tirto.id - Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), menyampaikan pesan penyelamatan lingkungan lewat lagu ciptaanya, “Save Our World”, yang baru saja dirilis ulang dengan aransemen baru pada Selasa (1/7/2025) malam.
Tak hanya menulis lagu, SBY mengatakan, ia juga kerap menggunakan karya seni seperti puisi maupun lukisan untuk menyampaikan pesan-pesan sosial kepada khalayak luas.
“Kalau bicara menggunakan posisi politik, bahasa politik, suka ada hambatan dalam komunikasi. Tetapi jika kita menyampaikan pesan, ajakan, melalui puisi, melalui lagu maupun lukisan, menurut saya jauh lebih baik,” ujar SBY dalam acara peluncuran lagu “Save Our World” di Djakarta Theatre, Jakarta Pusat, Selasa (1/7/2025) malam.
SBY mengatakan dirinya menulis lagu sebagai bentuk kepedulian terhadap krisis iklim yang makin nyata. Dampak perubahan iklim, kata SBY, lebih dahsyat dibanding perang, dan dunia harus bertindak segera untuk menyelamatkan bumi.
“Benar-benar makin peduli, makin serius, dan ingin berbuat langkah-langkah yang nyata tentang penyelamatan bumi kita, tentang climate environment,” kata SBY.
SBY juga menceritakan momen di balik terciptanya lagu itu. Menurut penuturannya, lagu itu dibuat pada saat ia menghadiri konferensi iklim di Oslo, Norwegia, pada 2010 silam. Seusai konferensi, ia menulis lagu sebagai ungkapan perasaan dan keprihatinan terhadap kondisi bumi.
Sesaat sebelum kembali ke Jakarta, SBY yang waktu itu didampingi oleh mendiang istri tercinta, Ani Yudhoyono, langsung mengambil gitar dan menciptakan lagu tersebut.
“Maka pagi-pagi sebelum bertolak ke Jakarta, didampingi oleh Ibu Ani, main gitar dan terciptalah lagu ini. Jadi ini mungkin ya, ekspresi hati, pikiran, bagaimana dunia sedikit lebih baik, dan dunia betul-betul bisa menyelamatkan bumi,” ucapnya.
Melalui lagu itu, SBY mendorong semua pemimpin dunia, termasuk diplomat dan pejabat negara, untuk tidak berhenti menyuarakan pentingnya penyelamatan lingkungan. Menurutnya, tanpa kesadaran global, krisis iklim tidak akan teratasi.
SBY juga menyoroti sikap pemimpin dunia yang meremehkan perubahan iklim. Ia menyebut pandangan semacam itu tidak bertanggung jawab.
“Saya tidak suka kalau ada pemimpin dunia yang tidak peduli, dan menganggap isu lingkungan atau climate change itu hanya hoaks ataupun fake news yang tidak ada gunanya,” tegasnya.
Ia mendorong agar seluruh negara serius mewujudkan komitmen dalam Paris Agreement. Menurutnya, hanya dengan dorongan besar, target iklim global bisa tercapai.
Meski begitu, SBY menekankan bahwa upaya penyelamatan lingkungan tak hanya bisa dibebankan kepada ahli atau kementerian lingkungan saja. Semua pihak, dari pengambil kebijakan hingga masyarakat, punya tanggung jawab yang sama.
“Jadi menurut saya tidak boleh hanya menggantungkan pada expert di bidang lingkungan ataupun kementerian lingkungan hidup. Semua punya tanggung jawab. Tidak usah terlalu jauh, dimulai dari diri sendiri,” pungkasnya.
Penulis: Naufal Majid
Editor: Bayu Septianto
Masuk tirto.id


































