tirto.id - Berlatar Istana presiden, memakai batik cokelat, Jokowi menjajal prototipe motor listrik berkelir merah bertulis Gesits. Pose ini dia unggah pada akun Twitter resmi dia pada 7 November lalu.
Nama Gesits adalah akronim dari Garansindo Electric Scooter ITS. Seperti namanya, motor ini—bentuknya mirip Honda Vario—adalah hasil kolaborasi antara Garansindo, distributor merek-merek otomotif luar negeri, dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
"Menjajal Gesits di halaman Istana, pagi tadi. Ini sepeda motor listrik karya anak bangsa yang dikembangkan sejak 2015 dan sudah uji coba dari Jakarta ke Bali. Satu-satunya produk impor di Gesits adalah baterai lithium iona," tulis Joko Widodo
Lagi-lagi Jokowi memakai frasa "karya anak bangsa" sebagaimana pernah dia ucapkan untuk Esemka, mobil kreasi anak-anak SMK dari kotanya Surakarta. Sepereti terekam dari percakapan di Twitter, para netizen seakan deja vu.
"Habis gelap terbitlah terang. Habis Esemka terbitlah Gesits,” tulis seorang netizen.
Kenyataannya peluncuran Gesits sebagai kendaraan nasional terlihat masih menjadi komoditas politik paling menjual dalam konteks Pemilu dan Pilpres 2019.
Sebelumnya, pada 2012, Esemka telah melambungkan Jokowi saat jadi Wali Kota Solo buat karier politiknya menuju DKI Jakarta. Tetapi tidak dengan nasib Esemka. Sampai kini "mobil nasional" itu hanya berhenti sebagai jargon.
Arya Fernandes, peneliti The Centre for Strategic and International Studies (CSIS), mengatakan kekuatan Joko Widodo pada Pilpres 2014 adalah soal inovasi dan perubahan. Hal itu yang membuat Jokowi dilirik para pemilih. Rencana itu agaknya didaurulang pada Pilpres 2019 dengan membuat inovasi baru lagi. Harapannya mendapatkan simpati publik.
Bagi petahana, lanjut Arya, untuk meyakinkan masyarakat soal lahirnya kendaraan nasional tak mudah. Pasalnya, peluncuran Gesits lima bulan menjelang Pilpres pasti dikaitkan dengan kampanye. Berbeda bila dilaksanakan pada awal pemerintahannya.
"Empat tahun ngapain aja? Kok tiba-tiba baru muncul? Meyakinkan publik di industri otomotif di akhir pemerintahan tidak mudah bagi petahana," kata Arya kepada Tirto.
Walaupun produksi motor listrik menimbulkan pro dan kontra, PT Gesits Technologies Indo (PT GTI) mengklaim kepada kami bahwa produksi skuter listrik ini bukan bohongan.
Direktur Utama PT GTI Harun Sjech melalui pesan singkat kepada Tirto mengatakan PT GTI menargetkan 50.000 unit motor listrik per tahun untuk produksi massal perdana.
Perbedaan Esemka dan Gesits
Bila Gesits adalah kolaborasi mahasiswa ITS bersama Garasindo, perusahaan distributor merk otomotif luar Indonesia (Fiat, Chrysler, Jeep, Dodge, Alfa Romeo, Volvo, Ducati, Peugot, Italjet, Zero), adapun Esemka lahir dari tangan anak-anak SMK di bawah bendera PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK).
Pada 2016, PT SMK menjalin kerja sama dengan PT Adiperkasa Citra Lestari (ACL) milik Hendropriyono, mantan Kepala BIN dan orang dekat Jokowi, menjadi PT Adiperkasa Cipta Esemka Hero (ACEH). Entitas bisnis ini sepakat membangun pabrik perakitan di Boyolali, Jawa Tengah. Selanjutnya PT ACEH menggandeng PT Geely Mobil Indonesia, produsen mobil asal Cina, untuk menambah fasilitas perakitan di Cileungsi, Bogor.
Alhasil, Esemka telah mendapatkan izin nomor identifikasi kendaraan bermotor untuk diproduksi massal.
"NIK [Esemka] sudah ada. Tanda pendaftaran tipe kendaraan bermotor sudah kami terbitkan juga. Kalau sekarang ada tiga tipe [Esemka Bima, Digdaya, dan Rajawali] yang sudah bisa diproduksi massal. Tipenya itu diajukan pada Juli-agustus 2017," ujar Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi dan Alat Pertahanan Kemenperin Putu Juli Ardika kepada Tirto, Senin (12/11) lalu.
Meski begitu, tanda-tanda produksi massal Esemka masih misteri.
Hal itu terlihat saat kami mengecek dua pabrik Esemka. Bahkan lokasi di Cileungsi hanya jadi gudang penyimpanan mobil Geely, menurut seorang satpam.
