Menuju konten utama

Esemka: Mainan 'Mobil Nasional' Jokowi yang Masih Ilusi

Produksi massal mobil Esemka masih belum jelas; berpotensi jadi bumerang bagi Presiden Joko Widodo.

Esemka: Mainan 'Mobil Nasional' Jokowi yang Masih Ilusi
Joko Widodo saat masih menjabat Wali Kota Solo tengah berpose dengan Mobil Esemka Rajawali (25/2/2012),Arsip-ANTARA. (FOTO ANTARA/ Dhoni Setiawan)

tirto.id - Di depan Gedung Balai Kota Solo Joko Widodo antusias menunjukkan mobil berjenis sportutility vehicle (SUV) Kiat Esemka, yang menjadi mobil dinasnya, kepada tamu dan awak media. Katanya, mobil itu nyaman untuk dikendarai.

“[Silakan] naik sendiri, cek sendiri, interiornya, (bodi) samping, cat mulus, mesinnya halus. Apa lagi? AC-nya dingin. Harganya murah, cuma Rp90 juta, yang lain (SUV) Rp250 jutaan,” kata Jokowi pada 2012 saat masih Wali Kota Solo.

Sayang, kebanggaan Jokowi pada "karya anak bangsa" ini tidak dibarengi keberhasilan. Atau, terus-menerus molor kendati ada ambisi Esemka menjadi produk "mobil nasional." Sampai kini Esemka masih sebatas ilusi di ranah otomotif dalam negeri.

Pada 2016, titik terang untuk masa depan mobil Esemka sempat muncul. Perusahaan pengembang mobil Esemka, PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK), menjalin kerja sama dengan PT Adiperkasa Citra Lestari (ACL), kabarnya milik mantan Kepala Badan Intelijen Negara Abdullah Makhmud Hendropriyono.

Kedua perusahaan itu melebur menjadi PT Adiperkasa Cipta Esemka Hero (ACEH), dan sepakat membangun pabrik perakitan di Boyolali, Jawa Tengah. Selanjutnya PT ACEH menggandeng PT Geely Mobil Indonesia, produsen mobil asal Cina, untuk menambah fasilitas perakitan.

PT ACEH mengincar lahan milk Geely Indonesia di Cileungsi, Jawa Barat, untuk dijadikan fasilitas produksi kedua. Presiden Direktur Geely Indonesia, Hosea Sanjaya, juga direkrut menjadi direktur pelaksana.

Lebih dari dua tahun lalu, Hosea Sanjaya pernah berkata kepada Tirto bahwa mobil Esemka akan mulai diproduksi pada akhir tahun 2016. Namun, sampai tahun ini, janji itu lagi-lagi masih ilusi. Hosea berkata saat itu: “Targetnya dalam tahun ini, tapi Agustus [2016] sangat ketat. Mungkin setelahnya.

Pada September 2017, informasi tentang produk mobil Esemka kembali mencuat. Pencetusnya dari akun Instagram @esemka_indonesia yang mengunggah tiga mobil baru. Di antaranya model kabin ganda berlabel Esemka Digdaya 2.0, pikap Bima 1.3, dan SUV Esemka Rajawali R2MT.

Akun itu menyebut pemesanan mobil Esemka sudah bisa dilakukan secara online. Namun, belakangan akun Instagram Esemka sempat dihapus dan baru aktif lagi pada September 2018. (Akun ini belum centang resmi, per 16/11/2018 baru mengunggah 15 gambar.)

Untuk mempertegas kelanjutan kisah Esemka, reporter Tirto menelusuri lahan milik PT Geely Motor Indonesia yang sempat dikabarkan menjadi pabrik perakitan mobil Esemka di kawasan River Green Cileungsi. Letaknya di Jalan Cimanggu, Bogor.

Saat reporter Tirto ke sana, keadaannya tak mencerminkan kondisi pabrik yang produktif. Jalanan di sekitar lokasi nihil dari lalu-lalang truk-truk ekspedisi yang mengangkut mobil-mobil baru dari pabrik.

