Menuju konten utama

Apa Itu Workaholic? Kebiasaan Positif atau Bahaya Tersembunyi?

Berikut ini definisi workaholic, ciri-ciri & penyebabnya. Pelajari pola perilaku ini agar bisa mengantisipasi berbagai dampak negatif dari workaholic.

Apa Itu Workaholic? Kebiasaan Positif atau Bahaya Tersembunyi?
Ilustrasi pecandu kerja. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Banyak anggapan bahwa workaholic sama dengan pekerja keras. Padahal keduanya adalah istilah yang sangat berbeda. Lantas apa itu workaholic?

Seorang workaholic ternyata punya ciri-ciri berbeda dari seorang pekerja keras. Selain ciri yang berbeda, dampak jangka panjang dari dua istilah ini ternyata juga tidak sama.

Workaholic, alias seorang penggila kerja yang terus-menerus melakukan kebiasaannya ini, biasanya akan memiliki banyak gangguan kesehatan, ketimbang seorang pekerja keras yang tahu saatnya bekerja dan kapan saatnya beristirahat.

Berikut ini penjelasan secara ringkas perihal apa itu workaholic, ciri-ciri, penyebab dan perbedaannya dengan pekerja keras.

Apa Itu Workaholic?

Ilustrasi Gila Kerja

Ilustrasi pecandu kerja. Getty Images/iStockphoto

Medical News Today menulis, workaholic adalah kecanduan kerja atau gila kerja. Ini merupakan pola perilaku dimana seseorang merasakan dorongan sangat kuat dan terus-menerus untuk bekerja.

Pola perilaku ini mungkin akan menyebabkan terjadinya kurangnya perawatan pada diri, munculnya masalah relasi, hingga masalah kesehatan.

Pola perilaku seorang workaholic ternyata memiliki kemiripan dengan perilaku adiktif lainnya, seperti kecanduan alkohol atau obat-obatan terlarang. Oleh karena itu, pola perilaku workaholic ini, saat ini telah menjadi subjek penelitian dan penyelidikan psikologis.

Ada berbagai faktor pribadi, termasuk faktor lingkungan tempat seseorang bekerja yang berkontribusi terhadap perkembangan kecanduan kerja ini.

Lantas, apa saja ciri-ciri workaholic?

Ciri-Ciri Workaholic

Ada sejumlah ciri-ciri workaholic yang penting untuk diketahui oleh seseorang yang saat ini kerap menghabiskan banyak waktunya untuk bekerja.

Dengan mengetahui ciri-ciri workaholic, sekaligus tingkat workaholic, seseorang bisa mengantisipasi bila saja, kecanduan kerja ini sudah mulai mengenai dirinya.

Ciri-ciri seorang yang workaholic adalah :

  • Menghabiskan waktu yang berlebihan untuk bekerja, bahkan saat weekend, waktu liburan, dan sering sekali membawa pekerjaan ke rumah.
  • Terus-menerus memikirkan pekerjaan.
  • Membuat diri selalu tersedia secara permanen untuk tugas-tugas yang berhubungan dengan pekerjaan.
  • Memeriksa email atau pesan yang berhubungan dengan pekerjaan selama waktu pribadi di luar waktu pekerjaan atau di luar office hours.
  • Merasa bersalah atau cemas ketika tidak bekerja.
  • Mengalami kesulitan untuk mengatakan tidak pada tuntutan pekerjaan tambahan.
  • Merasa enggan untuk beristirahat atau berlibur.
  • Selalu ada dorongan yang kuat untuk berhasil dan mungkin mendefinisikan nilai diri dari pencapaian pekerjaan.
  • Seringkali menetapkan tujuan yang terlalu tinggi.
  • Terus-menerus mencari pengakuan.
  • Merasa tidak puas bahkan ketika mencapai sesuatu.
  • Cenderung perfeksionis, berjuang untuk kinerja yang sempurna.
  • Sulit untuk mendelegasikan tugas dan mengalami stres yang signifikan karena kesalahan kecil.
  • Tidak memperdulikan kesehatan dan kesejahteraan diri sendiri.
  • Sering mengalami kelelahan.
  • Sering susah tidur.
  • Sering mengalami kegelisahan atau anxiety.
  • Rentan mengalami depresi.
  • Rentan terkena penyakit fisik.
Lalu, apa saja penyebab seseorang bisa workaholic?

Penyebab Workaholic

Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan workaholic. Beberapa hal yang mendorong terjadinya workaholic sebagaimana dirujuk dari Imind Mentaldan Medical News Today adalah berikut ini:

Budaya dan Lingkungan Kerja

Industri atau tempat kerja tempat seseorang bekerja ternyata dapat mendorong seseorang menjadi workaholic. Jam kerja yang panjang dan daya saing yang berlebihan, serta nilai yang tinggi pada ketersediaan dan produktivitas seseorang, dapat mendorong suburnya perilaku gila kerja alias workaholic.

Takut Gagal

Ketakutan akan kegagalan, ternyata juga menjadi biang kerok dari perilaku workaholic. Selain itu, kepercayaan bahwa harga diri atau nilai seseorang itu selaras dengan pencapaian kerja juga menjadi akar dari pola perilaku ini.

Hal semacam ini dapat mendorong seseorang untuk bekerja secara berlebihan agar dapat mempertahankan kontrol dan keamanan.

Mekanisme Koping

Beberapa orang mungkin menggunakan perlaku gila kerja sebagai mekanisme koping jika mengalami masalah pribadi atau emosi yang sulit dihadapi. Membenamkan diri dalam pekerjaan dapat memberikan pengalihan dari masalah yang sedang dihadapai dalam hidup, yang menyebabkan stres.

Ketidakseimbangan Kerja dan Kehidupan Pribadi

Workaholic juga bisa berasal dari kurangnya keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Seseorang yang tidak bisa mengambil prioritas, mana yang pekerjaan dan mana yang kehidupan pribadi, cenderung keseulitan untuk menciptakan keseimbangan antara kerja dan masalah pribadi.

Pengaruh Masa Kecil

Masa kecil yang penuh tekanan, seperti misalnya selalu dituntut untuk memikul tanggung jawab sebagai orang dewasa di usia yang sangat muda, serta memiliki orang tua yang gila kerja, ternyata juga bisa dapat menjadi penyebab kecanduan kerja.

Seorang pecandu kerja mungkin juga pernah mengalami hubungan yang kurang dapat diandalkan dalam keluarga. Atau pernah mengalami situasi di mana cinta yang diberikan setara dengan hasil kerja atau kinerja.

Tekanan Masyarakat

Di banyak budaya ada semacam kekaguman terhadap mereka yang selalu sibuk. Selain itu, juga ada anggapan umum bahwa selalu sibuk identik dengan kesuksesan, dedikasi, dan ambisi.

Standar masyarakat ini dapat menekan seseorang untuk percaya bahwa beristirahat atau mencari waktu luang adalah tanda kelemahan atau kurangnya komitmen.

Evolusi Era Digital

Dengan adanya revolusi digital, pekerjaan dalam banyak hal telah melampaui batas-batas fisik. Masuknya ponsel pintar, laptop, dan konektivitas yang lancar membuat banyak orang dapat bekerja dari mana saja, dan kapan saja.

Meskipun hal ini memiliki beberapa keuntungan yang jelas, namun hal ini membuat seseorang diharapkan untuk selalu siap sedia. Hal ini akan menumbuhkan perasaan bersalah karena tidak masuk kerja atau mengambil waktu pribadi.

Ilustrasi Stress Bekerja

Ilustrasi Stress Bekerja. foto/istockphoto

Perbedaan Workaholic dengan Pekerja Keras

Terakhir, perlu dingat bahwa workaholic sangat berbeda dengan pekerja keras. Workaholic ini menjadi akar dari istilah hustle culture yang kerap didengungkan saat ini.

Hustle culture sendiri adalah standar di maysarakat yang menganggap bahwa seseorang hanya bisa mencapai sukses jika benar-benar mendedikasikan hidup untuk pekerjaan, serta bekerja sekeras-kerasnya. Inilah yang membuat seseorang kerapkali menempatkan pekerjaan di atas segalanya.

Jadi, perbedaan workaholic dengan pekerja keras adalah, lingkungan yang dipenuhi dengan orang-orang workaholic biasanya aakan menimbulkan hustle culture, sementara lingkungan yang dipenuhi pekerja keras, justru akan menghasilkan lingkungan kerja yang sehat, penuh dengan motivasi positif dan tentu saja menghasilkan produktivitas yang tinggi.

Agar lebih jelas, berikut ini beberapa poin perbedaan workaholic dan pekerja keras:

  • Workaholic punya sistem kerja yang sifatnya negatif. Ini karena workaholic akan bekerja terus-menerus, bahkan kerap kali tanpa jeda. Sedangkan pekerja keras memiliki etos kerja yang tinggi, dan tetap memperhatikan kesejahteraan diri sendiri.
  • Kualitas pekerjaan pekerja keras lebih baik dibanding workaholic. Seorang pekerja keras cenderung lebih teliti, karena punya cukup waktu istirahat untuk me-recharge energi.
  • Pekerja keras tetap memiliki waktu libur, sedangkan workaholic tidak.
  • Seorang workaholic biasanya punya ambisi terlalu tinggi, sehinggajika gagal, seorang workaholic akan stres hingga depresi. Sementara seorang pekerja keras akan lebih positif melihat kegagalan dan menjadikannya sebagai pembelajaran.
  • Pekerja keras mengetahui waktu istirahat dan kapan bisa bersantai. Sementara seorang workaholic tidak peduli kapan istirahat atau kapan saatnya bekerja.

Demikianlah, informasi mengenai apa itu workaholic, ciri-ciri dan penyebabnya. Dengan mengetahui informasi ini, seseorang yang saat ini kerap menghabiskan waktu pribadinya terus-menerus bekerja, bisa berefleksi dan membedakan apa itu workaholic dan apa itu pekerja keras.

Baca juga artikel terkait LIFESTYE atau tulisan lainnya dari Lucia Dianawuri

tirto.id - GWS
Penulis: Lucia Dianawuri
Editor: Lucia Dianawuri & Yulaika Ramadhani