tirto.id - Setiap orang tentu berkeinginan memiliki pasangan yang menjadikan dirinya sebagai prioritas utama.
Namun, jika Anda memiliki pasangan seorang yang “gila kerja” atau workaholic, perasaan intim dengan pasangan justru sering kali tergantikan oleh kesibukannya.
Workaholic sendiri sebenarnya bukanlah sebuah istilah medis. Ia hanya merujuk pada penamaan bagi seseorang yang “gila bekerja”, meskipun istilah ini tidak sama dengan “kerja keras”.
Dilansir dari Science Daily, dua kemungkinan yang mendorong seseorang menjadi workaholic yaituterlalu menikmati pekerjaan atau hanya merasa harus mengerjakannya.
Hal tersebut tak lepas dari kondisi yang dialaminya, bisa berupa stres, gangguan kontrol impulsif, gangguan kepribadian obesif-kompulsif, dan gangguan kepribadian obesif-kompulsif.
Para workaholic bisanya akan kehilangan banyak waktu mereka untuk orang lain, seperti teman, keluarga, ataupun pasangan.
Hal ini mungkin terlihat sepele, tetapi, jika dibiarkan begitu saja dapat mengakibatkan ketidakpuasan yang berujung pada relasi yang lebih buruk lagi. Dalam pernikahan, misalnya, masalah ini kerap kali berujung pada perceraian.
Mengutip Forbes, Maureen Farrel menuliskan bahwa "rata-rata hubungan yang salah satu pasangannya merupakan seorang yang gila kerja, tingkat perceraian dua kali lipat lebih besar.”
Dalam artikel berjudul "So You Married A Workaholic" itu, ia menjelaskan bagaimana pasangan akan merasa kesepian, marah, kecewa, dan mulai hilang keyakinan bahwa ia tak lagi penting bagi pasangannya.
Sekali lagi, “gila kerja” sama sekali berbeda dengan “kerja keras”. Terlebih, melihat efek negatif yang bisa saja terjadi jika terus berlarut-larut, sebaiknya Anda yang memiliki pasangan workaholic segera mencari cara untuk mengatasinya.
Melansir VeryWell Mind, jika pernikahan Anda dalam masalah yang telah “serius” mengunjungi konseling pernikahan bisa menjadi pilihan yang tepat.
Bahkan, jika Anda bisa mengajak pasangan untuk sesi terapi awal, hal itu mungkin bisa membantunya memahami gawatnya masalah ini dan kerugian yang ditimbulkannya.
Namun, jika masih bisa Anda atasi secara mandiri, berikut ini beberapa tips menghadapi pasangan yang workaholic, sebagaimana dilansir Huffpost.
Berikan waktu berkualitas bersama
Dapat dimengerti bila Anda dan pasangan tidak bisa sering menghabiskan waktu untuk terus bersama-sama.
Tetapi saat pasangan Anda mempunyai waktu untuk pergi bersama, berusahalah untuk memberikan waktu yang terbaik bersama pasangan sesuai yang Anda inginkan.
Pahami pekerjaan pasangan Anda
Jika Anda memiliki pasangan yang sangat fokus pada karier, lihatlah manfaatnya. Menurut Naz Beheshti, seorang konsultan, saat kliennya mencintai pekerjaannya, kebahagiaan justru terjadi di hubungan asmara mereka dan memberikan manfaat positif.
Simpan ponsel Anda selama beberapa jam
Cobalah untuk berbicara setiap malam tetapi pada saat sedang berbicara semua alat komunikasi dan alat pekerjaan seperti laptop dan telepon dimatikan atau disingkirkan untuk sementara. Berkomitmenlah menghabiskan menit, jam atau hari bersama tanpa gangguan ponsel.
Cobalah berbicara tentang masalah hubungan Anda
Jangan malu dan jangan takut untuk mengungkapkan kepada pasangan tentang masalah apa yang sedang dihadapi. Tujuannya adalah untuk menanggapi frustrasi dalam keadaan yang sedang dihadapi serta mendapatkan sebuah solusi.
Ketika Anda merespons dengan jujur dan mendengarkan pasangan Anda, hal tersebut akan berlaku untuk melakukan hal yang sama kepada Anda bila terjadi suatu permasalahan di tempat pekerjaan.
Rencanakan kegiatan dengan pasangan
Alih-alih bertanya pada pasangan Anda untuk mengurangi pekerjaan, yang mungkin disalah artikan sebagai tidak mendukungnya. Cobalah untuk merencanakan lebih banyak waktu bersama yang berkualitas.
Sebab hidup perlu keseimbangan dalam bekerja, maka Anda harus berkomitmen untuk melakukan bagian "kehidupan" untuk mewujudkannya.
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Nur Hidayah Perwitasari