Kondisinya seperti kampung pada umumnya. Hanya sepeda motor dan beberapa mobil berseliweran di jalan Ciuncal—akses menuju kawasan River Green.

Pelang bertuliskan PT Adiperkasa Citra Esemka Hero menempel di gapura River Green sudah dilepas. Padahal, ketika kami mencari lokasi River Green di aplikasi Google Maps, muncul gambar pratinjau yang menunjukkan papan PT ACEH di besi gapura.

Lokasi lahan PT Geely Indonesia berjarak 100 meter dari gapura. Sejauh pandang, yang tampak hanya ratusan unit mobil Geely di lapangan terbuka. Tidak ada tanda apa pun saat itu yang menggambarkan pekerjaan besar dari suatu pabrik. Hanya pos keamanan yang masih berpenghuni.

Baru sebentar kami mengamati situasi lokasi pabrik, seorang satpam datang menegur. Bertampang ketus, ia mengusir kami. Mau ada tamu, katanya.

Sebelum benar-benar meninggalkan lokasi, kami bertanya kepada si satpam soal status lahan milik Geely Indonesia. Katanya, tempat itu hanya gudang penyimpanan mobil; tidak ada aktivitas produksi.

Buat mengonfirmasi ihwal kelanjutan nasib produksi Esemka, kami menghubungi Hosea Sanjaya. Namun, pesan singkat dan telepon kami berkali-kali tidak direspons.

Belakangan Hendropriyono tidak lagi berhubungan dengan PT SMK dalam pengembangan mobil Esemka. PT Adiperkasa Cipta Esemka Hero, yang jadi mainan orang dekat Jokowi itu, tak jelas kabarnya.

Jika di Cileungsi aktivitas mobil Esemka cuma ilusi, produksi Esemka di pabrik Boyolali masih misteri.

Pabrik PT Solo Manufaktur Kreasi yang digadang-gadang telah memproduksi "mobil nasional" itu sangat tertutup. Saat kami meminta izin untuk masuk dan bertemu otoritas pabrik, 13 November lalu, petugas keamanan langsung mengadang.

"Mohon maaf, meskipun wartawan memiliki hak untuk meliput, kami tidak bisa memberikan informasi apa pun dan tidak boleh mengambil gambar di sini. Kami hanya menjalankan tugas," kata seorang satpam.

Ketika kami mencoba bernegosiasi dengan si satpam, sebuah mobil Fortuner putih keluar dari pabrik. Dua satpam bergegas membukakan pintu pabrik seraya memberikan hormat kepada pengemudi mobil, yang ternyata Joko Sutrisno, Direktur PT Solo Manufaktur Kreasi dan Mantan Direktur Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Infografik HL Indepth Esemka

Rencana Pendirian Pabrik Esemka Sejak 2012

Pada medio 2012, Wijiyanto mulai diajak berkomunikasi dengan sejumlah orang yang berencana membangun pabrik di desanya. Saat itu ia hendak mencalonkan diri sebagai Kepala Desa Demangan. Rencana pembangunan pabrik dijadikan salah satu kampanye dia meraup dukungan warga.

Singkat cerita, Wijiyanto berhasil menduduki kursi kepala desa dan resmi dilantik pada April 2013. Sejak saat itu komunikasi dengan orang-orang yang berencana mendirikan pabrik semakin intens, sampai-sampai ia diajak bertemu dengan Hendropriyono, mantan Kepala BIN yang saat itu menjabat Direktur Utama PT Solo Manufaktur Kreasi.

Beberapa kali pertemuan itu membahas sewa dan alih fungsi lahan pertanian untuk pendirian pabrik. Pada September 2013, perjanjian sewa lahan pun disepakati.

