tirto.id - Caption untuk memperingati peristiwa G30S 1965 dapat digunakan untuk mengenang kejadian yang penuh darah dan menghormati sejarah. Simak kumpulan caption untuk peringatan G30S 1965 yang diperingati tahun 2025 berikut ini.
Publik secara umum mengetahui peristiwa G30S 1965 sebagai peristiwa yang mencekam, menakutkan, dan memunculkan trauma bagi sebagian generasi. Namun, generasi saat ini barangkali dapat melihat sebuah peristiwa sejarah dengan adil dan sesuai fakta, bukan hanya berdasarkan narasi tunggal yang telah diciptakan penguasa.
Klaim keterlibatan Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam peristiwa Gerakan 30 September (G30S) gencar disebarkan dan menguat pada masa Orde Baru. Lewat pendidikan formal, buku-buku teks pelajaran, hingga produk budaya populer seperti film, rezim Orde Baru (Orba) mencoba melanggengkan narasi bahwa PKI merupakan dalang dalam peristiwa berdarah tersebut.
Menurut catatan sejarah peristiwa G30S 1965 versi Orba, PKI diklaim membunuh setidaknya 6 jenderal dan 1 perwira, lalu dibuang ke Lubang Buaya. Namun, keterangan berbeda diungkapkan oleh Serma Bungkus, salah satu anggota Cakrabirawa. Pasalnya, menurut Bungkus, perintah penangkapan para jenderal Angkatan Darat (AD) itu merupakan perintah atasan langsung sehingga tidak ada sangkut-pautnya dengan PKI.
Ini karena sejumlah pimpinan AD tersebut dianggap termasuk dalam Dewan Jenderal yang diisukan bakal melakukan kudeta terhadap Presiden Soekarno. Beberapa jenderal memang mati di tempat, tetapi anggota Dewan Jenderal lainnya bisa dibawa ke markas dalam kondisi masih hidup.
“Sejauh yang saya ingat, saya tahu (apa yang terjadi sesudah penangkapan itu). Wong, hanya dua yang meninggal, Pak Yani dan Pak Pandjaitan. Sisanya masih hidup. Bahkan, M.T. Haryono masih hidup. Yang lain, seperti Pak Sutoyo (dan) Pak S. Parman masih hidup tanpa goresan sedikit pun,” terang Bungkus melalui wawancara Bungkus bersama Ben Anderson (Jurnal Indonesia, Oktober 2004).
Kemudian, Bungkus baru melihat kematian para jenderal yang lain pada pagi hari sekitar pukul 9. Menurut kesaksian Bungkus, mereka ditembak oleh anggota militer yang lain.
Dua tahun berselang, peristiwa setelah G30S 1965 itu diperingati Hari Kesaktian Pancasila, tepatnya tanggal 1 Oktober, yang penetapannya tertuang dalam SK Nomor 153 Tahun 1967 yang dikeluarkan Presiden Soeharto pada 27 September 1967. Peringatan tersebut bertujuan mengenang gugurnya pahlawan dalam G30S 1965 yang berupaya mempertahankan ideologi dasar Pancasila.
Kumpulan Caption Peringatan G30S 2025
Sebagai generasi yang hidup terpaut lebih dari setengah abad dari peristiwa G30S 1965, publik dapat mengenang peristiwa sejarah itu dengan lebih jernih. Artinya, dengan berlimpahnya bacaan alternatif dan informasi dari berbagai sudut pandang dapat memperkaya pemahaman terhadap suatu peristiwa yang rentan terkontaminasi kepentingan penguasa.
Publik dapat memperingati peristiwa sejarah dengan menunjukkan keberpihakan pada korban yang dieksekusi tanpa melalui proses pengadilan. Juga, pada mereka yang kehilangan nyawa dan kesempatan-kesempatan dalam hidup hanya karena dituduh sebagai anggota partai dengan ideologi yang saat itu dilarang.
Berikut ini kumpulan caption peringatan G30S 1965 yang diperingati pada 30 September 2025 ini untuk media sosial (medsos):
- Betapa mahal harga yang harus dibayar hanya untuk membuat seseorang berkuasa.
- Tidak mudah melihat sesuatu secara jernih. Butuh perjalanan menempuh jarak, menempuh waktu, untuk sampai pada kebenaran.
- Bijak dalam memilih asupan untuk diri, termasuk apa yang layak dijejalkan ke otak hingga membentuk cara berpikir, cara memandang kehidupan.
- Luka dan trauma dari satu peristiwa besar tidak bisa sembuh hanya dalam beberapa generasi.
- Selalu ingat kata Pramoedya Ananta Toer: adil sejak dalam pikiran.
- Untuk mencapai pemahaman terhadap suatu hal, yang dibutuhkan selain setumpuk bacaan, juga perspektif lain, kesaksian lain, fakta-fakta lain.
- Sebagaimana nasihat kuno: aja gumunan, aja kagetan.
- Selain memutus generasi intelektual, narasi tunggal merampas hak atas informasi dan fakta generasi hari ini.
- Sekian banyak novel dan cerita fiksi, Orde Baru memilih memfiksikan sejarah.
- Imajinasi yang berbahaya, mungkin adalah imajinasi yang berusaha mengaburkan fakta sejarah dan memaksa orang banyak mempercayai fantasi itu.
- Satu peristiwa, dampaknya bukan hanya pada kehidupan sosial masyarakat lintas generasi, tetapi juga pada kondisi psikis dan mentalnya.
- Kebenaran versi penguasa hampir selalu lain dari kebenaran yang apa adanya.
- Berhati-hatilah pada teks, pada film, pada lagu, pada jogetan, pada segala propaganda yang penguasa ciptakan.
- Pentingnya membekali diri dengan bacaan fiksi: agar tidak mudah tertipu oleh fiksi bikinan penguasa.
- Pentingnya membekali diri dengan pengetahuan sejarah: agar tidak tertipu oleh narasi tunggal dan kaya cara pandang.
- Pentingnya membekali diri dengan bacaan atau tontonan alternatif: agar tidak tertipu dengan segala jenis tipuan.
- Kebenaran hari ini, belum tentu masih dianggap kebenaran besok hari.
- Sejarah ditulis oleh mereka yang menang. Contohnya yakni sejarah peristiwa G30S 1965.
- Hari ini, publik terlalu lapar, terlalu sibuk, untuk membicarakan ideologi. Akses terhadap fakta semakin lebar. Sudah bukan zamannya menakut-nakuti dengan ideologi.
- Peristiwa G30S 1965 akan semakin jauh dari hari ini, tapi dampaknya akan selalu relevan.
- Kerusakan iklim hari ini juga tidak lepas dari peran orang-orang yang mendapat kursi pasca peristiwa berdarah lebih dari setengah abad lalu.
- Brutalitas aparat hari ini, jelas tidak lepas dari cara penguasa memandang “ancaman”.
- Militer dan purnawirawan mendapat jabatan, duduk di posisi-posisi strategis, pun tidak lepas dari dampak peristiwa berdarah ini.
- Seandainya kita dapat menerapkan sila-sila dalam Pancasila sebaik-baiknya.
- Keutuhan bangsa dan negara memang perlu dijaga. Tapi, apa perlu menumbalkan kemanusiaan?
- Belajar sejarah bukan agar menegaskan diri berada di kubu A ataupun B; benar atau salah; melainkan agar senantiasa berpihak pada kemanusiaan.
- Semoga Tuhan melindungi kita dari ketersesatan pemahaman; dari narasi yang menjerumuskan dan menjadikan kita bukan manusia.
- Sangat mudah memutarbalikkan fakta, pun sangat mudah mencampuradukkan fiksi. Apa yang kita lihat belum tentu kebenaran sesungguhnya.
- Teruslah berkelana, teruslah mengembara, agar menemukan titik terang suatu peristiwa, suatu pengetahuan, suatu kehidupan.
- Belajar dari sejarah agar tidak mengulangi kesalahan dan kebiadaban yang sama.
Pembaca yang ingin membaca artikel sejenis terkait G30S dapat mengakses tautan berikut ini:
Penulis: Umu Hana Amini
Editor: Wisnu Amri Hidayat
Masuk tirto.id

































