Menuju konten utama

4.000 Personel Gabungan Ramaikan Peringatan HUT Bhayangkara ke-73

Dalam rangka puncak acara HUT Bhayangkara ke-73, ribuan personel TNI-Polri serta masyarakat meramaikan acara  tersebut.

4.000 Personel Gabungan Ramaikan Peringatan HUT Bhayangkara ke-73
Persiapan pelaksanaan HUT Bhayangkara ke-73 di Monumen Nasional, Jakarta Pusat, Rabu (10/7/2019). tirto.id/Adi Briantika

tirto.id - Peringatan HUT Bhayangkara ke-73 di Jakarta berpusat di Monas, Jakarta Pusat. Ribuan personel gabungan dan masyarakat turut serta meramaikan puncak acara tersebut.

"Hampir 4.000 personel TNI dan Polri juga komponen masyarakat dilibatkan dalam peringatan puncak acara," kata Karopenmas Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Monas, Rabu (10/7/2019).

Presiden Joko Widodo pun direncanakan hadir dalam kegiatan itu.

"Acara berlangsung dua jam, tapi karena Presiden ada kegiatan ke Nusa Tenggara Timur, maka waktu pelaksanaan akan dipadatkan," ucap Dedi.

Ia berharap, dengan bertambahnya umur Korps Bhayangkara, kepolisian harus dapat menjawab ekspektasi masyarakat. Dedi menyatakan, Polri harus semakin profesional, modern, terpercaya seperti jargon mereka. Serta melindungi, mengayomi, melayani masyarakat serta menjunjung HAM dalam pelaksanaannya.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkap alasan pengunduran waktu upacara HUT Bhayangkara karena dinamika keamanan rangkaian Pemilu 2019.

"Karena dinamika keamanan yang ada, pada 27-28 Juni masih ada sidang Mahkamah Konstitusi dan ketika itu belum tahu juga hasilnya. Daripada ambil risiko, upacara 1 Juli diundur jadi 10 Juli, dilaksanakan serempak di seluruh Indonesia," ucap dia di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Minggu (7/7/2019).

Pemilu 2019, lanjut Tito, adalah pemilu terkompleks dalam sejarah bangsa lantaran pemilu legislatif dan pemilu presiden berlangsung serempak.

"Tingkat partisipasi (pemilu) 81 persen, paling banyak (dalam) sejarah reformasi. Pemilu 2014, ada 69 persen. Amerika saja tidak lebih dari 60 persen, jadi tingkat partisipasi (pemilu Indonesia) salah satu tertinggi di dunia," terang Tito.

Namun dalam rangkaian pemilu selama satu tahun, ia menyatakan TNI dan Polri sebagai dua pilar utama bangsa tetap sinergi untuk menjaga situasi keamanan negara.

"Selama 10 bulan, kami semua sibuk. Bangsa terpolarisasi dengan pilihan masing-masing. Kami melihat hoaks luar biasa, ada istilah cebong dan kampret. Sekarang tidak ada lagi (istilah itu), adanya bangsa Indonesia," tutur Tito.

Ia kembali mengingatkan bahwa negara ini telah melalui peristiwa besar seperti kejadian gempa bumi dan tsunami.

Namun, jajaran aparat bersama masyarakat berhasil melewatinya. Mantan Kapolda Metro Jaya ini berharap situasi kondusif hingga pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih pada Oktober nanti tetap berlangsung.

"Sampai masa pelantikan di Oktober nanti, mudah-mudahan aman, damai, tenang seperti ini," tukas Tito.

Baca juga artikel terkait HUT KE-73 BHAYANGKARA atau tulisan lainnya dari Adi Briantika

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Adi Briantika
Penulis: Adi Briantika
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno