tirto.id - Kasus COVID-19 di Indonesia mulai kembali mengalami kenaikan. Hingga hari ini, Indonesia menempati posisi ke-16 sebagai negara terbanyak yang terinfeksi COVID-19. Total kasus positif COVID-19 di Indonesia adalah sebanyak 4.286.378 kasus.
Data dari Satgas COVID-19 hingga Minggu (23/1/2022) melaporkan bahwa total kasus di atas diperoleh setelah ada tambahan 2.925 kasus baru, berkurang sebanyak 280 kasus dari hari sebelumnya.
Berdasarkan total kasus di atas, provinsi dengan angka konfirmasi positif tertinggi dipegang Jakarta dengan 1.739 kasus. Kemudian, disusul Jawa Barat 485 kasus, dan Banten 454 kasus.
Sementara itu, kasus kematian akibat COVID-19 berjumlah 14 orang, naik dibandingkan hari sebelumnya yang hanya 5 kasus. Hingga hari ini, total kematian akibat COVID-19 mencapai 144.220 kasus.
Di sisi lain, total pasien sembuh dari COVID-19 adalah 4.123.267 kasus. Secara spesifik, update data Minggu kemarin, jumlah pasien yang sembuh adalah 712 pasien.
Angka kesembuhan tertinggi dipegang oleh Provinsi Jakarta dengan angka 517 kasus, Banten sebanyak 44 kasus, dan Kalimantan Utara sebanyak 36 kasus.
Untuk kasus COVID-19 varian Omicron, total kasusnya sudah mencapai 1.369 kasus di Indonesia, bertambah sebanyak 208 dibanding hari sebelumnya.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga melaporkan dua pasien COVID-19 terkonfirmasi Omicron telah meninggal dunia. Kemenkes merilis laporan fatalitas pertama di Indonesia akibat varian yang memiliki daya tular tinggi tersebut.
"Satu kasus merupakan transmisi lokal, meninggal di RS Sari Asih Ciputat dan satu lagi merupakan Pelaku Perjalanan Luar Negeri, meninggal di RSPI Sulianti Saroso," kata Juru Bicara Kemenkes Siti Nadia Tarmizi dalam keterangan Kemenkes yang diterima di Jakarta, Sabtu (22/1/2022) malam.
Nadia mengatakan bahwa kedua pasien Omicron yang meninggal tersebut memiliki komorbid atau penyakit penyerta.
Waspada gejala Omicron pada anak
Dokter Patalogi Klinik dari Siloam Hostpitals Semarang Nalurita meminta masyarakat mewaspadai gejala Omicron yang terjadi pada anak.“Masyarakat perlu memperhatikan MIS-C atau Multisystem Inflammatory Syndrome in Children, yaitu kumpulan sindrom akibat COVID-19 pada anak-anak. Angka kejadian memang sedikit, tetapi berisiko fatal sampai kematian,” ujar Nalurita seperti dilansir dari Antara.
Dia menambahkan COVID-19 telah mengalami mutasi ke beberapa varian, mulai dari varian Alpha, Beta, Delta, dan yang terkini adalah varian Omicron.
Pemeriksaan yang paling ideal untuk mendeteksi infeksi virus corona sampai saat ini dapat dilakukan dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction) atau tes usap PCR. Metode tes usap digunakan untuk mengambil sampel dari hidung dan tenggorokan.
Hasil penelitian menunjukkan varian Omicron lebih dominan di daerah tenggorokan tidak seperti varian Delta yang lebih dominan di parenkim paru.
“Dari hal ini bisa diindikasikan betapa varian ini akan keluar menyebar apabila si 'carrier', hanya dengan batuk saja. Masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa varian ini tidak berbahaya," ucapnya.
Karakteristik virus varian baru Omicron yang cepat menular termasuk kemampuan virus guna menyebabkan suatu penyakit.
"Varian Omicron menjadi varian of concern (VOC), karena sifatnya yang sangat menular dan ada kemungkinan penurunan efektivitas alat diagnostik dan vaksin yang ada sekarang," katanya.
Dia menjelaskan varian menular dengan cepat dan dapat menginfeksi kembali penyintas atau yang sudah mendapatkan dosis vaksin. Meskipun hingga saat ini, risiko rawat inap, gejala berat, bahkan kematian akibat varian Omicron itu tergolong rendah.
"Hendaknya kita tetap waspada, karena semakin banyak yang kena, semakin tinggi risiko kelompok rentan (lansia, anak-anak dan komorbid) untuk terinfeksi, meningkatkan angka keterisian rumah sakit dan rumah sakit bisa penuh, lama-lama yang butuh penanganan bisa tidak tertangani,” paparnya.
Ia mengingatkan masyarakat untuk terus menjalankan protokol kesehatan dan juga melakukan vaksinasi dan menerapkan hidup sehat dengan konsumsi makanan bergizi dan rutin berolahraga.
Gejala COVID-19 Omicron pada anak dan orang dewasa
Sebuah laporan baru-baru ini menunjukkan bahwa anak-anak yang terinfeksi COVID varian Omicron mengalami batuk keras yang disebut croup terutama pada anak yang berusia di bawah 5 tahun.
Croupmerupakan infeksi saluran pernapasan bagian atas yang memicu batuk keras, seperti menggonggong. Croup mungkin disertai dengan demam, serak dan pernapasan yang bekerja keras atau terdengar berisik.
Sementara itu, melansir laman Parents, bukti awal menunjukkan varian Omicron sering menyebabkan penyakit ringan, dengan gejala yang sedikit berbeda dari jenis virus corona lainnya.
Menurut Purvi Parikh, M.D., ahli alergi dan imunologi di Jaringan Alergi dan Asma pasien telah melaporkan bahwa mereka tidak ada kehilangan bau atau rasa dan tenggorokan gatal, tetapi banyak gejala klasik lainnya tetap sama.
Sedangkan, Angelique Coetzee, ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan, menjelaskan beberapa gejala dari pasien Omicron yang ia rawat di antaranya, mengeluhkan nyeri dan nyeri tubuh, batuk ringan, dan sakit kepala ringan. Pasiennya juga tidak mengalami penurunan kadar oksigen yang signifikan, dan mereka pulih di rumah tanpa komplikasi, seperti dilansir dari Reuters.
Sehingga secara garis besar gejala umum Omicron pada anak maupun orang dewasa yaitu,
1. Nyeri tubuh
2. Batuk ringan
3. Sakit kepala
4. Demam
5. Pilek
6. Kelelahan
7. Sakit tenggorokan
Menurut laman Ciputra Hospital, kondisi ini dapat Anda kendalikan dengan pengobatan di rumah. Orang tua dapat menggunakan obat-obatan, seperti yang ditentukan oleh dokter atau mengadopsi pengobatan rumah untuk meringankan gejala anak mereka.
Pastikan anak Anda duduk dalam posisi tegak yang nyaman. Beri mereka minum banyak cairan yang hangat dapat membantu melonggarkan lendir di orofaring. Sementara itu, anak perlu istirahat yang cukup. Jika gejala anak memburuk dan tidak lekas membaik, carilah bantuan medis segera.
Editor: Iswara N Raditya