Menuju konten utama

Apa Itu Negative People dan Toxic People, Apa Perbedaannya?

Tahukah Anda, ada perbedaan antara orang yang berpikir negatif dan orang yang berperilaku toxic?

Apa Itu Negative People dan Toxic People, Apa Perbedaannya?
Ilustrasi Bergosip. foto/istockphoto

tirto.id - Jika seseorang diajukan sebuah pertanyaan: apakah penentu terbesar kebahagiaan manusia? Raj Raghunathan, profesor pemasaran yang berafiliasi dengan Sekolah Bisnis McCombs di University of Texas kepada Psychology Today mengatakan, jawabannya bukanlah kekayaan, ketenaran, atau kesuksesan, melainkan bagaimana cara orang lain memperlakukan Anda.

Pria yang juga menjadi editor asosiasi di Journal of Consumer Psychology itu memaparkan dasar dari jawabannya. Katanya, manusia adalah “makhluk yang sangat sosial”. Sehingga, dasar itu menjadi alasan mengapa kebahagiaan kita sangat bergantung pada kualitas hubungan kita pula.

Misalnya, seseorang akan bahagia ketika keluarga, pasangan ataupun kolega memperhatikan dan memperlakukan orang itu dengan baik.

Sebaliknya, kata Raj, perasaan tak bahagia muncul ketika orang terdekat muncul dengan sikap penuh pesimisme, ketidakpercayaan, dan kecemasan, yang memengaruhi produktivitas atau kinerja seseorang. Sikap yang demikian, dikaitkan erat dengan perilaku orang yang berpikir negatif (negative people) dan orang beracun (toxic people).

Namun, tahukah Anda, ada perbedaan antara orang yang berpikir negatif dan orang yang berperilaku toxic?

Negative People

Secara umum, seseorang bisa saja memiliki sikap negatif, tapi ia belum tentu toxic bagi orang lain di sekitarnya. Bahkan, Anda mungkin saat ini berhubungan dengan orang yang negatif tanpa merasa dirugikan dalam hal apa pun.

Masih diungkapkan oleh Raj, seseorang yang secara terus-menerus memberi penilaian negatif terhadap segala pencapaian pribadi atau orang lain, bisa jadi ia merupakan orang yang istilah psikologi disebut sebagai negative people atau “orang negatif”.

Orang negatif kerap dianggap destruktif, dan sering kali memberikan efek yang buruk terhadap suatu hubungan. Meski terdengar buruk, tapi itu bukan alasan untuk menjauhi orang negatif. Pasalnya, sikap negatif timbul karena seseorang merasa tidak cukup dihargai dan dicintai. Mereka pun merasa tidak memiliki kontrol atas hidupnya.

Atau dengan kata lain, orang negatif membutuhkan sebuah pengakuan atas apa yang ia capai. Namun, dengan perasaan “merasa kurang” tersebut, ia pun akhirnya merasa pesimistis, tidak percaya diri, bahkan takut, terhadap apa yang “telah” atau “akan” ia lakukan.

Faktor tersebut lah, yang dapat pula membuat seseorang bersikap beracun (toxic). Bedanya, orang beracun cenderung "memanipulasi" orang lain demi kepentingan sendiri. Mereka ingin memenuhi keinginannya walaupun dengan cara ekstrem yang merugikan orang lain, sementara orang negatif cenderung tak melakukannya.

Harus digaris bawahi, kedua perilaku ini sama sekali berbeda. Urban Dictionary mendefinisikan orang beracun sebagai “individu yang berpandangan negatif; mereka yang merasa tidak pernah bahagia; menginginkan sesuatu yang lebih” yang biasanya ia akan “menghalalkan” segala cara untuk mencapai “kebahagiaan”-nya itu.

Beda Negative People dengan Toxic People

Jadie Gale, psikiatris asal Sydney kepada Psychcentral menyebut orang beracun sabagai “master of manipulator”. Kata Gale, mereka seringkali “membuat drama dalam hidupnya; memanipulasi atau mengontrol orang lain; merasa tak berharga; memanfaatkan orang lain; cemburu secara berlebihan” hingga yang paling parah “mengonsumsi zat yang membahayakan diri sendiri”.

Forbes mengelompokkan toxic people berdasarkan perilaku menjadi beberapa tipe, meliputi: penggosip; temperamental; merasa yang paling menderita atas segala kondisi (the victim); egois; arogan; pendengki; suka menghakimi (judgemental); pengadu domba; manipulator; dan dementor, atau orang yang suka mengeruhkan suasana.

Dari dua terminologi, negative people dan toxic people tersebut, ada satu perbedaan mendasar yang memisahkan keduanya. Orang negaif cenderung konsisten dengan perilaku “berpikiran buruk” -- cemas, takut, pesimis, dan lain-lain -- terhadap pencapainnya. Sementara orang beracun – terlepas dari banyak penggolongannya – juga berfikiran buruk atas apa yang telah atau akan ia lakukan, bedanya, dengan pemikiran ini ia memanfaatkannya sebagai "dalih" untuk memanfaatkan orang lain (cenderung dengan cara yang buruk) demi kepentingan pribadinya.

Lebih jauh, dalam penjelasan Raj, sikap negatif maupun sikap toxic sebenarnya sama-sama merupakan cerminan dari orang yang "pernah mengalami hal buruk dalam hidupnya". Hanya saja, orang yang toxic mengungkapkan cerminan tersebut dengan perilaku yang merugikan banyak pihak.

Mereka sering kali menciptakan drama dalam hidupnya, tapi melihat dirinya sebagai korban atau terkadang pihak “yang jahat”. Akibatnya, orang-orang di sekitar mereka mungkin merasa dikhianati, dibuang begitu saja, atau dimanfaatkan.

Sikap negative dan toxic memang sangat lekat. Seseorang bisa saja memiliki keduanya sekaligus. Akan tetapi, tidak berarti semua orang yang pesimis dan negatif sudah pasti toxic. Perbedaannya akan terlihat bila Anda sering berinteraksi dengan orang tersebut.

Baca juga artikel terkait TOXIC PARENT atau tulisan lainnya dari Ahmad Efendi

tirto.id - Gaya hidup
Kontributor: Ahmad Efendi
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Yulaika Ramadhani