Menuju konten utama

Atasi Krisis, Sri Lanka Dapat Suntikan Rp15 T dari Bank Dunia

Bank Dunia menyuntik sebesar 700 juta dolar AS atau setara dengan Rp10,53 triliun untuk membantu menangani krisis ekonomi Sri Lanka.

Atasi Krisis, Sri Lanka Dapat Suntikan Rp15 T dari Bank Dunia
Kendaraan roda tiga mengantri untuk membeli bahan bakar yang stoknya semakin menipis karena krisis ekonomi di Kolombo, Sri Lanka, Selasa. (5/7/2022)(ANTARA FOTO/REUTERS/Dinuka Liyanawatte/rwa/mca)

tirto.id - Bank Dunia (World Bank) menyuntik sebesar 700 juta dolar AS atau setara dengan Rp10,53 triliun (kurs Rp15.047 per dolar AS untuk membantu menangani krisis ekonomi Sri Lanka. Langkah itu diambil dalam tahap pendanaan untuk negara kepulauan yang dilanda krisis tersebut.

Direktur Negara Bank Dunia untuk Sri Lanka Faris Hadad-Zerfos mengatakan, sejumlah 500 juta dolar AS dari dana tersebut akan dialokasikan untuk dukungan anggaran. Sementara sebanyak 200 juta dolar AS akan digunakan untuk dukungan kesejahteraan bagi mereka yang paling terpukul oleh krisis.

"Melalui pendekatan bertahap, strategi Kelompok Bank Dunia berfokus pada stabilisasi ekonomi awal, reformasi struktural, dan perlindungan masyarakat miskin dan rentan,” kata dia dalam pernyataannya, Jumat (30/6/2023).

Sri Lanka sedang berjuang dengan krisis keuangan terburuk sejak kemerdekaannya dari Inggris pada tahun 1948. Itu terjadi setelah devisa negara mencapai rekor terendah dan memicu gagal bayar utang luar negeri pertama tahun lalu.

"Jika dipertahankan, reformasi ini dapat mengembalikan negara ke jalur menuju pembangunan hijau, tangguh, dan inklusif,” imbuh Zervos.

Sebelumnya, Dana Moneter Internasional (IMF) menyetujui dana talangan hampir 3 miliar dolar AS pada bulan Maret. Kemudian, Sri Lanka diharapkan dapat membawa dana tambahan hingga 4 miliar dolar AS dari Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia, dan lembaga multilateral lainnya.

Negara kepulauan itu akan merilis program restrukturisasi utang dalam negeri minggu ini. Program restrukturisasi bertujuan untuk mendorong pengerjaan ulang utangnya dengan pemegang obligasi dan kreditor bilateral termasuk Cina, Jepang, dan India.

Baca juga artikel terkait KRISIS SRI LANKA atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang