tirto.id - Raj Raghunathan, profesor dari Universitas Texas, di Psychology Today mengatakan,
kebahagiaan seseorang tidaklah ditentukan dari kekayaan, ketenaran, atau pencapaiannya dalam hidup. Sebab yang menentukan kebahagiaan adalah dari cara orang lain memperlakukan Anda.
Menurutnya, kualitas hubungan dengan keluarga, lingkup pertemanan, dan ruang sosial lainnya adalah kunci hal tersebut. Dasar kebahagiaan, menurut Raj, adalah kualitas hubungan sosial seseorang.
Salah satu penentu kualitas adalah orang-orang yang berinteraksi dalam hubungan sosial kita. Di antara jenis orang yang berhubungan dengan kita, terdapat sosok positif, negatif, dan ada juga yang beracun atau manusia toksik (toxic people).
Toxic people atau manusia toksik menjadi sosok yang paling berbahaya dalam interaksi sosial kita. Laman Science of People menuliskan bahwa toxic people ini sebaiknya dihindari. Kalau perlu, jangan ragu memutuskan hubungan dengan mereka, demi kenyamanan dan kemaslahatan kita sendiri.
Siapa saja sosok-sosok toxic people ini? Forbes menuliskan beberapa tipe jenis orang yang masuk dalam kategori toxic people yang patut diperhatikan dan dihindari dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:
1. Tukang Gosip
Tukang gosip ini memperoleh kesenangan dari kemalangan yang menimpa orang lain. Awalnya, mungkin menyenangkan membahas kecerobohan orang lain, tetapi seiring waktu, hal tersebut melelahkan. Kadang kala, membuat kita merasa kotor mengulik borok orang lain.
Ada banyak hal-hal positif yang bisa dipelajari dari orang lain. Sehingga, menggosip dan membincangkan keburukan orang lain hanyalah membuang-buang waktu.
2. Si Temperamental
Beberapa orang tidak mampu mengendalikan emosi mereka. Orang-orang ini bisa dibilang "berdarah panas" dan mudah marah.
Jika ia melihat Anda membuat kesalahan, terutama kepada dirinya, maka tak mustahil, ia akan mudah meledakkan emosinya. Keadaan ini malahan membuat Anda merasa bersalah, tidak nyaman, atau malah merusak hubungan sosial Anda.
3. Player Victim
Si player victim adalah orang-orang yang memposisikan dirinya sebagai korban. Ia merasa bahwa ia patut dikasihani dan dibantu. Orang berjenis ini bisa dibilang "beracun" karena memanfaatkan keadaannya sebagai jalan keluar.
Kadang kala, ketika diberi tanggung jawab dan ia lalai menyelesaikan tanggung jawabnya, ia lantas menjadikan dirinya sebagai korban karena hal-hal tertentu yang ia alami. Si player victim merasa kondisinya layak ditoleransi. Akibatnya, tanggung jawab itu tak terselesaikan dan ia merasa tak bersalah atas kelalaiannya tersebut.
4. The Self-absorbed
The self-absorbed adalah orang-orang yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Orang-orang jenis ini tidak peduli dengan keadaan orang lain, serta abai terhadap perasaan temannya.
Jika perlu, ia bahkan menjadikan orang lain sebagai batu loncatan untuk menangguk keuntungan pribadi. Ia tidak merasa bersalah memanfaatkan orang untuk untuk kepentingannya sendiri.
5. Manipulator
Seorang manipulator menjadikan hal-hal yang ia kenal dari Anda sebagai cara untuk memanfaatkan Anda. Ia mungkin mengenal kesukaan, hal-hal yang Anda benci dan tak Anda sukai, serta detail-detail lain tentang Anda.
Namun, hal-hal yang ia kenal tersebut dijadikan cara untuk memanipulasi Anda. Kadang kala, ia menjadikan rasa bersalah sebagai cara untuk memanfaatkan Anda. Jika menemukan orang jenis ini, sebaiknya berhati-hati karena ia termasuk sosok toksik.
7. Si Pemberi Nilai
Guna mengetahui "si pemberi nilai", perhatikan cara dia menyampaikan pendapatnya. Ia akan menilai seenak jidatnya mengenai apa yang keren dan tidak keren, apa yang bagus dan tidak bagus. Kadang kala, ia mengabaikan pendapat orang lain dan merasa bahwa ia paling tahu terkait hal-hal yang ia nilai tadi.
Alih-alih menghargai dan belajar dari orang lain, "si pemberi nilai" cenderung menghakimi dan meremehkan orang lain. Jika terpengaruh dengannya, Anda mungkin akan merasa tidak nyaman. Selain itu, ia juga menghambat Anda untuk menjadi diri Anda sendiri.
8. Si Sombong
Orang yang sombong hanya membuang-buang waktu Anda. Ia akan melihat semua yang dilakukan orang lain sebagai tantangan pribadi. Si sombong ini merasa harus melampauinya.
Sebenarnya, arogansi dan kesombongan berasal dari perasaan tidak aman. Berdasarkan studi dari Universitas Akron, orang sombong cenderung memiliki kinerja rendah, tidak menyenangkan, dan memiliki lebih banyak masalah kognitif daripada orang kebanyakan.
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Nur Hidayah Perwitasari