tirto.id - Indonesia termasuk ke dalam negara yang masih menghadapi permasalahan stunting dan berpotensi mengganggu hingga membahayakan kehidupan anak.
Sekitar 4 dari 10 anak hingga saat ini perkirakan mengalami stunting. Di sisi lain, hal ini berpotensi merugikan negara dalam segi finansial maupun non materi. Berikut ini pengertian stunting, ciri, penyebab, dan cata mencegahnya.
Dilansir dari laman Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, stunting (gagal tumbuh) ialah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi di seribu hari pertama kehidupan anak. Kondisi ini berefek jangka panjang hingga anak dewasa dan lanjut usia.
Hal utama yang menjadi penyebab terjadinya stunting ialah kekurangan gizi sejak anak berada dalam kandungan dan dengan rentan waktu yang cukup lama. Dampak stunting adalah pertumbuhan otak dan organ lain pada anak akan terganggu, sehingga mengakibatkan anak lebih berisiko terkena diabetes, hipertensi, dan gangguan jantung.
Di samping itu, pertumbuhan otak yang tidak maksimal juga menyulitkan anak bertanggung jawab atas hidupnya sendiri kelak. Dilansir dari laman P2PTM Kemenkes RI, ciri utama stunting adalah tinggi badan anak yang lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Meskipun demikian, kondisi tubuh anak yang pendek ini seringkali disalah artikan oleh para orang tua sebagai faktor keturunan (genetik). Oleh karena, masyarakat banyak yang hanya menganggap perkara ini remeh dan tidak ada pencegahan maupun penanganan lebih lanjut.
Dilansir dari laman Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar, padahal genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah.
Cara mencegah stunting pada anak
Stunting merupakan permasalahan yang bisa dicegah. Dilansir dari laman Bappeda Litbang Kabupaten Banyuasin, berikut ini beberapa pencegahan stunting pada anak:
1. Melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur
2. Menghindari asap rokok dan memenuhi nutrisi yang baik selama masa kehamilan antara lain dengan menu sehat seimbang, asupan zat besi, asam folat, dan yodium yang cukup
3. Melakukan kunjungan secara teratur ke dokter atau pusat pelayanan kesehatan lainnya untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu:
- setiap bulan ketika anak anda berusia 0 sampai 12 bulan
- setiap 3 bulan ketika anak anda berusia 1 sampai 3 tahun
- setiap 6 bulan ketika anak anda berusia 3 sampai 6 tahun
- setiap tahun ketika anak anda berusia 6 sampai 18 tahun
5. Memberikan ASI eksklusif sampai anak anda berusia 6 bulan dan pemberian MPASI yang memadai
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Nur Hidayah Perwitasari