara tidak langsung membentuk berbagai ritual yang dikenal dalam ajaran Katolik hingga kini.
Semakin banyaknya tokoh Katolik yang datang membuat Basilika perlu tempat khusus agar mereka bisa menginap. Beberapa penginapan kemudian berkembang menjadi rumah permanen untuk sembahyang. Wilayah itu kemudian ramai dengan para penganut Katolik yang datang tidak hanya urusan spiritual, tetapi juga berdagang.
Dalam beberapa abad situasi relatif aman dan damai, meski sesekali mereka dirampok atau diserang oleh bangsa barbar dari luar wilayah Romawi. Salah satu yang paling merepotkan adalah serangan bangsa Saracen yang merusak banyak bangunan. Akhirnya, pada 846 Masehi dibangun tembok besar setinggi 39 kaki yang memagari Vatikan.
Seiring waktu, wilayah Vatikan semakin luas dengan bertambahnya jumlah rohaniwan Katolik yang datang dan memutuskan untuk menetap. Pada 1277, mereka bahkan membangun sebuah terowongan rahasia yang menghubungkan antara Kastil Sant’Angelo dengan Vatikan. Terowongan sepanjang 800 meter itu diperuntukkan bagi Paus ketika berada dalam situasi berbahaya dan mendesak.
Perjanjian dengan Mussolini
Setelah tembok dibangun, otoritas Katolik Vatikan rupanya tidak hanya menduduki wilayah di dalam tembok saja. Mereka juga tetap memiliki aset di luar tembok berupa bidang-bidang tanah yang sebagian besar berlokasi di kota Roma. Pada masa itu, Italia belum menjadi negara berdaulat dan masih berbentuk sekumpulan wilayah kecil yang dikuasai kerajaan.
Pada 1870, Italia melakukan unifikasi dan mulai menjadi negara yang terstruktur. Pemerintah menduduki semua wilayah Italia kecuali 44 hektare wilayah Vatikan. Perselisihan pun terjadi antara Vatikan dengan pemerintah Italia yang baru itu.
Awalnya, Paus tegas menolak memberikan pengakuan pada otoritas Italia. Mereka bertahan dengan terus menetap di wilayah itu dan menyatakan bahwa Vatikan adalah wilayah di luar kendali Italia. Paus Pius IX yang menolak meninggalkan Vatikan sempat mengucap bahwa ia adalah "tahanan Vatikan". Sekitar 60 tahun kemudian, para Paus yang menggantikannya juga menolak tunduk pada pemerintah Italia. Mereka bahkan menolak memberikan restu kepada para tentara Italia yang menghadap memohon didoakan.
Perselisihan ini terus terjadi hingga 1929. Kala itu, sebuah perjanjian yang dikenal sebagai Perjanjian Lateran atau Pakta Lateran disiapkan. Pietro Gasparri, Sekretaris Kardinal, menjadi wakil Vatikan. Sementara Benito Mussolini mewakili Italia yang saat itu dipimpin oleh Raja Victor Emmanuel III.
“Dalam negosiasi, pihak Vatikan kala itu mengklaim beberapa wilayah di luar tembok seperti sepetak tanah di Trastevere, beberapa gedung kantor di Via della Conciliazione, dan kongregasi di wilayah perbatasan dengan Spanyol,” kata Pastor Michael Collins dalam The Vatican: Secrets and Treasures of the Holy City (2011:168).
Negosiasi akhirnya menemukan titik terang ketika pemerintah Italia mengakui Vatikan dan menganggap Paus sebagai pemimpin negara yang berdaulat. Perjanjian Lateran disahkan dengan beberapa catatan. Salah satunya adalah pembebasan wilayah-wilayah kekuasaan Paus di luar tembok. Untuk itu, pemerintah Italia setuju membayar uang pengganti sebesar 92 juta Dollar AS atau lebih dari 1 triliun Dollar AS dalam kurs hari ini.
Perjanjian Lateran ditandatangani pada 11 Februari 1929, tepat hari ini 93 tahun lalu. Perjanjian itu mulai berlaku pada 7 Juni tahun itu dan dimasukkan dalam konstitusi resmi Italia pada 1948.
Hingga kini, negara-kota Vatikan telah memiliki badan-badan khusus untuk mengatur berbagai urusan kenegaraan seperti legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Mereka bahkan punya tentara yang jumlahnya paling sedikit di dunia bernama Guardia Svizzera. Tugas utamanya menjamin keamanan Paus.
Penulis: Tyson Tirta
Editor: Irfan Teguh Pribadi