Keterlibatan Hendropriyono pada perusahaan itu pun semakin sumir. Hendropriyono semula menjabat Direktur Utama, dan anak-anaknya, Rony Narpatisuta Hendropriyono dan Diaz Faisal Malik Hendropriyono, sebagai komisaris. Belakangan nama mereka hilang dari daftar pemegang saham PT Solo Manufaktur Kreasi.
Bagaimana dengan Gesits?
Skuter listrik ini diproduksi secara massal oleh PT Wijaya Manufakturing (WIMA), perusahaan patungan antara PT Wijaya Karya Industri dan Kontruksi (WIKON, anak usaha WIKA) dengan PT Gesits Technologies Indo (GTI). Pabrik perakitan Gesits menempati salah satu bangunan di kawasan industri terpadu PT WIKA seluas 30 ha di Cileungsi, Bogor.
Dalam tahap awal, pabrik akan menggunakan salah satu bangunan seluas 2.400 meter persegi sebagai fasilitas penerimaan komponen, perakitan kendaraan, dan pengujian akhir. Unit Gesits yang telah dirakit akan menempati gudang penyimpanan sementara seluas 1.400 meter persegi.
PT WIMA, manufaktur perakitan, akan menerima pasokan komponen sepeda motor listrik dari BUMN, di antaranya PT Pindad, PT LEN Industri, PT Inti, PT Telkomsel, dan PT Pertamina.
Untuk perguruan tinggi, selain ITS, Gesits melibatkan Universitas Sebelas Maret, dan Institut Teknologi Bandung.
"ITS tetap menjadi pusat RnD (riset dan pengembangan) Gesits, kemudian PT GTI menjadi APM beserta sales dan after sale," ujar Harun Sjech.
Menurut Putu Juli Ardika, kolaborasi pembuatan kendaraan listrik sudah digalakkan sejak 2013. Saat itu, semua perguruan tinggi diberi tugas mengembangkan mobil listrik nasional. Salah satunya adalah ITS melalui Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kemenristekdikti.
Dari sana, berkembanglah motor listrik Gesits. "Kemudian secara sumber daya manusia, kami sudah siap untuk produksi. Kemenperin mendorong motor listrik untuk dikomersialkan di Indonesia," ujar Ardika.
"NIK sudah diterbitkan sekitar 30-31 Oktober 2018. Pak Togu (Kepala tim verifikasi motor Gesits) yang melakukan verifikasi di lapangan sebelum menerbitkan NIK," tambah Ardika.
Keterlibatan 6 BUMN pada Gesits
Harun Sjech berkata untuk memproduksi motor listrik berkualitas baik, harga terjangkau, dan bisa masuk pasar perlu kerja sama dengan perusahaan pelat merah.
PT Pindad diberi kontrak untuk mengembangkan dan memproduksi motor penggerak listrik Gesits sekitar bulan Oktober 2017. Dengan waktu satu tahun, Pindad telah berhasil mengembangkan prototipe dan mempersiapkan produksi massal motor penggerak yang akan didistribusikan ke PT WIMA.
“Kami mempersiapkan produksi massal engine motor listrik Gesist pada Januari 2019. Targetnya, dalam sebulan, bisa memproduksi 4.000-6.000 engine,” kata Andri Setiyoso, manajer pengembangan produk industri Pindad, kepada Tirto.
Bagi Pindad, pembuatan motor listrik bukan hal baru. Perusahaan di Bandung ini memproduksi motor penggerak untuk kereta api listrik. Bahkan bisa dipakai 15 tahun, klaimnya.
Untuk motor penggerak Gesits, Pindad memberikan garansi lima tahun kepada konsumen. Klaim lain: tidak ada persoalan mayor pada mesin bila digunakan dengan normal selama 10 tahun.
Ia mengatakan rencana peluncuran produksi motor listrik Gesit pada 17 Agustus 2018 sempat diulur karena "berbagai hal." Salah satunya ingin mendapatkan motor penggerak dengan kualitas lebih bagus.
"Ini produk pertama kali sepeda motor listrik. Didesain dan komponen dibuat orang Indonesia. Kami melakukan pengujian untuk mendapatkan kualitas terbaik," klaim Andri.
Selain itu, PT WIMA, salah satu pemilik saham dalam produksi motor listrik Gesits, menggelontorkan dana investasi awal sebesar Rp180 miliar. Adapun PT GTI menyetorkan dana awal Rp5 miliar.
Pertanyaannya, akankah nasib Gesits serupa seperti Esemka, yang dulu juga digadang-gadang berprospek cerah?
"Produk kami bukan hoax. Boleh dilihat sejarahnya. Kami sudah riset sejak 2014, sudah kami pamerkan hasil riset di Indonesia Internasional Motor Show (IIMS) 2015 dan patennya milik kami semua," ujar Direktur Utama PT GTI Harun Sjech.
Penulis: Reja Hidayat
Editor: Fahri Salam