Menuju konten utama

Atasi Inflasi, Kemenkeu Dorong Percepatan Anggaran Ketahanan Pangan

Kemenkeu akan mendorong percepatan pemanfaatan anggaran ketahanan pangan dalam rangka mitigasi risiko inflasi.

Atasi Inflasi, Kemenkeu Dorong Percepatan Anggaran Ketahanan Pangan
Petani menyiapkan benih padi untuk ditanam di area persawahan yang berada di antara perumahan di Liluwo, Kota Gorontalo, Gorontalo, Jumat (10/12/2021). ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin

tirto.id - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mendorong percepatan pemanfaatan anggaran ketahanan pangan. Hal itu dilakukan dalam rangka mitigasi risiko inflasi yang berasal dari bahan pangan agar semakin menekan inflasi pangan bergejolak atau volatile food.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu mengatakan inflasi volatile food pada Agustus 2022 mengalami penurunan ke level 8,93 persen (yoy) dari 11,47 persen pada bulan sebelumnya.

"Untuk memitigasi risiko inflasi yang berasal dari bahan pangan maka pemerintah akan mendorong percepatan dan efektivitas pemanfaatan anggaran ketahanan pangan," katanya dikutip dari Antara, Jumat (2/9/2022).

Febrio menjelaskan penurunan inflasi volatile food pada Agustus sendiri terjadi karena normalnya pasokan produk hortikultura, seiring membaiknya panen di daerah-daerah sentra produsen pangan. Tidak hanya itu dia juga menjelaskan harga minyak goreng juga mencatatkan penurunan seiring harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) yang melambat.

Di sisi lain, inflasi harga diatur pemerintah atau administered price pada Agustus 2022 sedikit meningkat ke 6,84 persen (yoy) dari realisasi Juli yang sebesar 6,51 persen. Walaupun begitu, tarif angkutan udara mengalami penurunan seiring dengan penurunan harga avtur dan pembebasan tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) untuk pendaratan dan penyimpanan pesawat di bandara.

Lebih lanjut, dia menjelaskan anggaran subsidi dan kompensasi energi yang terus meningkat sejak 2020 telah melindungi daya beli masyarakat dan menjaga momentum pemulihan ekonomi. Sementara itu inflasi inti pun turut mengalami kenaikan pada Agustus 2022 yaitu sebesar 3,04 persen (yoy) dari Juli yang sebesar 2,86 persen.

Kemudian inflasi inti terjadi pada hampir seluruh kelompok barang dan jasa seperti sandang, layanan perumahan, pendidikan, rekreasi. Kemudian penyediaan makanan, minuman dan restoran.

"Meningkatnya inflasi inti ini menunjukkan pemulihan daya beli masyarakat yang semakin kuat," bebernya.

Febrio menjelaskan secara umum, inflasi pada Agustus 2022 tercatat 4,69 persen (yoy) berhasil turun dibandingkan posisi Juli sebesar 4,94 persen (yoy). Secara bulanan, Agustus 2022 mencatatkan deflasi sebesar 0,21 persen yang merupakan deflasi terbesar sejak September 2019.

Febrio menegaskan koordinasi dan sinergi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah sangat diperlukan untuk mengatasi risiko inflasi ke depan. Beberapa kebijakan yang akan dilakukan adalah kerja sama perdagangan untuk menjaga keseimbangan supply dan demand antar daerah serta percepatan penyaluran APBD.

"Dari sisi suplai pemerintah akan terus memastikan faktor kelancaran pasokan dan distribusi terutama untuk energi dan pangan," ungkapnya.

Tidak hanya itu, dana transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) juga dapat berkontribusi untuk pengendalian inflasi di daerah. Salah satunya untuk ketahanan pangan serta pembangunan jalan sekaligus jembatan sehingga memperlancar pasokan dan distribusi barang.

“Dari sisi permintaan pemerintah juga akan kolaborasi dengan otoritas terkait,” pungkasnya.

Baca juga artikel terkait KEMENKEU

tirto.id - Ekonomi
Sumber: Antara
Editor: Intan Umbari Prihatin