"Di situ ada Pak Bupati [Boyolali], ada Pak Hendropriyono. Saat menyerahterimakan berkas dengan Pak Hendropriyono, saksinya Pak Bupati," katanya, menambahkan ia tak terlalu paham isi perjanjian karena ia tidak mendapatkan salinannya.

"[Draf] mungkin dibawa Pak Joko Sutrisno, waktu itu [isi] drafnya bernama alih fungsi lahan, sewa berkelanjutan seperti itu, terus sewa lahan sekian tahun sekian hektare [...] Dulu [yang disewa] 11 hektare, terus akhirnya mengerucut lagi menjadi 9,8 hektare," kata Wijiyanto.

Setelah perjanjian rampung, pada Agustus 2014 mulai tahap pengukuran, pematokan, hingga eksekusi lahan.

Gedung utama pabrik sebagai kantor diselesaikan pada 2015; lalu secara bertahap sudah ada lima gedung utama yang dibangun hingga kini, menurut Wijiyanto.

Meski begitu, ia berkata belum melihat langsung aktivitas di dalam pabrik. "Aktivitas masih terus untuk pembangunan. Tapi [aktivitas] assembling [perakitan] tidak ada pemberitahuan," katanya.

Karena itu ia pun tidak bisa menggambarkan bagaimana isi pabrik kepada kami. Kali terakhir ia masuk ke dalam pabrik pada 2015 saat diajak rapat dengan manajemen pabrik. Dan kala itu baru ada satu gedung utama.

Pabrik "Sudah Besar" tapi Nihil Produksi

Warti, warga Desa Setting, Kecamatan Sambi, yang rumahnya berjarak sepelemparan batu dari lokasi pabrik Esemka di Boyolali, berkata tidak pernah tahu apakah pabrik itu benar-benar beroperasi atau tidak. Beberapa waktu lalu Warti mendapatkan kabar bahwa pabrik akan diresmikan pada 10 November lalu. Tapi, peresmian ini tak terjadi.

Apa yang dilihat Warti tidak jauh berbeda dari yang dilihat Yatni, warga sekitar yang tinggal 200-an meter dari lokasi pabrik. Ia hanya melihat truk kontainer sesekali—hanya beberapa bulan sekali—yang lewat menuju arah pabrik.

Yatni juga mendapatkan kabar pabrik akan diresmikan pada akhir pekan lalu tapi rupanya batal. "[Padahal] sudah buat panggung [acara peresmian], pabriknya juga sudah besar," ujarnya.

Meski pabrik sudah dibangun cukup besar, tetapi Yatni belum pernah melihat pekerja pabrik dalam jumlah besar-besaran yang terlihat lalu-lalang di sekitar lokasi.

Apa yang dilihat Yatni cuma kebanyakan siswa dari sekolah menengah kejuruan yang ia sebut sedang praktik kerja lapangan, yang keluar-masuk pabrik Esemka.

Polemik Esemka kini bak bumerang bagi Jokowi karena mantan Wali Kota Solo itu yang kali pertama memopulerkannya. Di tengah tahun politik, Jokowi diganggu oleh isu kegagalannya memainkan proyek "mobil nasional" Esemka. Sampai enam tahun kemudian sejak 2012, sampai Jokowi menjadi gubernur Jakarta lalu presiden, produksi massal Esemka masih ilusi.

Presiden Jokowi pun seolah melepaskan diri dari bayang-bayang sengkarut Esemka. Pada satu kesempatan ia berkata Esemka bukan tanggungjawabnya.

“Itu urusan industri. Urusan saya urusan apa dengan produksi Esemka? Enggakada urusan pemerintah,” sebut Jokowi, akhir Oktober lalu, dikutip Antara.

Baca juga artikel terkait ESEMKA atau tulisan lainnya dari Yudistira Perdana Imandiar & Irwan Syambudi

tirto.id - Otomotif
Reporter: Yudistira Perdana Imandiar & Irwan Syambudi
Penulis: Yudistira Perdana Imandiar & Irwan Syambudi
Editor: Fahri Salam