tirto.id - Redenominasi adalah penyederhanaan nilai nominal mata uang dengan cara mengurangi digit (angka nol) tanpa mengurangi nilai riil mata uang tersebut.
Bank Indonesia (BI) telah merencanakan redenominasi Rupiah dengan mengurangi tiga angka nol pada mata uang nilai mata uang, harga barang dan juga upah, demikian dilansir laman resminya.
Namun, terkait kapan implementasi redominasi tersebut terlaksana masih belum pasti. Pasalnya, dinamika perekonomian global ke depannya masih tidak pasti. BI masih menunggu momentum yang tepat untuk melakukannya.
“Kondisi perekonomian kini masih dibayangi efek rambatan dari eksternal terutama pelemahan ekonomi global. Selain itu, stabilitas sistem keuangan juga stabil, tetapi masih ada ketidakpastian global. Sehingga implementasi redenominasi masih akan melihat momentum yg tepat,” tulis BI pada akun Twitter resminya @bank_indonesia pada Rabu, 5 Juli 2023.
Apa Arti Redominasi Mata Uang?
Redenominasi mata uang adalah langkah kebijakan publik yang menyederhanakan pemahaman, penggunaan, dan pengelolaan mata uang nasional melalui skala yang baru dan lebih kecil.
Dengan kata lain, redenominasi mata uang merupakan penghapusan sejumlah angka nol tertentu dari mata uang, ini diberlakukan ke dalam skala moneter yang baru.
Suhendra dan Handayani dalam studinya pada tahun 2012 berjudul Impacts of Redenomination on Economics Indicatiors memaparkan bahwa pada masa inflasi, jumlah unit moneter yang sama secara perlahan akan melemahkan daya beli.
Dengan kata lain, harga produk dan jasa harus ditulis dengan jumlah yang lebih besar.
Ketika angka-angka ini semakin besar, mereka dapat memengaruhi transaksi sehari-hari karena risiko dan ketidaknyamanan yang disebabkan oleh sejumlah tagihan yang harus diambil, atau karena psikologi manusia yang tidak efektif dalam menangani perhitungan yang besar.
Pihak berwenang dapat meminimalisir masalah ini dengan melakukan redenominasi, pergantian unit mata uang lama ke unit mata uang baru berdasarkan hasil konversi.
Jika alasan redenominasi adalah inflasi, rasio konversi dapat lebih besar dari 1, biasanya angka positif kelipatan sepuluh, seperti 10, 100, 1.000, dan seterusnya. Prosedur ini dapat disebut sebagai "penghapusan angka nol.
Dampak Redominasi Rupiah
Perubahan besar yang direncanakan akan diterapkan secara nasional lumrah memiliki dampak positif dan negatif.
Terlebih redominasi mata uang adalah kebijakan dengan kompektsitas tinggi. Itulah mengapa berbagai pertimbangan perlu dilakukan sebelum mengimplementasikannya.
1. Menghitung uang lebih mudah
Nilai rupiah yang sederhana tanpa nol panjang di belakangnya akan membuat perhitungan uang menjadi lebih mudah. Ini tentu adalah hal yang sangat baik yang akan meminimalkan risiko kesalahan perhitungan.
2. Kredibilitas mata uang lebih baik
Apabila kita bandingkan mata uang Indonesia dengan dolar Amerika, perbedaan nilai sangat jauh terjadi, Rp15.000 sama dengan $1.
Sehingga, jika terjadi redenominasi maka Rp15 sama dengan $1 meski nilainya masih tetap sama. Namun, kredibilitas rupiah akan terlihat lebih baik.
3. Berpotensi timbulkan inflasi
Redenominasi memang tidak memotong nilai tukar uang. Akan tetapi, penyederhanaan nol pada mata uang cenderung membuat harga dibulatkan ke atas.
Misalnya, kopi instan sekarang dihargai Rp1.700 per bungkus. Setelah, redenominasi penjual akan cenderung membulatkan harga menjadi Rp2 atau setara dengan Rp2.000 saat ini. Kenaikan harga yang masif akan memicu terjadi inflasi.
4. Ilusi uang
Kebanyakan orang akan beranggapan bahwa harga barang menjadi lebih murah karena penghilangan angka nol dari mata uang sebelumnya.
Harga baru dianggap lebih murah karena adanya ilusi uang dan kemauan konsumen untuk membayar meningkat.
Dengan melihat perilaku masyarakat ini, produsen akan menaikkan harga hingga batas yang dapat ditoleransi oleh konsumen.
Editor: Dhita Koesno