Menuju konten utama

Apa Saja Tradisi, Mitos dan Pantangan Tahun Baru Cina Imlek?

Berikut adalah tradisi, mitos dan pantangan saat perayaan Tahun Baru Cina atau Imlek. 

Apa Saja Tradisi, Mitos dan Pantangan Tahun Baru Cina Imlek?
Warga berbelanja pernak-pernik Tahun Baru Imlek yang dijual di Glodok, Jakarta, Minggu (23/1/2022). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/YU

tirto.id - Tahun Baru Cina atau Imlek akan dilaksanakan pada hari Selasa, 1 Februari 2022. Ini adalah waktu yang paling penting bagi masyarakat di Tiongkok dan di beberapa negara Asia Timur lainnya, termasuk pula di Indonesia.

Ada sejumlah tradisi yang akan dilaksanakan setiap perayaan Imlek ini, seperti bagi-bagi angpao, pertunjukkan barongsai dan berkunjung ke rumah keluarga. Tidak hanya itu, ada beberapa pantangan bagi mereka yang merayakan Imlek, seperti larangan menyapu dan membersihkan rumah saat hari raya.

Waktu yang tepat membersihkan rumah dari sampah, kotoran dan debu adalah sebelum hari raya Imek. Sebab, mereka dilarang melakukan itu ketika Imlek sedang berlangsung karena dianggap bisa membuang rezeki.

Sebelum Imlek, mereka wajib membersihkan rumah dan mempersiapkan diri supaya bersih secara lahir batin pada hari tahun baru nanti.

Menurut sejarah, Imlek adalah acara untuk menyambut musim semi karena mayoritas masyarakat Tionghoa di Tiongkok adalah petani. Mereka akan merasa hidup kembali setelah dilanda musim dingin.

Hal itu sedikit berbeda dengan di Indonesia, sebagaimana ditulis Hendra Kurniawan dalam buku Kepingan Narasi Tionghoa Indonesia: The Untold Histories, perayaan Imlek yang jatuh di bulan Januari atau Februari ditandai dengan curah hujan yang lebat dan musim panen buah-buahan.

Tak heran kalau mitosnya apabila hujan lebat di malam menjelang imlek berarti ada harapan rezeki yang bakal terjadi di tahun baru. Maka daripada itu, pergantian tahun adalah hal yang patut disyukuri.

Infografik Pasang Surut Imlek di Indonesia

Infografik Pasang Surut Imlek di Indonesia. tirto.id/sabit

Di sisi lain, Tahun Baru Imlek juga melambangkan keharmonisan dalam kehidupan di muka bumi. Oleh sebab itu, perayaan Imlek harus jadi momentum ungkapan syukur dan terima kasih atas kebaikan alam.

Berdasarkan tradisi pada bulan ketiga penanggalan Imlek (Sha Gwee) ada istilah Ceng Beng (Qing Ming) atau bersih kubur. Ceng Beng artinya bersih dan terang. Ceng artinya bersih, sementara Beng berarti terang.

Pada saat Ceng Beng ini, masyarakat Tionghoa tidak hanya membersihkan rumah, tetapi juga membersihkan kuburan leluhur sebagai bentuk rasa hormat kepada leluhur yang sudah meninggal.

Setelah merayakan Tahun Baru Imlek atau Sincia, lima belas hari kemudian mereka akan menggelar Cap Go Meh sebagai penutup rangkaian perayaan

Olivia dalam buku Ringkasan Umum Kebudayaan Masyarakat Tionghoa di Indonesia menuliskan, salah satu identitas dan bagian dari kebudayaan Tionghoa paling penting adalah tarian Barongsai.

Menurut sejarah keberadaannya, barongsai sudah adalah sejak ratusan tahun lalu. Saat ini barongsai tidak hanya dimainkan saat perayaan atau festival tertentu saja, Imlek dan Cap Go Meh, namun di upacara penting seperti acara pembukaan festival budaya, peresmian kantor, toko, pusat perbelanjaan, restoran, hotel, rumah, acara pernikahan dan lain-lain.

Selain itu, ada pula sejumlah pantangan saat perayaan Imlek. Sebagaimana ditulis Lina Wang dalam buku Keberuntungan Anda pada Tahun Naga 2012, pada saat Imlek tidak boleh membersihkan atau menyapu rumah. Apabila terpaksa, kotoran atau debu harus disapu ke arah dalam supaya rezeki tidak terbuang keluar.

Membersihakan atau menyapu rumah pantang dilakukan karena dianggap bisa membuang rezeki dan keberuntungan yang telah datang. Oleh sebab itu, sapu harus disimpan. Benda tajam seperti pisau pun harus disimpan supaya tidak menakut-nakuti atau memotong rezeki yang masuk.

Selain itu, keramas dan potong kuku yang dinilai sebagai lambang membersihkan diri pun pantang dilakukan karena dianggap membuang rezeki yang sudah datang. Pantangan-pantangan di atas akan dilakukan pada hari sebelum Imlek.

Baca juga artikel terkait PANTANGAN IMLEK 2022 atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Iswara N Raditya