Menuju konten utama

Apa Itu Stunting yang Ramai karena Komentar Gitasav?

Stunting adalah keterlambatan tumbuh kembang anak akibat kurang nutrisi atau asupan gizi, infeksi yang berulang dan kurangnya stimulasi psikososial.

Apa Itu Stunting yang Ramai karena Komentar Gitasav?
Kader PKK mengukur tinggi badan anak di Posyandu Angger 2, Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Senin (25/10/2021). ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/aww.

tirto.id - Jagat media sosial kini sedang ramai dengan pembicaraan mengenai Gitasav alias Gita Savitri Dewi.

Influencer yang juga sempat viral di Twitter karena pendapatnya mengenai LGBT ini membalas pesan dari warganet dengan kata “stunting”. Menurut warganet komentar dari Gitasav ini tidak tepat dan dianggap melecehkan penderita stunting.

Lalu, apakah stunting itu sebenarnya?

Pengertian stunting, penyebab dan pencegahannya

Menurut WHO, stunting adalah keterlambatan tumbuh kembang pada anak akibat kurangnya nutrisi atau asupan gizi, infeksi yang terjadi berulang kali, serta kurangnya stimulasi psikososial.

Seorang anak dikatakan menderita stunting ketika tubuhnya tidak bertambah tinggi walaupun usianya sudah semakin bertambah. Selain itu, pertumbuhan tinggi badan si anak berada di bawah standar pertumbuhan anak yang ditetapkan oleh WHO.

Dilansir dari Our World in Data, stunting dapat terjadi sepanjang masa kanak-kanak, namun sebagian besar ditentukan dari 1.000 hari pertama si anak. Artinya, asupan nutrisi dan gizi yang memadai amat dibutuhkan oleh anak dari masa kandungan hingga si anak berusia dua tahun, jika tidak, maka anak akan rentan terkena stunting.

Seorang anak bisa terkena stunting, bukan hanya karena asupan gizinya tidak memadai, tetapi juga karena si anak memiliki kondisi kesehatan yang kurang baik. Menurut Our World in Data, ketika seorang anak memiliki kondisi kesehatan yang buruk, maka asupan nutrisi yang memadai amat dibutuhkan oleh tubuh untuk melawan infeksi yang menyerang. Jika anak kekurangan gizi, maka tubuh si anak sulit untuk melawan infeksi penyakit yang menyerang.

Oleh karena itu, perlu dilakukan berbagai tindakan pencegahan yang dapat mencegah stunting pada anak. Berikut adalah beberapa langkah pencegahannya menurut laman Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

1. Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil.

2. Memberi ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan.

3. ASI eksklusif harus didampingi dengan makanan pendamping atau MPASI.

4. Tumbuh kembang anak terus dipantau perkembangannya dengan berkala membawa anak ke Posyandu.

5. Menjaga kebersihan lingkungan agar anak tidak mudah terkena penyakit.

Profil singkat Gitasav

Seperti sudah disinggung di atas, kata stunting menjadi populer akibat, influencer Gitasav alias Gita Savitri Dewi mengeluarkan kata stunting pada salah satu komentarnya kepada warganet.

Gitasav sendiri adalah seorang influencer yang sudah beberapa kali menuai kontroversi karena opininya yang seringkali berbeda dari publik. Sudah beberapa kali, Gitasav menunjukkan rasa pedulinya untuk kelompok rentan, salah satunya korban kekerasan seksual.

Gitasav lahir di Palembang, Sumatera Selatan pada 27 Juli 1992. Menurut laman Linked-in, ia mulai menjadi konten kreator di YouTube sejak 2009.

Selepas SMA di Jakarta, Gitasav melanjutkan kuliah di Freie Universitas, Berlin, Jerman, Jurusan Kimia Murni.

Ia lalu menulis buku berjudul Rentang Kisah yang dirilis pada 2017, yang bercerita tentang perjalanannya selama kuliah di Jerman. Pada channel YouTube miliknya, Gitasav banyak mengunggah cover lagu dan berkembang menjadi konten video travel, vlog, serta beragam video opini.

Gitasav menikah pada 2018 dengan seorang konten kreator bernama Paul Andreas Partohap. Pada 2021, Gitasav sempat menjadi trending topik di Twitter karena pernyataan kontroversialnya tentang keputusannya untuk tidak memiliki anak atau "child free".

Kini, salah satu komentar Gitasav, yang menyebut kata “stunting” kembali menuai kontroversi dan kemarahan warganet. Menurut warganet, komentar Gitasav tentang stunting itu tidak dipikir terlebih dahulu.

Baca juga artikel terkait LIFESTYLE atau tulisan lainnya dari Lucia Dianawuri

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Lucia Dianawuri
Penulis: Lucia Dianawuri
Editor: Nur Hidayah Perwitasari