tirto.id - Penghargaan Nobel Sastra 2021 dimenangkan oleh novelis asal Tanzania, Abdulrazak Gurnah. Novelis berusia 72 tahun ini merupakan pemenang nobel kedua dari kalangan Afrika berkulit hitam setelah Wole Soyinka pada 1986.
Akademi Swedia menyatakan penghargaan Nobel Sastra 2021 dianugerahkan kepada Abdulrazak Gurnah atas kiprahnya menolak kolonialisme di Afrika. Pada saat bersamaan, Gurnah menyampaikan simpatinya atas imigran yang eksodus ke benua lain demi menyelamatkan diri dari penjajahan.
Gurnah tumbuh besar di salah satu pulau di Zanzibar, Tanzania. Ketika terjadi revolusi Zanzibar pada tahun 1964, Gurnah melarikan diri dari persekusi dengan menyeberang ke Inggris pada 1960-an di usia 18 tahun. Sejak saat itu, ia melanjutkan pendidikannya di Inggris, serta mengasah bakatnya di bidang sastra.
Kendati bahasa ibunya adalah Swahili, Gurnah memutuskan untuk menulis dalam bahasa Inggris. Selain aktif sebagai novelis, lelaki kelahiran 1948 itu merupakan profesor Bahasa Inggris dan Sastra Pascakolonial di Universitas Kent.
Hingga sekarang, Gurnah telah menerbitkan 10 novel dan sejumlah cerita pendek. Berkat karya-karyanya, Gurnah dianggap sebagai sastrawan penting Afrika, selevel dengan Chinua Achebe, pengarang kesohor dari Nigeria.
Editor penerbit Bloomsbury dari Inggris, Alexandra Pringle menyatakan bahwa Abdulrazak Gurnah adalah sosok yang "paling berhak" menerima hadiah nobel. Bagi Pringle, Gurnah merupakan penulis hebat dan berbakat, tapi tidak dikenal publik secara luas.
"Dia [Abdulrazak Gurnah] adalah salah seorang penulis paling hebat dari Afrika yang masih hidup. Sayangnya, nyaris tidak banyak yang mengetahuinya. Ia bagian terpenting dalam sejarah sastra dunia, tetapi diabaikan," ujar Pringle, sebagaimana dilansir The Guardian.
Tema utama dari karya-karya sastra Gurnah berkutat pada "perpindahan paksa", mulai dari eksodus, pelarian imigran, pengusiran karena penjajahan, dan lain sebagainya. Tidak melulu digambarkan dengan gelap, Gurnah menuliskannya dengan "indah dan kadang menakutkan, terkait bagaimana orang-orang tercerabut dari asalnya dan harus menyebar di berbagai belahan dunia," papar Pringle.
Abdulrazak Gurnah memulai debutnya di dunia sastra pada 1987 melalui novel Memory of Departure. Pada 1994, novel keempat Gurnah yang bertajuk Paradise mengantarkannya pada nominasi Booker Prize 1994. Sejak saat itu, ia dianggap sebagai salah satu novelis penting dalam sejarah sastra kontemporer Afrika.
Anders Olsson, ketua komite penghargaan Nobel menyatakan bahwa Gurnah "membuka mata kita terhadap keragaman budaya Afrika Timur yang tidak dikenal di belahan dunia lain."
"Dalam karya Gurnah, semuanya bergeser, mulai dari kenangan, nama, dan identitas terus berubah. Eksplorasi yang tak pernah berakhir ini didorong oleh minat intelektual Gurnah yang demikian luas," lanjut Olsson.
Penghargaan Nobel merupakan salah satu yang paling bergengsi dalam dunia intelektual. Hadiahnya sebesar 10 juta krona Swiss (setara Rp16,1 miliar) yang diberikan kepada "sosok yang menghasilkan karya sastra penting dengan tujuan ideal," sebagaimana disampaikan Alfred Nobel. Penghargaan Nobel diberikan untuk pencapaian di bidang Fisika, Kimia, Fisiologi atau Kedokteran, Sastra, dan Ilmu Ekonomi.
Penghargaan Nobel secara formal dianugerahkan oleh Raja Swedia setiap tahunnya pada tanggal 10 Desember. Pengumuman penerima hadiah Nobel tahun ini dimulai sejak 4-11 Oktober 2021.
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Addi M Idhom