tirto.id - Bahasa baku merupakan bahasa yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam bahasa Indonesia.
Untuk sekarang, kaidah yang digunakan adalah EYD Edisi Kelima. Ini berbeda dengan bahasa tidak baku yang dituliskan tanpa memperhatikan kaidah.
Semua bahasa yang ada di dunia ini terbentuk atas konsep yang berlaku di masyarakat. Begitu juga dengan bahasa baku, suatu pihak akan menyajikan kaidah tertentu untuk menganggap suatu teks merupakan teks baku.
Berdasarkan catatan Novi Yanti dkk. dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (2011, hlm. 12), bahasa baku didefinisikan memiliki sifat kemantapan dinamis.
Dengan begitu, bahasa yang digunakan nantinya sesuai kaidah dan punya aturan yang tetap. Oleh sebab itu, bahasa baku kerap digunakan untuk konteks formal.
Berbeda dengan bahasa baku, bahasa tidak baku cenderung dipengaruhi oleh berbagai hal di sekeliling manusia.
Oleh sebab itu, penggunaannya tidak mengikuti aturan kaidah. Dengan kata lain, perkembangannya hanya terjadi di lini informal.
Lantas, bagaimana ciri-ciri, fungsi, dan contoh bahasa baku?
Ciri-Ciri Bahasa Baku dan Tidak Baku
Ketika presentasi, seseorang akan menggunakan bahasa baku karena situasinya formal. Ini berbeda dengan bahasa tidak baku yang dapat digunakan ketika kita mengobrol bersama teman sebaya.
Hal ini dapat mendeskripsikan bagaimana ciri bahasa baku pertama, yakni dipakai dalam situasi formal. Sementara itu, ciri bahasa tidak baku yang perdana adalah digunakan dalam konteks informal.
Lebih lengkap dari itu, Waridah (2014, hlm. 60) menyebutkan beberapa ciri bahasa baku. Berikut ini daftar ciri-ciri bahasa baku.
- Tak dipengaruhi bahasa daerah
- Tak dipengaruhi bahasa asing
- Tidak termasuk sebagai ragam bahasa percakapan
- Imbuhan digunakan secara eksplisit
- Pemakaian yang sesuai dengan konteks
- Maknanya satu (tidak ganda)
- Tidak memperlihatkan hiperkorek
- Bisa dipengaruhi bahasa daerah
- Bisa dipengaruhi bahasa asing
- Masuk sebagai ragam bahasa percakapan
- Kadang menyelipkan imbuhan
- Terkadang maknanya ganda
- Memperlihatkan bentuk hiperkorek
Fungsi Bahasa Baku
Berdasarkan ungkapan Rina Devianty dalam “Penggunaan Kata Baku dan Tidak Baku dalam Bahasa Indonesia” (EUNOIA, Vol. 1, No. 2, 2021, hlm. 124), terdapat empat fungsi utama yang dimiliki oleh bahasa baku.
Berikut ini beberapa fungsi bahasa baku tersebut.
1. Fungsi Pemersatu
Jika ada beberapa orang yang menggunakan bahasa baku berdasarkan satu acuan kaidah, maka dapat disebut sebagai satu kesatuan. Dengan kata lain, mereka menjadi satu warga bahasa.
2. Fungsi Kekhasan
Bahasa baku disajikan aturannya melalui kaidah dapat menyebabkan munculnya perbedaan dengan bahasa lain. Dengan begitu, kekhasan yang dibuat di dalam aturan tersebut akan muncul sebagai fungsinya.
3. Fungsi Kewibawaan
Bahasa baku dianggap sebagai bahasa berwibawa karena penggunanya kebanyakan di kalangan akademisi, ahli-ahli bahasa, dan pembelajar lainnya. Fungsi ini terkadang disebut juga sebagai fungsi kecendikiaan.
4. Fungsi Kerangka Acuan
Sebagai kerangka, berarti ada konsep-konsep kebenaran tertentu yang mesti dipraktikkan dalam bahasa baku. Ketika ada yang menulis tak sesuai, berarti pihak tersebut dapat dianggap tidak benar.
Contoh Bahasa Baku dan Tidak Baku
Untuk melihat contoh bahasa baku, Anda dapat mengakses tulisan-tulisan ilmiah yang tersebar di media, perpustakaan, dan lain-lain.
Hal ini berbeda dengan contoh bahasa tidak baku yang hampir setiap hari kita praktekkan dalam kehidupan.
Berikut ini contoh bahasa baku dan perbandingan dengan bentuk bahasa tidak bakunya.
1. Tidak
- Bahasa Baku: tidak
- Tidak Baku: kagak, engga, enggak, gak, ga
- Bahasa Baku: Uang
- Tidak Baku: duit, cuan, fulus
- Bahasa Baku: Lurus
- Tidak Baku: lempeng
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Dhita Koesno