tirto.id - Hikayat merupakan cerita berbentuk prosa yang menggunakan bahasa Melayu.
Dalam penulisannya, biasanya ada alur yang ditulis maju (berderet) hingga alur berbingkai.
Bagaimana penjelasan dua alur hikayat tersebut?
Berdasarkan catatan Fadillah Tri dan Sefi Indra dalam Cerdas Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia (2021, hlm. 54), hikayat berasal dari bahasa Arab “haka”.
Jika diterjemahkan berarti menceritakan, mewartakan, menyerupai, berkata, meneruskan, dan lain-lain.
Terlepas dari itu, hikayat ini punya ciri utama berupa gambaran kehidupan masa kerajaan.
Selain itu, isinya ditujukan sebagai pelipur lara, meramaikan pesta, atau menjadi pembangkit semangat seseorang.
Menurut catatan di situs SMA Ihsaniyah Tegal, hikayat juga punya beberapa ciri lain dengan sifatnya yang tradisional.
Dalam hikayat, ada juga fungsi pendidikan atau didaktis yang disampaikan melalui petuah-petuah masa lampau.
Alur Cerita dalam Hikayat
Dalam hikayat, prosa ditulis menggunakan alur maju dan berbingkai. Berdasarkan catatan Erwan Juhara dkk. dalam Cendekia Berbahasa (hlm. 79), alur maju mengisahkan suatu peristiwa sekarang dan berlanjut ke peristiwa berikutnya.
Dengan kata lain, alur ini menjabarkan adanya hubungan masa lalu, masa kini, dan masa depan. Hubungan sebab dan akibat menempel pada jenis alur maju. Dengan begitu, terkadang alur ini kerap disapa berderet.
Selain maju, ada juga pemisah-pemisah cerita yang disebut sebagai alur berbingkai. Alur ini mempunyai peran dalam pemisahan cerita satu dengan cerita lain yang memang bertema sama.
Di dalam alur berbingkai tersebut, alur maju tetap digunakan sebagai gaya penceritaannya. Jadi, keduanya punya perannya masing-masing dalam membangun cerita di suatu hikayat.
Struktur Cerita Hikayat
Menurut situs LP2M Universitas Medan Area, ada beberapa struktur yang membangun hikayat. Di antaranya ada abstraksi, orientasi, komplikasi, evaluasi, resolusi, dan koda.
Untuk memahaminya, berikut ini penjelasan mengenai struktur-struktur hikayat tersebut.
1. Abstraksi
Pada bagian awal hikayat, biasanya abstraksi berfungsi sebagai gambaran umum cerita yang ingin disampaikan.
Akan tetapi, ada juga beberapa kasus hikayat tak mencantumkan abstraksinya. Semua ini didasarkan pada keinginan penulis hikayat, apakah ingin menulis abstraksi atau tidak.
2. Orientasi
Pada struktur hikayat ini, suatu teks di hikayat dilengkapi dengan beberapa aspek yang melingkupinya. Di antaranya mencantumkan latar waktu, tempat, hingga suasana yang ada dalam cerita.
3. Komplikasi
Arti dari struktur ini dapat dijelaskan sebagai bentuk sebab dan akibat atau urutan kejadian di hikayat. Dari suatu peristiwa, akan ditemukan juga pemotor konflik sampai puncak masalahnya.
4. Evaluasi
Ketika konflik sudah mencapai puncaknya, biasanya terdapat jalan keluar untuk menyelesaikannya Saat sudah ke tahap ini, maka dapat disebut bahwa penyelesaian tersebut merupakan bentuk struktur evaluasi.
5. Resolusi
Kendati evaluasi sudah menjelaskan penyelesaian masalahnya, namun resolusi lebih rinci menjabarkan hal konkret sebagai solusi.
6. Koda
Setelah punya solusi, maka saran atau nasehat biasanya disampaikan oleh hikayat. Petuah ini disebut juga sebagai pesan moral, pelajaran, dan koda.
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Dhita Koesno