tirto.id - Kepala Laboratorium Geodesi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung (ITB) Heri Andreas mengkhawatirkan akan mengubah iklim di Indonesia akibat es Greenland yang mencair.
Hal ini menanggapi sebuah penelitian yang diterbitkan pada Senin, 29 Agustus 2022 bahwa lapisan es Greenland yang mencair dengan cepat pada akhirnya akan menaikkan permukaan laut global sebesar 10,6 inci atau 27 sentimeter (cm).
“Ketika es mencair, kemudian karena terlalu panas, itu akan mengubah iklim. Ini yang lebih dikhawatirkan,” kata Heri saat dihubungi Tirto pada Rabu (31/8/2022).
Dia menyebut nantinya musim kemarau dan musim hujan di Indonesia berpotensi menjadi lebih panjang dan ekstrem akibat pencairan es di Greenland. Contohnya, musim kemarau akan lebih kering dan lebih panjang serta musim hujan lebih basah dan lebih panjang.
“Nah, gangguan terhadap iklim sebenarnya yang akan merepotkan,” ucap Heri.
Kemudian terkait lapisan es Greenland yang mencair dengan cepat akan menaikkan permukaan laut global sebesar 10,6 inci atau 27cm, dia menilai angka tersebut belum sampai ke proyeksi ekstremnya. Karena angka ekstremnya bisa mencapai 1-2 meter.
“Kalau terjadi 1 meter, ya kita tinggal lihat pesisir Indonesia di mana saja yang sekarang posisinya itu berada kurang lebih 1 meteran lagi dari laut. Ya itu yang akan terdampak,” ujar Heri.
Dia juga mengatakan kenaikan permukaan laut (sea level rise/SLR) tersebut nantinya akan berdampak secara global. Yakni wilayah pesisir di dunia yang letaknya berada satu meter di atas laut akan tergenang, tetap tidak terlalu ekstrem.
Oleh karena itu, Heri menyebut bahwa wilah pesisir menjadi wilayah yang paling signifikan akan terdampak. Namun menurut penghitungannya, sea level rise akan naik 40 cm.
“Kalau secara ke volume air kan dampaknya menggenangi wilayah pesisir, sebagian wilayah pesisir Indonesia yang memiliki ketinggian lebih rendah dari satu meter. Maksudnya ke pulau-pulau kecil yang mungkin itu bisa dampaknya agak lumayan ya,” jelas dia.
Heri berharap kepada pemerintah Indonesia agar dapat mengupayakan guna mereduksi produksi gas karbon monoksida (CO). Hal ini dapat dilakukan secara level nasional, global, hingga skala mikro.
Dia lalu mengimbau kepada masyarakat agar beralih menggunakan energi hijau (green energy). Misalnya bagi masyarakat kaya dapat membeli mobil listrik.
Di samping itu, Heri mengatakan bahwa Indonesia perlu mewaspadai terkait pencairan es di Greenland ini dengan ancaman-ancaman yang akan ditimbulkannya. Karena negara ini merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak dataran rendah pesisir serta isu penurunan tanah (subsidence).
“Lautnya naik, cuacanya makin ekstrem, nah itu risikonya gede juga Indonesia. Ya lebih ke nanti masalahnya banjir yang luar biasa, kekeringan yang luar biasa. Nanti kalau sudah banjir-kekeringan, urusannya nanti pasti ujung-ujungnya ke krisis pangan, ada krisis energi, ada krisis air,” ungkap dia.
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Restu Diantina Putri