Menuju konten utama

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Kita Berpuasa?

Selama puasa, Anda akan memiliki pola makan yang berbeda yang tentu akan memengaruhi metabolisme tubuh.

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Kita Berpuasa?
Ilustrasi Puasa. foto/istockphoto

tirto.id - Hari pertama puasa 1 Ramadan 1441 H telah ditetapkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada Jumat, 24 April 2020 mendatang.

Selama puasa, Anda akan memiliki pola makan yang berbeda yang tentu akan memengaruhi metabolisme tubuh.

Namun, tahukah Anda apa yang terjadi pada tubuh ketika kita puasa?

Energi akan selalu dibutuhkan oleh tubuh, dan sumber utamanya adalah gula yang disebut dengan glukosa. Pada umumnya, glukosa tersebut berasal dari karbohidrat termasuk dalam nasi, roti, yang memiliki kandungan karbohidrat besar, atau pun biji-bijian, buah, hingga sayur, yang memiliki sedikit kandungan karbohidrat.

Glukosa akan diproses dan disimpan dalam hati dan otot. Ketika tubuh membutuhkan energi untuk beraktivitas, glukosa ini akan dilepaskan ke dalam aliran darah.

Akan tetapi, keseluruhan proses tersebut berubah selama puasa. Ditulis Medical News Today, hati akan menggunakan cadangan glukosa terakhirnya setelah 8 jam puasa. Pada saat itu, tubuh memasuki keadaan glukoneogenesis yang menandai transisi tubuh ke mode puasa.

Penelitian telah menunjukkan bahwa glukoneogenesis meningkatkan jumlah kalori yang dibakar tubuh. Tanpa karbohidrat yang masuk, tubuh menciptakan glukosa sendiri menggunakan energi yang tersimpan, terutama lemak.

Selanjutnya, tubuh akan kehabisan sumber energi, ini juga yang akan menyebabkan tubuh menjadi sangat kelaparan. Pada titik ini, metabolisme seseorang melambat, dan tubuh mereka mulai membakar jaringan otot untuk energi.

Namun, kelaparan itu hanya akan terjadi setelah beberapa hari berturut-turut atau bahkan berminggu-minggu tanpa makanan. Jadi, bagi Anda yang berbuka puasa setelah 24 jam, umumnya tetap aman kecuali memiliki kondisi kesehatan lainnya.

Infografik SC Tips Berbuka Puasa yang Aman buat Perut

Infografik SC Tips Berbuka Puasa yang Aman buat Perut. tirto.id/Fuad

Lantas, bisakah puasa dilakukan untuk menurunkan berat badan?

Salah satu metode diet untuk penurunan berat badan yang dikenal dengan istilah intermittent fasting, memiliki pola yang kurang lebih sama dengan puasa Ramadan yang wajib dijalankan bagi umat muslim.

Dalam menjalankan intermittent fasting, akan ada siklus antara makan dan puasa. Melansir Healthline, sebagian besar jenis pola diet ini berfokus pada membatasi makanan dan camilan pada rentang waktu tertentu yang biasanya antara 6 dan 8 jam sehari.

Misalnya, 16/8 puasa intermiten akan membuat seseorang menetapkan jadwal untuk membatasi asupan makanan hanya 8 jam per hari dan tidak makan selama 16 jam sisanya.

Pola ini mirip dengan pola diet yang diciptakan oleh Deddy Corbuzier bernama Obsessive Corbuzier’s Diet yang diklaim mampu turunkan lebih dari empat kilo dalam kurun waktu tujuh hari atau satu minggu.

Sementara itu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa puasa intermiten dapat meningkatkan penurunan berat badan melalui beberapa mekanisme.

Pertama, membatasi makanan dan kudapan ke waktu yang ketat dapat secara alami mengurangi asupan kalori yang dapat membantu menurunkan berat badan.

Puasa intermiten juga dapat meningkatkan kadar norepinefrin, hormon dan neurotransmitter yang dapat meningkatkan metabolisme untuk meningkatkan pembakaran kalori sepanjang hari.

Selain itu, pola makan ini dapat mengurangi kadar insulin, hormon yang terlibat dalam manajemen gula darah. Penurunan level insulin tersebut dapat meningkatkan pembakaran lemak untuk menurunkan berat badan.

Menurut satu ulasan, puasa intermiten dapat mengurangi berat badan hingga 8 persen, dan mengurangi lemak tubuh hingga 16 persen selama 3-12 minggu.

Agar Tak Lemas Saat Puasa di Tengah Pandemi

Ada perbedaan yang terlihat saat melaksanakan ibadah puasa di tahun ini, yakni harus melangsungkan puasa di tengah pandemi COVID-19. Dengan di rumah saja dan tidak memiliki banyak kegiatan, waktu bisa jadi terasa lebih lama dan membuat tubuh menjadi lemas.

Selama pandemi Corona COVID-19 ini, pastikan asupan gizi cukup sehingga kuat menunggu berbuka puasa dan kembali berpuasa di keesokan harinya. Dokter spesialis gizi Rumah Sakit Pondok Indah-Puri Indah, Raissa E Djuanda mengatakan, sebaiknya pilih makanan dengan karbohidrat kompleks ketimbang yang sederhana.

“Tetap makanan bergizi seimbang, lalu (pilih) makanan yang tahan lama dalam menimbulkan rasa lapar, karbohidrat pilih yang kompleks dibanding nasi putih bisa nasi merah, kentang, roti gandum,” katanya dalam sebuah diskusi via daring dikutip Antara.

Asupan lauk pauk yang beragam dengan tidak melupakan sayuran, buah, dan mikronutrien termasuk asam lemak omega tiga yang dapat diperoleh dengan mengonsumsi teri basah, ikan salmon, tuna, ikan sarden, atau lele.

Raissa juga mengingatkan agar tidak melupakan asupan protein harian guna meningkatkan massa otot dan menjaga sistem kekebalan tubuh terutama di masa pandemi COVID-19 ini.

Jangan lupa, penuhi asupan cairan saat berbuka dan sahur agar tidak alami dehidrasi selama berpuasa. Ada baiknya, Anda dapat mulai untuk membiasakan diri memberi asupan air yang cukup agar terhidrasi optimal.

Tambahkan satu atau dua gelas dari anjuran umum sehari untuk mencobanya, dan Anda akan menurunkan tingkat dehidrasi yang akan dihadapi tubuh saat berpuasa nanti. Dalam sehari, anjuran minum air putih adalah 7-8 gelas.

Ahli gizi terdaftar, Chelsey Amer, dalam situs miliknya menuliskan bahwa ada beberapa cara untuk dapat berbuka dengan aman. Seperti sebagai berikut:

- Minum air

- Makanlah dalam porsi kecil

- Kunyah makanan sampai tuntas setidaknya 30 kali

- Konsumsilah makanan yang dimasak, dan mudah dicerna, seperti sayuran yang dimasak daripada mentah.

- Hindari bereksperimen dengan mencoba makanan baru. Hal ini dapat membuat pencernaan lebih sulit dan dapat membuat seseorang merasa sakit.

Baca juga artikel terkait PUASA atau tulisan lainnya dari Dinda Silviana Dewi

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Dinda Silviana Dewi
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Nur Hidayah Perwitasari