Menuju konten utama

Apa Itu Blue Moon Pada 22 Agustus & Asal Usul Fenomena Bulan Biru

Bulan Biru atau Blue Moon sebenarnya bukan berarti bulan benar-benar berwarna biru. Asal-usul historis istilah ini sebenarnya masih simpang siur.

Apa Itu Blue Moon Pada 22 Agustus & Asal Usul Fenomena Bulan Biru
fenomena "blue moon" dilihat dari kota kudus, jawa tengah, sabtu (21/5). fenomena "blue moon" atau bulan penuh adalah istilah dari bulan purnama kedua dalam satu bulan dalam astronomi yang memiliki frekuensi beragam mulai 1-3 tahun sekali, fenomena ini terakhir terjadi pada 31 juli 2015 dan setelah hari ini akan terjadi lagi pada 31 januari 2018. antara foto/yusuf nugroho/foc/16. *** local caption *** ,

tirto.id - Fenomena langit Blue Moon atau Bulan Biru akan bisa diamati di seluruh Indonesia pada Minggu (22/8/2021). Peneliti dari Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Andi Pangerang mengatakan, fenomena langit ini bisa disaksikan sejak matahari terbenam.

"Blue Moon kali ini dapat disaksikan di seluruh Indonesia sejak matahari terbenam hingga sebelum terbit matahari keesokan paginya," kata Andi seperti dilansir dari Antara.

Melansir laman Lapan, Andi Pangerang menjelaskan, secara umum, ada dua definisi yang berbeda mengenai Bulan Biru atau Blue Moon, yaitu,

1. Bulan Biru Musiman (Seasonal Blue Moon), yakni Bulan Purnama ketiga dari salah satu musim astronomis yang di dalamnya terjadi empat kali Bulan Purnama.

2. Bulan Biru bulanan (Monthly Blue Moon), yakni Bulan Purnama kedua dari salah satu bulan di dalam kalender Masehi yang di dalamnya terjadi dua kali Bulan Purnama.

Lantas menurutnya, purnama yang terjadi pada 22 Agustus mendatang termasuk ke dalam Bulan Biru Musiman. Di dalam Almanak Petani Maine di Amerika Serikat, purnama ini dinamakan sebagai Purnama Sturgeon karena pada Agustus, ikan Sturgeon (ikan penghasil kaviar) muncul ke permukaan danau sehingga mudah ditangkap.

Purnama ini juga memiliki nama lain, yaitu,

- Purnama Jagung Hijau (Green Corn Moon)

- Purnama Ceri Hitam (Black Cherry Moon)

- Purnama Terbang Tinggi (Flying Up Moon)

Mengapa Dinamakan “Bulan Biru atau Blue Moon” dan Bagaimana Asal Usulnya?

Peneliti Lapan, Andi Pangerang menjelaskan bahwa Bulan Biru atau Blue Moon sebenarnya bukan berarti bulan benar-benar berwarna biru. Asal-usul historis istilah ini sebenarnya masih simpang siur dan kebanyakan pihak menganggapnya sebagai kesalahan interpretasi.

Banyak orang meyakini istilah “Bulan Biru” yang dimaknai sebagai sesuatu hal yang terjadi sangat langka berasal dari ketika kabut asap dan abu vulkanik dari letusan gunung berapi mengubah Bulan menjadi berwarna kebiruan.

Istilah ini sudah ada setidaknya sejak 400 tahun yang lalu dari penelusuran saat ini, yang mana seorang penutur cerita rakyat berkebangsaan Kanada, Dr. Philip Hiscock, mengusulkan bahwa penyebutan “Bulan Biru” bermakna bahwa ada hal yang ganjil dan tidak akan pernah terjadi.

Asal-Usul Blue Moon Musiman

Bulan Biru Musiman yang didefinisikan sebagai Bulan Purnama ketiga yang terjadi dalam sebuah musim astronomis yang mengalami empat kali Bulan Purnama dapat ditelusuri dari penggunaan Almanak Petani Maine yang saat ini sudah tidak dipakai lagi.

Menurut almanak ini, kemunculan purnama ke-13 dalam satu tahun dapat mengacaukan Peringatan Hari Besar Kristen (diantaranya Prapaskah dan Paskah) yang menggunakan Bulan Purnama untuk penentuannya. Angka 13 dianggap sebagai angka sial, dan juga, kesulitan perhitungan terjadinya Bulan Purnama menyebabkan Bulan Purnama tambahan ini kemudian dinamakan sebagai “Bulan Biru”.

Di dalam bulan Prapaskah (Month of Lent), terjadi Bulan Purnama Prapaskah (Lenten Full Moon) yang merupakan Bulan Purnama terakhir di musim dingin (belahan utara). Sebulan setelahnya, yakni Bulan Purnama Paskah (Easter Full Moon atau Paschal Full Moon) merupakan Bulan Purnama pertama di musim semi (belahan utara).

Bulan Purnama ketiga yang dinamai sebagai Bulan Biru dapat memastikan jatuhnya Prapaskah dan Paskah sudah sesuai dengan fase Bulan yang tepat, sehingga peringatan hari besar lainnya juga akan jatuh di waktu yang tepat.

Asal-Usul Bulan Biru Bulanan

Definisi Bulan Biru yang lebih populer, yaitu Bulan Purnama kedua dalam salah satu bulan kalender Masehi, disebabkan oleh kesalahan penafsiran yang pada mulanya dibuat oleh seorang astronom amatir, James Hugh Pruett (1886–1955) dalam majalah Sky & Telescope edisi 1946.

Kesalahan ini akhirnya tersebar sebagai fakta. Hari ini, definisi ini dianggap sebagai definisi kedua Bulan Biru alih-alih menganggapnya sebagai suatu kesalahan.

Jadwal purnama sepanjang 2021

Berikut jadwal purnama untuk empat musim astronomis di sepanjang 2021

Purnama

Musim Astronomis (Belahan Utara)

Dingin

Semi

Panas

Gugur

21 Desember 2020

17.02 WIB

20 Maret 2021

16.37 WIB

21 Juni 2021

10.32 WIB

23 September 2021

02.21 WIB

Pertama

30 Desember 2020

10.28 WIB

29 Maret 2021

01.48 WIB

25 Juni 2021

01.39 WIB

20 Oktober 2021

21.56 WIB

Kedua

29 Januari 2021

02.16 WIB

27 April 2021

10.31 WIB

24 Juli 2021

09.36 WIB

19 November 2021

15.57 WIB

Ketiga

27 Februari 2021

15.17 WIB

26 Mei 2021

18.13 WIB

22 Agustus 2021

19.01 WIB

(Bulan Biru)

19 Desember 2021

11.35 WIB

Keempat

21 September 2021

06.54 WIB

Andi menjelaskan, Bulan Biru Musiman terjadi setiap dua atau tiga tahun sekali, sebelumnya fenomena langit ini juga pernah pernah terjadi pada 19 Mei 2019 dan 22 Mei 2016. Fenomena ini akan terjadi kembali pada 20 Agustus 2024 dan 20 Mei 2027 mendatang.

Bulan Biru Bulanan juga terjadi setiap dua atau tiga tahun sekali, sebelumnya penah terjadi pada 31 Juli 2015 dan 31 Januari 2018. Fenomena ini akan terjadi kembali pada 31 Agustus 2023 dan 31 Mei 2026 mendatang.

Baca juga artikel terkait BLUE MOON atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari