tirto.id - Asmaul Husna Al Wajid artinya adalah Yang Maha Menemukan. Lantas, apa saja khasiat Ya Wajid sebagai bacaan doa dala dzikir, dalil yang berkaitan dengan penemuan-penemuan Allah, dan keutamaannya?
Sebelum membahas tentang arti Al Waajid, perlu diketahui terlebih dahulu bahwa Asmaul Husna merupakan kumpulan nama baik Allah SWT. Sebagai pencipta, Allah SWT memiliki julukan baik yang dapat mendeskripsikan sifat dan kekuasaannya.
Adapun Al Wajid merupakan satu di antara 99 nama baik Allah SWT, sehingga punya karakteristik maupun keistimewaannya tersendiri. Bukan hanya itu, pelantunan doa menggunakan nama baik ini bisa memberikan manfaat tertentu.
Apa Arti Asmaul Husna Al-Wajid?
Salah satu Asmaul Husna yang dimiliki oleh Allah SWT adalah Al Waajid. Asmaul Husna Al Waajid artinya yaitu Yang Maha Penemu. Di samping itu, Al Waajid juga dapat menunjukan bahwa Sang Pencipta bersifat “Maha Kaya”.
Akar kata Al Waajid dalam bahasa Arab Klasik memiliki beberapa arti lain seperti mendapatkan, menemukan, memperoleh apa yang dicari menyadari segala sesuatu, dan memahami. Kemudian mengalami, mendapatkan, atau memiliki kekayaan, properti, sumber daya untuk menjadi kaya, serta memiliki harta melimpah.
Asmaul Husna Al Waajid secara sederhana memiliki makna bahwa Allah SWT merupakan satu-satunya Dzat yang tidak membutuhkan sesuatu apapun dan bantuan dari siapa pun.
Apabila Allah SWT berkehendak atas sesuatu, maka bagi-Nya mampu untuk memenuhi segala sesuatu tersebut, karena Dzat-Nya berkuasa untuk menciptakan sesuatu.
Dilansir dari laman UIN Jakarta, Allah memang Maha Menemukan dan Mendapatkan apa saja yang dikehendaki-Nya, karena Dia Maha Kaya, Maha memiliki segala-galanya.
Allah Maha Penemu, karena Dia Maha Awal dan Akhir, Maha sempurna, dan tidak membutuhkan apapun dan siapapun.
Dalil Asmaul Husna Al Wajid
Berapa kali Al Wajid disebutkan dalam Al Quran? Arti al waajid dalam kita suci agama Islam ini disebutkan berulang-ulang pada surat dan ayat yang berbeda-beda, sehingga bisa mencapai ratusan.
Lima dalil yang menyelipkan arti Al Wajid dalam Asmaul Husna dapat dilihat melalui daftar berikut.
1. Surah Sad Ayat 44
وَخُذْ بِيَدِكَ ضِغْثًا فَاضْرِبْ بِّهٖ وَلَا تَحْنَثْ ۗاِنَّا وَجَدْنٰهُ صَابِرًا ۗنِعْمَ الْعَبْدُ ۗاِنَّهٗٓ اَوَّابٌ - ٤٤Arab Latin:
Wa khuż biyadika ḍigṡan faḍrib bihī wa lā taḥnaṡ, innā wajadnāhu ṣābirā, ni'mal-'abd, innahū awwāb
Artinya:
“Dan ambillah seikat (rumput) dengan tanganmu, lalu pukullah dengan itu dan janganlah engkau melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah).”
2. Surah Ad Duha Ayat 8
وَوَجَدَكَ عَاۤىِٕلًا فَاَغْنٰىۗ - ٨Arab Latin:
Wa wajadaka 'ā`ilan fa agnā
Artinya:
“Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.”
3. Surah Saba Ayat 23
وَلَا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ عِنْدَهٗٓ اِلَّا لِمَنْ اَذِنَ لَهٗۗ حَتّٰىٓ اِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوْبِهِمْ قَالُوْا مَاذَاۙ قَالَ رَبُّكُمْۗ قَالُوا الْحَقَّۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيْرُArab Latin:
wa lâ tanfa‘usy-syafâ‘atu ‘indahû illâ liman adzina lah, ḫattâ idzâ fuzzi‘a ‘ang qulûbihim qâlû mâdzâ qâla rabbukum, qâlul-ḫaqq, wa huwal-‘aliyyul-kabîr
Artinya:
“Tidaklah berguna syafaat (pertolongan) di sisi-Nya, kecuali bagi orang yang diizinkan-Nya sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hatinya, mereka berkata, ‘Apa yang difirmankan Tuhanmu?’ Mereka menjawab, ‘Kebenaran.’ Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar.”
4. Surah An Nisa Ayat 78
اَيْنَمَا تَكُوْنُوْا يُدْرِكْكُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِيْ بُرُوْجٍ مُّشَيَّدَةٍۗ وَاِنْ تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَّقُوْلُوْا هٰذِهٖ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِۚ وَاِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَّقُوْلُوْا هٰذِهٖ مِنْ عِنْدِكَۗ قُلْ كُلٌّ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِۗ فَمَالِ هٰٓؤُلَاۤءِ الْقَوْمِ لَا يَكَادُوْنَ يَفْقَهُوْنَ حَدِيْثًاArab Latin:
aina mâ takûnû yudrikkumul-mautu walau kuntum fî burûjim musyayyadah, wa in tushib-hum ḫasanatuy yaqûlû hâdzihî min ‘indillâh, wa in tushib-hum sayyi'atuy yaqûlû hâdzihî min ‘indik, qul kullum min ‘indillâh, fa mâli hâ'ulâ'il-qaumi lâ yakâdûna yafqahûna ḫadîtsâ
Artinya:
“Di mana pun kamu berada, kematian akan mendatangimu, meskipun kamu berada dalam benteng yang kukuh. Jika mereka (orang-orang munafik) memperoleh suatu kebaikan, mereka berkata, ‘Ini dari sisi Allah’ dan jika mereka ditimpa suatu keburukan, mereka berkata, ‘Ini dari engkau (Nabi Muhammad).’ Katakanlah, ‘Semuanya (datang) dari sisi Allah.” Mengapa orang-orang itu hampir tidak memahami pembicaraan?’”
5. Surah An Nur Ayat 39
وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ ۢ بِقِيْعَةٍ يَّحْسَبُهُ الظَّمْاٰنُ مَاۤءًۗ حَتّٰٓى اِذَا جَاۤءَهٗ لَمْ يَجِدْهُ شَيْـًٔا وَّوَجَدَ اللّٰهَ عِنْدَهٗ فَوَفّٰىهُ حِسَابَهٗۗ وَاللّٰهُ سَرِيْعُ الْحِسَابِۙArab Latin:
walladzîna kafarû a‘mâluhum kasarâbim biqî‘atiy yaḫsabuhudh-dham'ânu mâ'â, ḫattâ idzâ jâ'ahû lam yajid-hu syai'aw wa wajadallâha ‘indahû fa waffâhu ḫisâbah, wallâhu sarî‘ul ḫisâb
Artinya:
“Orang-orang yang kufur, amal perbuatan mereka seperti fatamorgana di tanah yang datar. Orang-orang yang dahaga menyangkanya air, hingga apabila ia mendatanginya, ia tidak menjumpai apa pun. (Sebaliknya,) ia mendapati (ketetapan) Allah (baginya) di sana, lalu Dia memberikan kepadanya perhitungan (amal-amal) dengan sempurna. Allah sangat cepat perhitungan-Nya.”
Apa Keutamaan Berdzikir dengan Membaca Yaa Waajid?
Asmaul Husna Al Waajid dapat dijadikan sebagai wirid dan zikir untuk mengingatkan diri, bahwa hanya Allah SWT yang Maha Mengadakan ciptaan-Nya dengan sebaik-baiknya. Ada berbagai opsi untuk melakukan dzikir ini.
Misalnya Ya Wajidu Ya Maujudu artinya “Maha Menemukan lagi Maha Ada”. Dzikir menggunakan bacaan tersebut bisa memberikan manfaat, misalnya mengingatkan diri bahwa Allah merupakan Maha Penemu dan Maha Memiliki apapun di dunia ini.
Selain dijadikan sebagai wirid dan zikir, Asmaul Husna Al Waajid kaligrafi juga dapat dijadikan sebagai contoh sifat dan sikap dalam menjalani kehidupan di dunia. Sehingga memunculkan sifat dan sikap yang terpuji bagi diri maupun orang lain.
Pengamalan Asmaul Husna Al Waajid dalam diri seorang muslim dapat diwujudkan dengan menerapkan berbagai perilaku seperti hanya meminta dan memohon kepada Allah SWT, berpikir kreatif dan inovatif dalam pengembangan sains dan teknologi, tidak angkuh dan sombong, serta membantu kepada sesama.
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Dhita Koesno
Penyelaras: Yuda Prinada